Rabu, Februari 18, 2009

Hormatilah Tuhan Allah

Seorang bawahan menghormati atasannya dapat terjadi karena beberapa alasan, misalnya saja faktor perbedaan jabatan, tanggung jawab, tingkat pendidikan, pengalaman, maupun kepemilikan. Hampir sama dengan rasa hormat siswa terhadap gurunya, anak terhadap orang tuanya dan yang lainnya. Penghormatan biasanya terjadi atas dasar-dasar perbedaan tadi, sehingga ketika “rasa takut” dan “perbedaan” tadi dihilangkan maka hilanglah juga rasa hormatnya.
Ternyata penghormatan seperti ini dirasakan Tuhan dalam hubungannya dengan orang Israel. Mereka takut akan Tuhan, menghormati-Nya bahkan tidak berani mengucapkan nama Allah yaitu YHWH, sehingga mereka menyebutnya dengan Adonai, tetapi ternyata dibalik itu, mereka merampok persembahan kepada Tuhan. Mereka melaksanakan sunat sebagai wujud takut dan hormat kepada Tuhan, tetapi dibalik itu mereka berzinah dengan perempuan-perempuan asing. Akibatnya Tuhan mencemooh penghormatan yang mereka berikan.
Persoalan penting pertama disini adalah mengapa Tuhan perlu dihormati? Penghormatan diberikan kepada Tuhan karena Ia adalah Pencipta yang kudus. Dalam kekudusannya Allah secara adil menjalankan keadilan dan tuntutan kebenaran-Nya sepadan dengan kasih dan pengampunan-Nya. Dengan demikian, seharusnya penghormatan kepada Tuhan adalah sebuah kesadaran bahwa Allah itu kudus, yang oleh karena tabiat-Nya itu tidak ada seorang pun yang bertahan dihadapannya. Implikasinya adalah kesadaran bahwa segala jenis perbuatan dosa adalah tidak patut dilakukan.
Allah layak untuk dihormati karena ia memiliki kuasa. Menghormati Allah karena keperkasaan-Nya menyebabkan umat menaruh iman dan harap akan kepercayaan kepada Allah saja. Sikap penghormatan kepada Allah ini adalah wujud kesadaran akan keperkasaan-Nya, sehingga implikasinya adalah umat dengan segala kesungguhan menaruh percaya atas pertolongan dan pemeliharaan Allah.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana caranya menunjukan rasa hormat akan Tuhan? Dalam Perjanjian Lama, rasa hormat umat kepada Allah dinyatakan dengan tidak berani menyebut nama-Nya, serta menjaga jarak dari kekudusan Tuhan. Lain halnya di dalam Perjanjian Baru, melalui penebusan dalam Yesus Kristus, maka umat dapat mengekspresikan rasa hormatnya kepada Allah melalui keintiman dengan-Nya. Umat datang dalam perasaan yang haus dan rindu, sebagai kekasih Allah. Implikasinya adalah umat menjadi kian dekat dengan Tuhan, semakin menaruh iman dan harap kepada Allah, serta cinta yang diwujudkan dalam ketaatan untuk melaksanakan perintah-Nya.
Dalam Perjanjian Lama umat datang dengan membawa korban-korban persembahan kepada Allah sebagai tanda penghormatan. Korban persembahan dapat berupa kambing domba atau lembu bagi mereka yang mampu, atau seekor burung atau tepung bagi mereka yang tidak mampu. Dalam pengertian lain, penghormatan kepada Allah dimanivestasikan melalui korban-korban materi. Lain halnya dalam Perjanjian Baru, rasa hormat kepada Allah dinyatakan melalui pemberian diri dalam pengabdian dan pelayanan yang total kepada-Nya. Roma 12:1 berkata: … supaya kamu mempersembahkan tubuh kepada Tuhan, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan.
Pada akhirnya rasa hormat kepada Allah tidaklah ditunjukan melalui persekutuan yang lahiriah belaka, tetapi harus masuk sampai pada hubungan yang intim dan rohani di antara umat sebagai penyembah dan Allah sebagai yang disembah. Tidak kalah penting dari itu, rasa hormat kepada Allah ditunjukan dengan kepedulian dan kepekaan sosial, sama seperti Allah sendiri juga telah terlebih dahulu menyatakan kasih dan penghargaan-Nya atas manusia dan ciptaan-Nya. Dengan demikian rasa hormat kepada Allah berimplikasi dalam hubungan vertikal dengan Allah maupun dalam hubungan horisontal dengan sesama manusia, termasuk alam semesta ciptaan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar