Selasa, Februari 24, 2009

Refleksi


MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH
KELUARAN 16: 4 – 5

Pendahuluan:
Keputusan untuk mengikut Yesus adalah peristiwa penting bagi manusia dalam sejarah hidupnya. Saat-saat penting ini akan menjadi patokan ke arah mana sejarah dibuat, apakah ke arah keselamatan atau kebinasaan? Dengan menjadikan Yesus sebagai juruselamat, tentu saja hidupnya akan mengarah pada keselamatan. Tetapi keputusan untuk menjadikan Yesus sebagai juruselamat dan komitmen untuk mengikuti-Nya tidaklah menjadi tiket untuk berada di jalan bebas hambatan. Masalah akan tetap datang sebagai realita. Jadi sangat penting untuk menemukan solusi atas masalah.
Konteks bacaan hari ini adalah suatu keadaan dimana bangsa Israel sedang menghadapi beberapa masalah sekaligus, antara lain : (1) masalah perut (ay. 3); bekal makanan yang dibawa dari Mesir sepertinya sudah habis. (2) masalah mentalitas. (3) masalah kepemimpinan (ay. 2). Untunglah Alkitab melalui perjalanan bangsa Israel, memberikan langkah-langkah yang membawa pada upaya penyelesaian masalah. Jawaban Tuhan atas bangsa Israel sekaligus menjadi solusi tentang bagaimana mengatasi masalah tanpa masalah.

A. Fokus Pada Allah.
Keadaan sulit di padang gurun Sin membuat Israel bersungut-sungut dan mengharapkan kematian (ay. 3). Mereka berpikir bahwa kematian dapat menyelesaikan masalah. Dalam kondisi seperti ini perbudakan Mesir yang dapat menyebabkan kematian lebih baik dari pada kemerdekaan. Masalah perut membuat Israel berpikir seperti itu. Keadaan seperti ini banyak terjadi di masyarakat masa kini. Tidak jarang hanya karena persoalan perut, nyawa bisa jadi taruhan; bahkan sudah terlalu sering terjadi peristiwa bunuh diri karena alasan perut.
Dalam kondisi seperti ini TUHAN menunjukan eksistensi diri-Nya dengan membuat sebuah proklamasi: “sesungguhnya Aku ..” (ay. 4). Sebuah proklamasi tentang keberadaan TUHAN yang setia, berbelas asih dan bertanggung jawab. TUHAN yang memanggil Israel menunjukan bahwa Ia setia dan tidak pernah menyesal dengan panggilan-Nya. Hal yang sama juga ketika Ia telah memilih masing-masing orang yang percaya kepada-Nya (Ef. 1:4), pasti Ia setia. Dalam kelaparan, TUHAN menunjukan karakter-Nya yang berbelas asih, dengan menyediakan hujan roti dari langit (ay. 4). Dalam kesusahan, TUHAN menunjukan bahwa Ia bertanggung jawab atas panggilan-Nya.
Hal penting yang harus diperhatikan disini adalah apakah umat tetap fokus pada Allah. Daripada bersungut-sungut, putus asa atau malah mengharapkan kematian, akan lebih berharga bila umat menanti dengan sabar pertolongan TUHAN. Sebab Ia adalah TUHAN yang setia, berbelas asih dan bertanggung jawab.

B. Fokus pada Firman-Nya
Allah dalam kesetiaan, rasa belas asih dan tanggung jawab-Nya kemudian memenuhi kebutuhan bangsa Israel. Allah sekali lagi mengerjakan mujizat-Nya dengan jalan memberikan mana sorgawi. Beberapa tafsiran yang muncul berkenaan dengan mana ini, antara lain: (1) ada semacam pohon yang memiliki getah yang berasa manis; permasalahannya adalah saat itu bangsa Israel sedang berada di padang gurun Sin, jadi tidak mungkin ada pepohonan. (2) ada sejenis serangga (seperti tawon) yang bisa mengeluarkan lendir berasa manis; permasalahannya adalah butuh berapa banyak serangga yang dibutuhkan agar masing-masing kepala keluarga dapat mengumpulkan masing-masing segomer/orang (satu gomer = 3,6 liter). Intinya adalah mana yang diperoleh Israel merupakan bagian dari berkat (mujizat) Allah.

C. Fokus pada Pengendalian Diri
Hal ketiga yang harus dikerjakan orang percaya dalam mengatasi masalah adalah berupaya untuk mengendalikan diri. Setelah menyediakan mana, Tuhan meminta agar umat-Nya mencukupi kebutuhannya. Orang Israel telah memberikan contoh tentang kegagalan mereka dalam mengontrol diri berkaitan dengan berkat Tuihan. Pada bagian Alkitab yang lain (Bil. 11:32-34). Dari teks tersebut jelas terlihat akibat yang dialami oleh mereka yang tidak dapat mengendalikan diri mereka. Orang Israel ternyata gagal dalam meresponi berkat Allah dalam kehidupan mereka, kegagalan ini terjadi karena tidak adanya self control. Sebagai akibatnya, perut mereka menjadi kuburan bagi mereka sendiri.



Pertanyaan reflektif
Kita sebagai orang percaya telah dimerdekakan atau dibebaskan dari dosa-dosa oleh Allah melalui karya Yesus Kristus dan menerima berkat-berkatNya setiap hari. Apa yang harus kita lakukan sebagai respon atas anugerah dan berkat Allah tersebut?

Jawaban:
Akibat langsung dari berkat (mujizat) itu adalah Allah menuntut Israel untuk hidup menurut hukum-Nya (ay. 4). Hukum tersebut kemudian dijabarkan pada ayat 16 – 24. Hukum atau aturan ini merupakan bagian dari bentuk pemeliharan Allah atas umat-Nya. Ketika hukum ini dilanggar tentu saja ada disiplin Allah yang akan dijatuhkan atas mereka. Demikian juga dengan kehidupan orang percaya masa kini. Tuhan telah menjadikan umat-Nya sebagai orang-orang yang merdeka,tapi kemerdekaan itu bukan berarti umat dapat melepaskan diri dari tuntutan hukum Tuhan. Oleh karena itu Allah menyediakan firman dalam wujud tulisan (Alkitab) agar umat bisa menjadikannya sebagai pegangan hidup. Tepatlah pesan yang ditinggalkan Paulus kepada Timotius dalam 2 Timotius 3:16 – 17, yang berbunyi: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Dalam menghadapi kesulitan hidup,permasalahan dan kekurangan, kita dituntut untuk dapat tetap mengendalikan diri kita. Bagaimana jika kita ada dalam kelimpahan atau kecukupan berkat,apakah pengendalian diri tetap penting?

Jawaban:
Tentu tetap penting.
Dalam kelimpahan berkat ada tuntutan untuk hidup sesuai dengan porsi. Maksudnya adalah ada tuntutan secara tidak langsung dari Allah, agar sebagai orang percaya yang senantiasa menerima berkat Tuhan kita harus berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan berkat-Nya menurut porsi yang Tuhan berikan kepada kita. Sebagai contoh sederhana, apabila kita diperhadapkan dengan makanan yang berlimpah, penting bagi kita untuk tetap mengontrol porsi makan, agar tidak menderita obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol, sakit jantung dan lainnya.
Self control diperlukan agar orang percaya dapat menghadapi masalah dengan tenang, tidak panik, penuh pertimbangan, menjadi bijaksana dalam menghadapi masalah
Saat ini kita sedang dikondisikan untuk tidak mampu mengontrol diri. Seseorang ketika mendapat “lahan basah” memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkaya diri, sehingga ia terjebak dengan korupsi. Masih banyak contoh lain yang dapat diajukan sebagai akibat dari ketiadaan upaya untuk mengontrol diri. Pertanyaannya adalah sejauh mana kita bisa mengontrol/mengendalikan diri kita? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.


Penutup/Kesimpulan
Melalui pengalaman bangsa Israel, umat TUHAN masa kini diajar untuk dapat menyelesaikan masalahnya tanpa menimbulkan masalah baru. Dari perenungan hari ini tiga sikap yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tanpa menghasilkan masalah baru. Pertama; Fokus pada Allah berarti umat berkeputusan untuk senantiasa peka terhadap jawaban TUHAN. Dengan perkataan lain setiap keputusan yang dihasilkan untuk menjawab masalah apapun seharusnya sudah merupakan hasil dari kepekaan atas kehendak Tuhan dalam diri umat-Nya. Kedua; Fokus pada Firman-Nya berarti umat harus senantiasa aktif paling tidak membaca, merenungkan dan terlebih menjadikan firman itu sebagai satu-satunya kebenaran dalam hidup. Dalam hal ini ada tuntutan kepada umat untuk lebih lagi menjadikan firman-Nya (Alkitab) sebagai kompas untuk menuntut hidup ke arah kebenaran. Ketiga; senantiasa berusaha untuk mengendalikan diri. Dengan perkatan lain pengendalian diri diperlukan sehingga setiap keputusan yang diambil sudah merupakan hasil pertimbangan yang matang dan bijak. TUHAN memberkati kita dalam menghadapi dan menyelesaikan masalahnya masing-masing, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar