Sabtu, Februari 28, 2009

Fenomena Bahasa Roh



BAHASA ROH, ANTARA ADA DAN TIADA

Bahasa Roh Kejutkan Kiawang, demikianlah Headline beritasitaro.com pada jumat 27 Februari lalu. Inti berita seputar seorang anak kecil yang tiba-tiba “berbahasa roh” (Yun, glossa laleo) dan diterjemahkan atau ditafsirkan (Yun, Hermeneia) oleh seorang ibu yang lain, yang langsung mendapat respon dari jemaat, baik menerima maupun menolak. Bahasa roh adalah kejadian fenomenal sekaligus dilematis. Sejak merebak dikalangan pantekostal dan karismatik, bahasa roh pun menjadi popular dan begitu diharapkan oleh umat. Bahka tidak jarang mereka mencoba mempelajari dan menghafalkan kata, frase atau kalimat tertentu yang diyakini sebagai bahasa roh. Tulisan sederhana ini mencoba memberikan ulasan ringkas mengenai keberadaan bahasa roh dari sudut pandang study bibika dalam konteks pendidikan kristiani dalam jemaat.

Tinjauan Historis
Bahasa roh sebenarnya bukanlah hanya milik kelompok pantekostal karismatik, para bapak gereja pun sejak 150 M sudah membicarakan perihal bahasa roh. Tokoh-tokoh seperti Justin Martyr, Iranaeus, Tertulianus, Agustinus dari Hipo dan yang lainnya sudah membicarakan fenomena bahasa roh dalam keragaman perspektif. Mereka mengindikasikan bahasa roh sebagai dialog dengan Tuhan, berbicara dalam bahasa yang lain, sebagai tanda, dan sebagai pujian kepada Allah yang tidak dapat dibatasi oleh bahasa manusia.
Dalam perspektif pantekostal abad 20, bahasa roh dipandang sebagai tanda ilahi sebagai wujud pernyataan baptisan dalam Roh Kudus. Sehingga bahasa roh diinterpretasikan sebagai (1) penyataan Roh Kudus; (2) bukti fisik awal baptisan Roh Kudus; serta (3) karunia Allah (sumber: Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan). Kaum karismatik sendiri memiliki pemahaman bahwa bahasa roh adalah (1) tanda bahwa Roh Allah telah datang. Ia datang dalam bahasa-Nya snediri kepada kaum Israel yang tidak mau percaya kepada firman Allah yang diturunkan melalui nabi-Nya. (2) tanda penghakiman, bahwa Allah sudah datang kepada Israel dan gereja menunjukan diri-Nya dan penghakiman-Nya. (3) sebagai karunia. Bahasa roh adalah karunia yang menyertai orang percaya dalam pelayanan.

Tinjauan Biblika
Fenomena bahasa roh dimunculkan dalam dua bentuk oleh Alkitab Perjanjian Baru. (1) bahasa tempat/Negara lain. Terjadi ketika Petrus dan para murid yang lain mengalami kuasa pentakosta (Kis. 2). Mereka mendapatkan kemampuan dari Allah untuk berbicara dalam bahasa orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa bangsa-bangsa tersebut tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. (2) bahasa yang tidak dikenal. Peristiwa ini terjadi dalam beberapa tempat dalam Perjanjian Baru, misalnya: Kis. 10:45-46; 19:6. Pembahasan perihal bahasa roh hanya ada terdapat risalah Paulus dalam tulisannya kepada jemaat Korintus. Jadi untuk memahami bahasa roh dalam konteks pembahasan Paulus, maka perlu untuk melihat latar belakang jemaat Korintus terlebih dahulu. Nilai urgensinya adalah jemaat Korintus adalah pengguna terbesar bahasa roh dalam sejarah Perjanjian Baru.
Jemaat Korintus adalah jemaat yang tumbuh dalam kebesaran kota Korintus yang pada waktu itu telah menjadi kota megapolitan. Kota Korintus yang disaksikan oleh Paulus merupakan suatu kota baru yang dibangun di atas jalan Romawi. Jalan Lechaion, misalnya, lebarnya 13 meter. Jalanan ini dilapisi oleh batu-batuan keras yang diambil dari "batu gamping yang berwarna muda dari pertambangan daerah Akrokorintus". Pada setiap sisi jalan dibangun trotoar dan selokan- selokan untuk menampung saluran air hujan dari atap rumah-rumah. Dan bilamana ada jalanan mendaki yang curam, dibuat anak tangga yang lebar dan mudah didaki. Jalanan ini khusus untuk para pejalan kaki. Jadi bekas-bekas roda yang merusak jalan-jalan di Kota Pompeii tidak kelihatan di Jalan Lechaion.
Kota ini mempunyai reputasi buruk karena hal-hal yang amoral. Pada bagian belakang dari suatu deretan tiang penopang atap yang panjangnya 100 kaki, ada tiga puluh empat kedai minuman. Di kota itu ada banyak kelap malam dan pada puncak dari Akrokorintus ada kuil Dewi Aphrodite. Dalam kuil ini ada seribu imam wanita yang bertugas sebagai pelacur. Reputasi Korintus di kerajaan itu begitu buruk sehingga perkataan "Korintus" sering dipakai untuk menyindir seseorang. Istilah ini dipakai untuk mengatakan keadaan amoral yang bejat. Jadi surat Paulus yang pertama kepada jemaat Korintus berisi teguran keras perihal hidup jemaat. Beberapa masalah yang muncul dalam jemaat antara lain: Percabulan di dalam keluarga, anak terhadap isteri ayahnya. Penyembahan berhala. Gap antara mantan penyembah berhala dengan yang lain. Dominasi wanita terhadap pria. Spektakularisme. Tidak mengasihi. Sombong. Tidak percaya akan kebangkitan. Di Jemaat Korintus terdapat kompetisi yang tidak sehat di antara para anggotanya. Mereka berlomba-lomba menjadi paling hebat, paling rohani, paling dihormati atau paling disegani. Mereka berusaha keras menggapai karunia “berbahasa roh”, “bernubuat”, atau mempunyai “pengetahuan”. Tetapi mereka tidak mengasihi satu sama lain.
Dalam 1 Korintus 14:1-19 Paulus menjelaskan bahwa posisi karunia bahasa roh adalah relatif sekunder dari karunia-karunia yang lain, secara khusus adalah karunia nubuat. Mencermati eksistensi bahasa roh dalam teks ini, secara biblical pemahaman bahasa roh perlu dilihat dari definisi dan signifikansinya secara teologis. Baik melalui afirmasi biblical maupun melalui sejarah pertumbuhan gereja, karunia bahasa roh merupakan kemampuan khusus yang diberikan oleh Roh untuk berkata-kata dalam bahasa yang baru dan hal ini juga diyakini sebagai penyataan adikodrati yang berasal dari Allah. Bahasa Roh dalam bahasa Yunaninya berasal dari akar kata glossa yang artinya bahasa, kadang-kadang juga dikenal dengan sebutan glossolalia artinya bahasa lidah.
Berkaitan dengan signifikansinya secara teologis, bahasa roh diberikan oleh Allah kepada orang-orang tertentu didalam jemaat. Sedangkan mengenai bahasa yang digunakan bisa jadi bahasa yang ada di atas bumi, namun bahasa tersebut sebagai bahasa baru yang diucapkan tanpa diajarkan oleh manusia (misalnya Kis. 2:6 para murid mengucapkan bahasa-bahasa orang asing). Berikutnya dalam 1 Korintus 14:2 dikatakan bahwa berkata-kata dalam bahasa roh bukan berkata kepada manusia dan manusia pun tidak mengerti bahasa tersebut karena bahasa roh ditujukan kepada Allah. Jenis bahasa yang dimaksudkan pada ayat 2 ini ialah bahasa yang tidak dikenal di bumi, mungkin bahasa itulah yang dimaksudkan oleh Paulus sebagai bahasa malaikat (1 Kor. 13:1). Jadi signifikansi bahasa roh pada dasarnya digunakan untuk membangun diri sendiri dan untuk membangun jemaat. Alasan yang dikemukakan oleh Paulus karena bahasa roh digunakan untuk berbicara kepada Allah dan yang diucapkan adalah hal-hal yang rahasia. Namun bentuk ungkapan yang diucapkan berkaitan dengan doa, pujian, nyanyian dan ucapan berkat (1 Kor. 14:13-17).
Jemaat di Korintus dengan antusias telah melebih-melebih-lebihkan bahasa roh dalam ibadah, oleh karena itulah Paulus menegur mereka dan ia menerangkan bahwa nubuat lebih penting dari bahasa roh. Alasan yang dapat diambil dari keunggulan nubuat antara lain; Nubuat akan membangun iman jemaat. Nubuat lebih berguna dari bahasa roh yang tidak ditafsirkan karena nubuat akan menimbulkan keinsafaan akan dosa dan pengetahuan akan kehadiran Allah, dan inti dari nubuat adalah membangun iman orang percaya, membina kehidupan rohani serta membimbing keputusan moral untuk setia didalam Kristus (1 Kor. 14:5, 20-25).
Fungsi dari bahasa roh secara prinsip untuk membangun diri sendiri artinya untuk mengokohkan iman dan pertumbuhan rohani yaitu persekuatuan seseorang dengan Allah (1 Kor. 14:4). Fungsi yang berikutnya ialah untuk membangun iman jemaat. Artinya dalam suatu persekutuan bahasa roh yang disertai dengan penafsirannya, dan didalamnya menyampaikan pesan ilahi yang mengandung petunjuk akan sangat bermanfaat (1 Kor:5-6). Akan tetapi bahasa roh yang diucapkan oleh seseorang dalam perhimpunana jemaat berjalan secara tertib karena tidak boleh dilakukan “dalam keadaan ekstasi” atau ‘lepas kendali.” 1 Kor. 14:27-28).
Manifestasi kuasa Roh Kudus tidak selalu selalu ditandai dengan bahasa roh. Tetapi bahasa roh merupakan salah satu bukti manifestasi Roh Kudus. Artinya seseorang yang mendapatkan karunia berbahasa roh merupakan bukti nyata dari manisfestasi kuasa Roh Kudus. Namun manifestasi kuasa Roh Kudus tidak selalu ditandai dengan berkata-kata dalam berbahasa roh. Karena menurut ajaran Paulus berkata-kata dalam bahasa roh adalah salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus. Jadi bahasa roh adalah sebuah realita hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi dipihak lain bahasa roh dipakai juga oleh Allah untuk membangun jemaat. Bahasa roh adalah salah satu karunia Allah untuk membangun pribadi dan juga jemaat. Bahasa roh sejajar dengan kerunia yang lain dan tidak lebih unggul dari karunia lain tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar