Senin, Februari 16, 2009

renungan

SUKACITA SEJATI
(Filipi 3 : 1 – 16)
Pendahuluan:
Ada banyak hal yang dialami oleh manusia yang bisa membangkitkan rasa senang atau sukacita. Antara lain: kenaikan pangkat/gaji, ulang tahun, mendapat bonus/warisan, dan masih banyak lagi alasan yang dapat menjadi sumber sukacita. Tetapi ketika saat-saat tersebut telah lewat maka berangsur-angsur rasa sukacita juga hilang. Beberapa jenis extacy dapat menimbulkan rasa sukacita, tetapi sekali lagi ketika pengaruh obat selesai, maka selesai sudah sukacita itu. Dalam pembacaan Alkitab hari ini, Paulus menegaskan bahwa ada rasa sukacita yang bisa kita alami terus menerus. Rasa sukacita yang datang seperti air mengalir dengan derasnya memenuhi seluruh tingkat kesadaran dan pikiran manusia.
Rasa sukacita itu akan berlaku juga dalam hidup kita bila kita memperhatikan bagian-bagian pemaparan Paulus berikut ini:

A. Memiliki Pengenalan Kristus
Paulus menegaskan melalui pengalaman hidupnya bahwa ia tergolong orang yang memiliki latar belakang hidup yang enak dan seharusnya semua hal itu menimbulkan sukacita baginya. Keseluruhan ayat 5-6 merupakan sesuatu hal yang dapat dibanggakan dari sudut pandang dirinya sebagai orang Yahudi. Ia menegaskan tentang latar belakang hidupnya sebagai seorang yang disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, dan sebagai Farisi tulen (ay. 5); dari sisi perlawanannya terhadap kekristenan, ia menegaskan pula bahwa: seorang penganiaya jemaat dan seorang yang ketat menjalankan hukum Taurat (ay. 6). Tetapi itu semua tidak melahirkan sukacita dalam hidupnya, bahkan ia menganggap semuanya sebagai kepercayan pada hal-hal yang hanya bersifat lahiriah (ay. 4 b). Contoh lain dapat kita lihat dalam diri Nikodemus (Yohanes 3:1-21), sebagai seorang pemimpin agama seharusnya ia sudah sampai ditahap kepuasan hidup. Tapi, Yesus menegaskan bahwa tanpa adanya kelahiran kembali (pengenalan akan Mesias), ia tidak akan mendapat Kerajaan Allah. Mengenal Kristus berarti menghisapkan Kristus dalam diri kita, dengan demikian segala kebenaran Kristus akan menjadi kebenaran kita. Secara otomatis pembenaran melalui Kristus akan terjadi dalam diri kita. Mengenal Kristus merupakan kunci dari pengetahuan akan rahasia Allah. Dengan memiliki rahasia Kristus, maka orang percaya akan memiliki segala harta hikmat dan pengetahuan (Kol. 2:3).
Rasul paulus menegaskan kepada jemaat Filipi bahwa ia tetap bisa bersukacita walaupun ia sendiri berada dalam tekanan penjara, secara politis ia adalah seorang korban dari ketidak adilan, tetapi semua hal itu tidak menganggu sedikitpun rasa sukacita dalam dirinya. Rahasia dari pengalaman hidup paulus adalah karena ia telah menemukan Kristus dalam dirinya. Pengenalan akan Kristus terus ia bangun dalam dirinya sehingga ia bisa menikmati pergumulannya, dan tidak kehilangan sukacita.

B. Memiliki Keberanian Maju
Kata kunci dari pernyataan Paulus pada ayat 12 – 14 adalah proses. Rasul Paulus telah memproses dirinya sedemikian rupa dengan harapan ia bisa mancapai titik sempurna dalam karyanya bagi Allah. Ditengah-tengah himpitan, tekanan dan segala ketidakmungkinan ia terus meringsek maju. Rasul Paulus dengan rela melakukan ini semua karena ia sadar bahwa ia telah ditangkap oleh Kristus (ay. 12), untuk mendapat kemuliaan/upah yang disediakan oleh Kristus. Artinya proses hidup yang berat justru harus dihadapi dengan keberanian untuk maju sambil menerobos maju bersama Kristus, dan itulah inti sukacita Paulus.
Saat ini kita sedang terlena dengan kemajuan teknologi. Bukan juga berarti kita sebagai orang percaya tidak boleh menggunakan teknologi. Sebab acacpkali teknologi justru dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menjadi alasan tidak memproses diri. Terjadi beberapa kasus ketika pejabat untuk popularitas atau meningkatkan karier justru memanipulasi ijasah. Terjadi pembodohan masal ketika guru-guru dan siswa sepakat membocorkan soal ujian negara, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Rasul Paulus dalam mengikuti proses pembentukan dari Allah, kemudian membuat sebuah pernyataan sikap bahwa ia melupakan apa yang telah dibelakang dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapannya (ay. 14). Secara singkat dapat dikatakan bahwa kegagalan kita dimasa lampau janganlah menjadi penghalang untuk kesuksesan di masa depan; pendapat itu sudah dipahami oleh banyak orang. Tetapi saat ini banyak orang Kristen mengalami stagnasi kesuksesan. Oleh sebab itu perlu juga kita berpikir: kesusksesan masa lampau jangan menjadi penghalang kesuksesan masa depan.
Acapkali orang percaya merasa kehilangan sukacita dalam pekerjaannya. Ia sudah mengalami titik jenuh dalam hidupnya dan tidak jarang mereka adalah korban kesusksesan. Orang kristen tidak boleh berhenti untuk memproses dirinya, artinya tetapkanlah target-target baru agar tidak terjadi kemandegan pertumbuhan. Tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mengetahui bahwa kita benar-benar terus bertumbuh dalam Kristus dan dalam segala aspek hidup. Bukan hanya kita saja yang bersukacita malahan Allah juga bersukacita mengetahui anak-Nya bertumbuh.
C. Memiliki Keteladanan Hidup
Pada ayat 15 a, rasul Paulus berkata: “karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian.” Dalam hal ini ada ajakan kepada orang percaya di Filipi untuk memahami secara penuh bahwa kesempurnaan Allah sudah disifatkan kepada mereka, dan mereka harus berpikir dalam kesempurnaan itu. Bagi mereka yang belum memahami tentang kesempurnaan Allah yang disifatkan kepada jemaat harus memohon pemahaman dari Allah (ay. 15 b). Selanjutnya bagi jemaat yang sudah memiliki pemahaman yang benar, maka teruskanlah itu melalui keteladanan hidup menurut jalan hidup yang dipilih masing-masing (ay. 16). Artinya, dimanapun kita berada, apapun pekerjaan dan status kita, maka seharunya kita berpikir tentang kesempurnaan Allah yang telah disifatkan kepada kita, dan selanjutnya kita hidup bagi orang lain dalam keteladanan hidup yang sempurna. Dengan demikian sukacita kita akan semakin dipenuhkan oleh Allah melalui apa yang kita kerjakan dalam keteladanan hidup.

Penutup:
Demikianlah seharusnya orang percaya meletakan sukacita hidupnya pada hal-hal yang tidak dapat lekang oleh zaman atau jangan hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat lahiriah. Sehingga pada akhirnya orang percaya akan mengalami sukacita seperti yang dialami oleh Paulus. Sukacita yang tidak dapat dibatasi oleh pagar penjara, sukacita yang tidak hilang oleh pahit getir hidup yang harus dilalui, sukacita yang tidak hilang seiring dengan hilangnya materi dan kebendaan, karena ia meletakan sukacita hidupnya pada hal-hal yang bersifat abadi. Kunci sukacita abadi yang akan dialami oleh orang percaya sangat bergantung pada keputusannya saat ini, apakah orang percaya sudah: memiliki pengenalan Kristus, memiliki keberanian maju dan memiliki keteladanan hidup.
Berdasarkan pengalaman hidup Paulus, yang telah menerapkan semua hal diatas, maka orang percaya pun akan mengalami sukacita serupa apabila mereka mengatahui dan menerapkan rahasia sukacita hidup Paulus dalam hidupnya masing-masing. Dengan jalan: memiliki pengenalan Kristus, memiliki keberanian maju dan memiliki keteladanan hidup. Tuhan kiranya memberkati dan menolong kita sekalian, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar