tag:blogger.com,1999:blog-61703065242973821032024-03-05T16:12:04.782+07:00Baku DapaMedia Pertemuan Informasi: bertemu melalui Informasi, berbagi Informasi dan membagi berkat dengan Informasiarrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.comBlogger43125tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-32614580432220803682009-05-02T09:48:00.003+07:002009-05-02T10:01:21.945+07:00Met Ultah: Pembelajaran<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFU6XpNQ7RaF21Snuyzy03nET8jgLjs_sFF1KI36qO_t_jIVoeR4kkf7t7vpO6eJ7fb70QzH4oZmjF7RfhYa59rUsD_9970ha8GqKNBrqb5vlNf0eNHfuNxoIHDrSpRvqzFT1K2BwNdRc/s1600-h/2893119206.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 125px; height: 125px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFU6XpNQ7RaF21Snuyzy03nET8jgLjs_sFF1KI36qO_t_jIVoeR4kkf7t7vpO6eJ7fb70QzH4oZmjF7RfhYa59rUsD_9970ha8GqKNBrqb5vlNf0eNHfuNxoIHDrSpRvqzFT1K2BwNdRc/s400/2893119206.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5331055048432110066" /></a><br />Senang atau tidak senang, sekolah adalah tempat kita menuntut ilmu selama minimal 12 tahun dalam seluruh usia hidup anda. Ini dapat merupakan tahun-tahun yang membosankan atau menyenangkan. Hal tersebut tergantung pada bagaimana anda menggunakan masa-masa sekolah. Salah satu faktor kebosanan sekolah adalah nilai yang jelek. Bagian berikut ini kita akan melihat bagaimana caranya mengubah nilai sekolah yang jelek. Tidak mengherankan bahwa nilai sekolah merupakan penyebab mendasar dan terbesar dari kecemasan di kalangan remaja. Nilai dapat berarti lulus atau tidak lulus, naik kelas atau tidak naik kelas. Buku <em>Measurement and Evolution in the School</em> berkata : “hasil-hasil tes dapat memperlihatkan bidang-bidang mana yang kuat dan lemah dari murid-murid secara pribadi dan merupakan alat pendorong untuk belajar di masa yang akan datang”. Nilai anda juga dimaksudkan untuk memberi orang tua anda pandangan tentang keadaan anda di sekolah-baik atau buruk-<br />Namun, terlalu memikirkan nilai dapat menimbulkan tekanan yang mengecilkan hati dan mengobarkan persaingan yang sengit. Sebuah buku mengenai masa remaja mengungkapkan bahwa para siswa yang berniat memasuki universitas khususnya dapat “terperangkap dalam persaingan yang membingungkan yang menekankan nilai serta peringkat kelas sebaliknya dari belajar.” Salomo berkata : “Aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan adalah iri hati seorang terhadap yang lain. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin” (Pengk. 4:4)<br /> Selain itu, pendidikan tidak hanya berarti mendapatkan nilai-nilai tertinggi dalam kelas. Pendidikan berarti mengembangkan apa yang di sebut Salomo “<strong>kesanggupan berpikir</strong>”, keahlian untuk menerima keterangan yang masih mentah dan menarik kesimpulan yang masuk akal dan praktis darinya. Seorang remaja yang berhasil memperoleh nilai lulus dengan cara menebak, belajar dengan tergesa-gesa, atau bahkan menyontek, tidak pernah benar-benar belajar cara berpikr. Memandang nilai ujian memang penting, bukan sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk mengukur kemajuan anda di sekolah. Jadi, bagaimana anda dapat memperoleh nilai yang mencerminkan kesanggupan anda?<br />Alkitab mengatakan : “si pemalas penuh keinginan, tetapi jiwanya kosong” (Ams. 13:4 NW). Ya, kemalasan sering kali adalah penyebab yang sesungguhnya dari nilai yang rendah. Rasul Paulus berkata bahwa ia harus “menyiksa tubuhnya” untuk mencapai tujuan (1 Kor.9:27). Anda juga mungkin harus bersikap keras terhadap diri sendiri teristimewa jika TV atau gangguan lain mudah menyimpangkan perhatian anda dalam belajar. Anda mungkin bahkan dapat mencoba menaruh sebuah tanda peringatan diatas TV : “tidak boleh nonton TV sampai selesai belajar” <br />Dalam Filipi 3:16, Paulus menganjurkan seorang Kristen untuk “tetap hidup menuruti peraturan yang sudah kita ikuti sampai saat ini.” Paulus sedang berbicara tentang rutin kehidupan orang Kristen. Namun, sesuatu yang rutin, atau pola dalam mengerjakan sesuatu, juga bermanfaat jika diterapkan pada metode belajar anda. Misalnya cobalah mengorganisasi apa yang akan anda pelajari.<br />Jika tugas anda membutuhkan banyak membaca, anda dapat mencoba metode berikut ini : pertama-tama, TINJAU bahan. Lihat sepintas bahan yang ditugaskan, lihat judul-judul kecil, bagan-bagan, dsb, untuk mendapatan gambaran yang menyeluruh dari bahan itu. Selanjutnya buatlah PERTANYAAN-PERTANYAAN berdasarkan judul-judul pasal atau kalimat-kalimat topik. Sekarang BACA, carilah jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Setelah anda selesai tiap paragraf atau bagian, CERITAKAN KEMBALI, atau ingat kembali, apa yang sudah anda baca, tanpa melihat buku. Dan pada waktu anda sudah menyelesaikan seluruh tugas, ULANGI dengan meninjau sekilas judul-judulnya dan menguji ingatan anda mengenai tiap bagian.<br />“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (Ams. 27:17). Mungkin seorang teman atau orang tua anda akan senang melatih anda dengan pertanyaan-pertanyaan atau mendengarkan anda mengulangi di luar kepala bahan-bahan yang diterima di kelas. Pada intinya : “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (Ams. 1:7). Selamat ulang tahun: pembelajaran !!!arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-16387760284082173372009-04-30T09:48:00.002+07:002009-04-30T09:55:08.263+07:00Perjanjian Baru<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFUkYEVdK2J1DGnStYj3c8lFzLQ6Ivu1jT-KtPYmutTjzczssGxr3Io8JI9D8VnPorm9ufl4XjUcXJK6LFRXrymS9xWxVR9d3xCJCb3EsQfMcG8MgFn5oFywpIfxfehGjPohFPkSFNXxc/s1600-h/pb.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 118px; height: 68px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFUkYEVdK2J1DGnStYj3c8lFzLQ6Ivu1jT-KtPYmutTjzczssGxr3Io8JI9D8VnPorm9ufl4XjUcXJK6LFRXrymS9xWxVR9d3xCJCb3EsQfMcG8MgFn5oFywpIfxfehGjPohFPkSFNXxc/s320/pb.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5330312517725934162" /></a><br />Perjanjian dalam arti Ibrani adalah makan bersama-sama sebagaimana rasa setia kawan. Perjanjian yang Allah buat dengan orang-orang pilihan Allah, berupa sebuah kesepakatan bersama yang telah ditetapkan dalam alam pikiran dan perasaan yang telah disamakan. Beberapa kata yang menunjuk kemasa depan. Isi seakan-akan menunjuk kebelakang dengan memaklumkan bahwa Mesias yang akan datang, dan kata perjanjian baru menunjukan berita dan kesaksian yang hendak disampaikan kepada orang Israel dan bangsa-bangsa lain.<br />Bangsa Israel adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk, melakukan apa yang jahat dimata Tuhan, itulah sebabnya bangsa Israel dihukum oleh Tuhan melalui bangsa-bangsa lain dan mereka dibuang kenegeri-negeri asing. Namun demikian Allah mengasihi mereka, kasih karunia Allah tetap berlaku, melalui pemulihan dan keselamatan. Pemulihan tersebut adalah perjanjian baru bagi bangsa Israel mengenai hukum Taurat. Hukum Taurat disitu adalah bahwa Allah akan menaruh tauratnya ke dalam bathin bangsa Israel dan menuliskan Taurat tersebut kedalam hati bangsa Israel, sehingga Allah akan menjadi Allah bangsa Israel dan bangsa Israel menjadi umatNya.<br />Yeremia adalah salah satu nabi yang diutus Tuhan kepada bangsa Israel, yang menutup telinga dan mata, sehingga menjadi buta dan tuli terhadap amanatNya. Dosa-dosa mereka telah membelenggu hati mereka, sehingga buta dan tuli.<br />Dosa yang sangat fatal yang mereka buat adalah menyembah berhala, korupsi. Itulah sebabnya maka berita yang disampaikan oleh nabi Yeremia, sebagian besar berupa berita penghukuman. Bangsa Isarel telah mengecewakan hati Allah karena telah melanggar dan mengingkari perjanjian denganNya. Walaupun tertutup tirai kegelapan penghukuman-penghukuman, namun senantiasa bercahaya dan berulang-ulang memancarkan cahaya sinarnya yang gilang gemilang dalam janji-janjiNya yang menakjubkan, melalui kasih yang kekal.<br />Kasih yang kekal dinyatakan lewat perjanjian baru yang terdapat dalam Yeremia 31:1-40, yang merupakan kelanjutan dari perjanjianNya dengan leluhur-leluhur Israel (Yer. 31:3), karena perjanjianNya yang diberikan telah diingkari oleh bangsa Israel (Yer. 31:3). Perjanjian baru yang diberikan bukan mau merombak atau menghapus perjanjian yang telah diberikan kepada leluhur-leluhur Israel, tetapi perjanjian ini lebih bersifat pribadi, yaitu dengan menyimpannya dalam hati masing-masing umatNya. <br />Perjanjian yang berdasarkan anugerah dan bukan Taurat.<br />Disinilah pertama kalinya pengumuman akan pengikatan suatu perjanjian baru yang dibuat Tuhan dengan bangsa Yehuda dan Israel (Yer. 31:31). Pasal ini adalah salah satu pasal yang menarik dalam nubuat perjanjian lama, Yeremia berkata melalui firmanNya: keselamatan tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan berbalik pada tata lama yang berdasakan perjanjian Musa. Tuhan memperlihatkan kepadanya bahwa, Dia akan menyediakan suatu perjanjian baru yang berdasarkan anugerah bukan Taurat.<br />Pemberontakan yang tidak berterima kasih disebabkan oleh dosa, yang telah melekat kedalam kehidupan manusia, seperti macam tutul atau warna kulit orang Etiopia (Yer. 12:23). Tidak ada pemecahan dangkal yang dapat membersihkan pemujaan berhala dan korupsi yang terang-terangan, bahkan reformasi Yosia yang ckup luas jangkauannya belum mencapai tujuannya dengan sempurna. Bangsa Israel terkungkung dalam kegelapan yang tidak mungkin akan keluar dari kegelapan tanpa pertolongan Allah.<br />Berita yang membawa pengharapan muncul pada waktu bangsa Israel menghadapi masa-masa yang paling gelap. Pada saat segalanya tampak menuju kemusnahan mutlak, Allah menjanjikan suatu masa depan yang penuh pengharapan bagi umatNya. Mereka akan diselamatkan (30:10, dst), dan dipulihkan (ay. 18). Orang-orang akan kembali dari pembuangan ketanah air mereka dengan sukacita (Yer. 31:7, dst). Perjanjian baru akan menggantikan perjanjian lama yang telah mereka langgar. <br />Adapun berita kelepasan dan pengharapan yang diberikan Allah kepada bangsa Israel adalah:<br /><br />Restorasi Perjanjian<br />Bangsa Israel melakukan apa yang jahat dimata Tuhan, meninggalkan Tuhan Allah dan menyembah allah-allah lain, mempersembahkan korban bakaran kepada berhala-berhala. Dengan perkataan lain, kekrobrokan moral dan spiritual mereka sangat nyata, mulai dari pemimpin sampai kepada rakyat jelata sekalipun. Bangsa ini perlu pertolongan agar mereka dapat keluar dari lingkaran dosa yang seakan-akan tidak ada jalan keluarnya lagi. Perjanjian di Sinai telah mereka langgar, namun demikian karena kasihNya yang kekal, Allah menyatakan restorasi perjanjian. (ay. 31-33).<br />Perjanjian baru muncul dalam Perjanjian Lama khususnya Yeremia 31:31-33, untuk membuktikan bahwa pola dan peraturan agama yang ditetapkan Allah melalui Musa tidak lagi berlaku, dalam arti dosa idak ditanggung secara bersama-sama, seperti dengan Yeremia 30-31 dan Yehezkiel 18:1-4, yang mengungkapan: Buah anggur masam membuat gigi anak-anak ngilu; melainkan dosa ditanggung secara individual. Perjanjian baru menekankan kepada bangsa Israel bahwa hukum Taurat sendiri tidak berkuasa menguatkan orang sehingga menaatinya.<br />Seperti perjanjian yang lama, perjanjian yang baru juga diprakarsai oleh Tuhan (ay. 31), suatu ungkapan dari kekuasaanNya. Restorasi perjanjian baru dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus, yang mengharuskan adanya perjanjian itu. Dalam pemulihan perjanjian yang merupakan kelanjutan dari perjanjianNya kepada nenek moyang Israel (Yer. 31:31), Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkn kasih setiaKu kepadamu. Kasih setia yang telah melepaskan bangsa Israel dari dosa-dosa mereka dan mendapat suatu anugerah. Anugerah Tuhan yang melepaskan bangsa Israel dari pedang Firaun (Kel. 14:6-14), dan memberikan kasih kasrunia pada hari-hari mereka dipadang gurun.<br /><br />Isi Perjanjian<br />Perjanjian baru yang Allah buat kepada Yeremia untuk bangsa Israel dan semua bangsa, Yeremia 31:31-34. Sastro Soediredjo dalam buku yang berjudul menggali isi Alkitab mengatakan bahwa: kasih yang kekal, walaupun tertutup oleh tirai kegelapan dan penghukuman-penghukuman, namun senantiasa bercahaya dan berulang-ulang memancarkan sinarnya yang gilang-gemilang dan janji-janji yang menakjubkan.<br />Dan isi perjanjian baru tersebut adalah:<br />Perjanjian itu bersifat pribadi dari pada janji perkawinan yang dengan terang-terangan telah dilanggar oleh Israel, perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka (Yer. 31:32).<br />Perjanjian itu ditulis dalam hati mereka yang menjadi sumber kejahatan, bukan lempengan batu (ay. 33).<br />Perjanjian itu menghasilkan pengenalan yang benar akan Allah, Taurat baru mencakup kepatuhan penuh dan persekutuan yang kaya tidak membutuhkan pengajaran manusia (ay. 34).<br />Perjanjian itu menjamin pengampunan sepenuhnya terhadap dosa-dosa yang mendatangkan penghukuman (ay. 34).<br /><br />Pengampunan dosa (ay. 34)<br />Perjanjian baru telah diberikan kepada umat Israel bahkan isi dari perjanjian telah ditulis yaitu untuk memperbaharui kehidupan mereka. J Wesley Brill berkata sebagai berikut: Maksud Allah dengan perjanjian yang lama, yaitu hal mereka tidak setia kepada perjanjianKu. Tuhan berkehendak agar perjanjianNya itu diterapkan dan diletakkan dalam hati dengan pimpinanan RohNya, telah dikatakan sebelumnya bahwa bangsa Israel dihukum oleh Allah karena dosa dan pelanggaran yang mereka lakukan baik dibidang moral maupun dibidang spiritual. Namun dibalik hukuman itu, kasih Allah tetap berlaku bagi bangsa Israel. Kasih setia Allah kepada bapa-bapa leluhur, dinyatakan melalui bangsa Israel. <br />Salah satu contoh yang diberikan kepada bapa-bapa leluhur adalah Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel (Kel. 19:4-6).<br />Allah bukan saja hanya memberikan perjanjian baru, tetapi juga menyediakan pengampunan (Yer. 31:34). Dalam perjanjian itu menjamin pengampunan sepenuhnya terhadap dosa-dosa yang mendatangkan hukuman. Janji sudah digenapi, perjanjian baru akan diikat dengan darah penebusan. Tapi segala kasih karunia yang tersedia dalamnya barulah akan diberikan kepada bangsa Israel, apabila mereka memandang kepada Dia yang telah mereka tikam (Zak. 12:10), dan mengakuinya sebagai Juruselamat dan Raja mereka.<br />Perjanjian yang Allah berikan tidak saja hanya berlaku bagi bangsa Israel dan Yehuda, namun perjanjian itu juga berlaku kepada semua bangsa. Orang Israel pada masa itu tidak mengerti akan perjanjian yang telah mereka buat, sehingga Allah mengadakan perjanjian baru dengan bangsa-bansa lain. Perjanjian lama telah berlalu menurut kehendak Allah.<br />Warren W. Wiersbe dalam bukunya mengatakan bahwa: Allah menjanjikan sebuah perjanjian baru bagi umatNya, tetapi berkat-berkat dari perjanjian itu terdapat dalam Anak Allah. Yesus Kristus adalah pengantara dari perjanjian yang baru. Pada zaman sekarang orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi sudah dilahirkan kembali yang merupakan anggota tubuh Kristus, ikut ambil bagian dalam perjanjian baru yang sudah dibayar melalui kayu salib. Sekarang berkat-berkat perjanjian dapat dialami oleh setiap orang secara pribadi. Apabila TuhanYesus datang didalam kemuliaan untuk menebus bangsa Israel, maka berkat-berkat perjanjian baru akan dapat dialami bangsa yang selalu dikepung dan dikelilingi oleh bangsa-bangsa lain.<br />Berdasarkan sifat dasar dari perjanjian baru itu, maka dapat disimpulkan bahwa penggenapannya adalah pada waktu yang menunjuk pada masa yang akan datang pada zaman Yeremia dan sifatnya adalah didalam bathin manusia dan posisinya diperoleh dari Tuhan sendiri. Yeremia 31, akan digenapi pada kedatangan Kristus yang kedua kali. Darah Yesus Kristus disebut sebagai fondasi dalam perjanjian itu.arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-26145309164344025122009-04-28T07:38:00.005+07:002009-04-28T07:46:47.229+07:00Yesus, Wajah Allah yang sesungguhnya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCDxIOKj1jSDbNFyFsXO6GfiKY31ShfbX923IzBKPhZFHIdFvrutU0xhDzp8-Mo586roErqJL1lfrUpWjCHBLUuPffzLXgLNkNXwMnmDJ7WoyeOG7O7-YsKO5zJ8gJEnzIHrtVC83W-7g/s1600-h/God+And+His+Son.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCDxIOKj1jSDbNFyFsXO6GfiKY31ShfbX923IzBKPhZFHIdFvrutU0xhDzp8-Mo586roErqJL1lfrUpWjCHBLUuPffzLXgLNkNXwMnmDJ7WoyeOG7O7-YsKO5zJ8gJEnzIHrtVC83W-7g/s320/God+And+His+Son.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5329536497893672034" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Dalam dunia religi, umat manusia setidaknya memiliki tokoh sebagai figur yang dibanggakan dari masa ke masa, seseorang yang bukan saja diterima, disegani tetapi juga terkadang menjadi sentral percakapan. Tokoh seperti ini terkadang merupakan pendiri suatu aliran religi, tetapi juga terkadang dikenang karena sepak terjang yang revolusioner serta kontraversional terhadap sistem nilai dalam konteks tataran tertentu. Membicarakan tokoh seperti ini mengandung resiko tertentu, apalagi apabila harus berhadapan dengan tuntutan objektifitas tetapi juga fanatisme yang konstruktif. <br />Dalam bagian makalah ini, penulis akan mempelajari, menguraikan serta mengekspouse seorang tokoh yang bukan hanya dikenal oleh umatNya, tetapi juga dikalangan mereka yang secara politis membencinya. Tokoh sejarah sepanjang masa tersebut dilahirkan kedunia bukan dalam frame anak normal sebagai buah sebuah perkawinan, tetapi merupakan jawaban Allah bagi masalah dunia. Dari sisi kelahiranNya saja sudah cukup layak untuk dapat memberi predikat <span style="font-style:italic;">realis praesentia</span> (kehadiran nyata) dalam sejarah. <br />Keunikan pribadi Yesus akan diawali ketika melihat eksistensiNya secara aktif dalam kekekalan masa lampau, apalagi dalam pemahaman Yesus sebagai pribadi kedua dalam ke Esaan Allah. Kesatuan konsep tentang Allah telah memberikan warna secara khusus dalam teologi proper surat Ibrani. Penulis surat Ibrani memproklamasikan eksistensi Yesus dalam kekekalan masa lampau dengan berkata :<br />Pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.<br /><br />Dengan mengutip ekspresi teologi proper pemazmur, penulis surat Ibrani semakin memberi keyakinan terhadap proklamasi awalnya diatas, ketika ia berkata :<br />Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.<br /><br />Dalam bahasa teologi, kehadiran Yesus dalam kekekalan masa lampau sebelum Ia dilahirkan ke dunia melalui perawan Maria, disebut dengan istilah pre-existence (pra-eksistensi). Uraian surat Ibrani diatas memberikan pengertian penting tentang peletakan keTuhanan Yesus, dibuktikan dengan uraian pra-eksistensiNya. Seperti yang dijelaskan oleh Ryrie, ketika ia berkata:<br />Doktrin pra-eksistensi memiliki hubungan dengan keTuhanan Kristus, dalam mengarahkan pada hubungan penting dengan doktrin ke Imaman Besar Yesus, semuanya itu menjadi sangat penting dalam surat Ibrani. Pembuktian terhadap pra-eksistensi Yesus memiliki tempat utama dalam teologi penulis surat Ibrani.<br />Lebih lanjut ia memberi penjelasan terhadap pengertian pra-eksistensi, sebagai :<br />Praeksistensi Kristus berarti bahwa Ia telah ada sebelum dilahirkan …. Ia telah ada sebelum Penciptaan dan sebeblum adanya waktu. Akan tetapi dalam arti sempit praeksistensi tidaklah sama dengan kekalan. Dalam arti luas, konsep keduanya hampir sama, karena suatu penolakan terhadap praeksistensi selalu mengandung penolakan tentang kekekalan, dan demikan pula sebaliknya.<br />Sebagai pembuktian faktual tentang pra-eksistensi Yesus, penulis akan memberi perhatian khusus terhadap beberapa ungkapan yang digunakan oleh penulis surat Ibrani. Pembuktian data teks ini akan menjadi argumentasi yang ampuh untuk tetap mempertahankan otentisitas maksud, teologi serta tujuan penulis surat Ibrani.<br />Dalam frase “Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada” (ay, 2), penulis surat Ibrani menegaskan bahwa Yesus telah ditetapkan, artinya dalam hubungan dengan semua ciptaan yang luar biasa ini kedudukannya adalah ahli waris. Bagian tersebut menjelaskan tentang kepemilikan Yesus secara yuridis atas seluruh dunia yang telah diberikan Allah kepadaNya, sehingga otoritas atas dunia ini sudah menjadi milikNya sejak kekekalan masa lampau. Walaupun secara de facto Ia belum nenerima “segala yang ada”. Kepemilikan Yesus juga dikuatkan dengan kata pewaris (kleronomos), yang berarti seorang yang berhak menerima.<br />Selanjutnya terdapat frase yang berkata : “Oleh Dia Allah telah menjadikan <br />alam semesta” (ay. 2). Frase telah menjadikan, menunjuk pada peranan Yesus, yang dipakai Allah untuk menciptakan segala sesuatu yang ada. Ia telah menciptakan (tous aioonas), “dunia-dunia” (KJV, the worlds) atau “alam semesta”, sebagaimana dalam kebanyakan terjemahan modern. Istilah ini biasanya berarti “zaman”, maka ada sementara ahli tafsir berpendapat bahwa disini kata itu berarti “zaman-zaman”, alam semesta lebih masuk akal. <br />Semua uraian tersebut terjalin dalam sebuah simpul seperti yang diungkapkan oleh Walvoord, ketika ia berkata :<br />karyaNya dalam menciptakan segala sesuatu sebelum Ia berinkarnasi ke bumi, tindakanNya yang bersifat mahakuasa, pemeliharaanNya atas segala sesuatu, janji-janjiNya dikekekalan masa lampau, penampakan diriNya dalam Perjanjian Lama, dan banyak isyarat lainnya tentang pra-eksistensiNya, digabung bersama membentuk suatu bukti yang padat bahwa Kristus sudah ada sebelum Ia dilahirkan di Betlehem.<br />Selanjutnya penulis surat Ibrani memberikan deskripsi tentang kemuliaan dan kekuasaan Yesus, yang terkait dengan pra-eksistensiNya, ketika ia berkata : Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan (ay. 3). Hal ini dijelaskan oleh Morris sebagai :<br />Ia tidak hanya aktif dalam penciptaan, tetapi juga senantiasa menopang alam semesta. Kata kerja “menopang” adalah pheroo, yang mengandung arti membawa serta ciptaan, mungkin menuju tujuannya; jadi merupakan suatu konsepsi yang dinamis (bukan statis, seperti paham Yunani tentang dewa Atlas yang membawa segala sesuatu diatas bahunya).<br />Sehingga dapatlah dikatakan bahwa Yesus adalah wujud yang hidup dari sifat-sifat dan keagungan Allah. Dua aspek yang sedang diungkapkan oleh penulis Ibrani terhadap karya Yesus adalah, sebagai cahaya yang menyatakan/memperkenalkan Allah kepada manusia, juga sebagai pribadi yang berkuasa atas semua ciptaan. Maksudnya adalah Yesus sedang menyajikan Allah kepada manusia ciptaanNya, sebagai bagian dari otoritas yang ada ditanganNya.<br />Sebuah fakta yang telah disajikan oleh penulis surat Ibrani, sebagai penjelasan tentang kehadiran Yesus secara aktif, dinamis dan penuh kuasa. Pribadi yang eksis bukan karena diciptakan, tetapi kehadiranNya bahkan jauh dari pikiran manusia tentang dimensi waktu. KaryaNya yang spektakuler membawa Ia menjadi pribadi yang superior bukan hanya dalam frame kekekalan masa lampau tetapi masih terus berlanjut dalam konteks masa kini sampai pada kekekalan masa depan.<br />Kepada Yesus dikaruniakan nama yang lebih istimewa dan jauh lebih tinggi dari para malaikat sekalipun. KodratNya jauh berbeda dengan nilai kodrat para malaikat, yang oleh Morris diidentifikasikan dengan ungkapan :<br />Penulis menerangkan hal ini lebih lanjut dengan serangkaian kutipan dari kitab suci yang berbicara tentang Anak, suatu bentuk sapaan yang tidak dipakai untuk para malaikat…. Selanjutnya penulis berbicara tentang martabat rajawiNya (1:8), tentang karyaNya dalam penciptaan dan keabadiannya (1:10-12)…. Sungguh suatu penjelasan yang mengesankan bahwa sekalipun para malaikat begitu penting, mereka berada jauh di bawah Anak Allah.<br />Dalam pengamatan terhadap surat Ibrani, penulis akan menggunakan dua garis utama untuk memberikan serta menyajikan argumentasi penulis surat tentang superioritas yang dimiliki oleh Yesus, terkait dengan point utama diatas. Ide superioritas Yesus ini tidak dapat dipisahkan dengan karya penyelamatan yang telah Ia kerjakan, seperti yang dijelaskan oleh Morris berikut :<br />Yesus datang ke dunia sebagai seorang manusia, yang lebih rendah daripada malaikat, tetapi hal ini dilakukan hanya untuk menjamin keselamatan orang-orang berdosa (2:9), namun hal ini dilakukan tanpa mengubah apa yang telah dia katakan tentang keagunganNya. Sebaliknya, yang ia lakukan adalah bahwa Kristus itu cukup agung untuk merendahkan diri demi menjamin keselamatan.<br />Pemaparan berikut ini akan memberi penjelasan terhadap aspek superioritas Yesus. Dalam memaparkan superioritas Yesus, penulis surat Ibrani memberikan beberapa indikasi superioritas atas malaikat (1:4-14), Musa (psl. 3), hari perhentian/sabat (psl. 4), Melkisedek dan keimaman Harun (psl. 7), tempat Kudus (psl. 9), serta dalam hal penderitaan. <br />Pada bagian sebelumnya telah diberikan pemaparan tentang superioritas Yesus atas malaikat. Oleh karena itu pada bagian berikut, penulis akan memberikan secara terperinci superioritas Yesus atas beberapa tokoh/hal selanjutnya dalam uraian-uraian berikut ini.<br /><span style="font-weight:bold;">Mengatasi kemuliaan Musa</span><br />Alasan argumentasi penulis berdasar pada ungkapan “Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa” (psl. 3:3). Ungkapan superioritas Yesus yang melebihi Musa memiliki nilai kontraversional dalam konsep Yehudi, sebab Musa dipandang lebih agung dari malaikat. Melalui Musa Allah telah memberikan hukum Taurat dan hukum Taurat memiliki nilai keagungan tersendiri dalam upaya bangsa Yahudi untuk mendekatkan diri pada Yahweh, tidak bisa dibayangkan ada orang lain yang dapat melebihi keagungan Musa. Fakta yang dimunculkan oleh penulis surat Ibrani adalah Musa setia sebagai pelayan di rumah Allah, sedangkan Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah tersebut (3:5-6).<br /><span style="font-weight:bold;">Hari Perhentian atau Sabat</span><br />Hari sabat atau perhentian, menurut pola pikir tokoh-tokoh Yahudi pada zaman Perjanjian Baru, menggambarkan dunia yang akan datang. Jadi, berdasarkan latar belakang ini, dapat dikatakan bahwa memasuki perhentianNya berarti mendapatkan warisan, memperoleh bagian, semuanya memiliki satu arti, yaitu mengikuti Anak Manusia dalam kemenanganNya di dunia yang akan datang.<br />Istilah perhentian diangkat dari teks Mazmur pasal 95. Istilah perhentian yang digunakan pemazmur berasal dari kata manuha yang berarti resting-place, yang dalam konteks ini menunjuk ke tanah Kanaan sebagai tujuan akhir dari perjalanan panjang mereka selama 40 tahun di padang gurun. Maksud dari pengungkapan penulis surat Ibrani adalah pengharapan mereka di masa depan masih jauh bila dibandingkan dengan superioritas Yesus.<br /><span style="font-weight:bold;">Melkisedek, keimaman Harun dan tempat Kudus<br /></span>Hagelberg dalam diskusinya memberikan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang imam, yaitu :<br />Seorang imam dipilih dari antara manusia, dan ia ditetapkan untuk mewakili manusia dihadapan Allah untuk mempersembahkan “persembahan dan korban” karena dosa (5:1). Kedua disebut dalam pasal 5:2, “Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil ….” Kata “mengerti” ini berarti bahwa ia dapat “mengukur perasaannya sendiri”. Ini berarti bahwa seorang imam harus dapat melayani dengan perasaan yang telah dikendalikan dan seimbang, tidak masa bodoh. Ia seharusnya dapat menguasai dirinya terhadap orang-orang “yang jahil” dan “yang sesat” karena ia sendiri tidak sempurna, tetapi “penuh dengan kelemahan”. Yang ketiga disebut dalam pasal 5:3, yaitu bahwa imam-imam juga harus “mempersembahkan korban …. bagi dirinya sendiri”…. Yang keempat disebut dalam pasal 5:4, yaitu seorang imam harus “dipanggil untuk itu oleh Allah” sendiri.<br />Penekanan keimaman yang menjadikan nilai superioritas dalam pelayanan Yesus adalah Ia mempersembahkan satu korban yang sempurna, yaitu diriNya sendiri. Penulis surat Ibrani menggunakan aktifitas dan karya Melkisedek sebagai batu loncatan, yang dibandingkan keunggulannya dengan keimamam Harun, untuk membawa pemahaman pembaca secara benar terhadap konsep superioritas Yesus.keimamam orang Lewi yang diwakili oleh Harun, harus diulang-ulang yang hanya membuktikan betapa tidak efektifnya korban-korban tersebut. <br />Bukan hanya itu saja, ia menjelaskan dengan tuntas bahwa Yesus memang layak untuk menjadi imam besar. Pelayanan keimamam Yesus tidak menghampiri perabot-perabot di dalam bait Allah, tetapi Ia menghampiri Allah sendiri di surga. Jadi Yesus memiliki superior termasuk dalam nilai dan bobot segala lambang ritual yang ada di Yerusalem. <br />Penderitaan dan Kesesakan<br />Nilai superioritas Yesus bukan hanya sampai dalam frame kemuliaan, seakan-akan tidak berarti apabila diperhadapkan dengan kemnyataan penderitaan yang dialami oleh umat. Penulis surat Ibrani secara jelas berkata : “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”. (psl 4:15).<br />Kemanusiaan Yesus berbeda dengan kemanusiaan umat manusia, kemanusiaan Yesus telah memiliki nilai sempurna, saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga (psl 7:26). Penulis surat Ibrani menyertakan juga fakta tentang kemanusiaan Yesus sebagai pribadi yang mengambil sifat lemah ke atas diriNya yang berkuasa, tetapi juga mengalami penderitaan, dukacita, pencobaan dan kematian.<br />Penulis surat Ibrani telah memberikan begitu banyak bukti tentang fakta superioritas Yesus. Ia menjadi Pribadi sentral perhatian dan fokus hidup umat, tetapi juga fakta tentang eksistensi sebagai sang superior dalam kekekalan masa depan, akan mengharuskan seluruh manusia memperhatikan dan menjadikan Yesus sebagai sentral kehidupan. Pada pembahasan bagian bab berikut penulis akan memberikan pemaparan terhadap kemutlakan tersebut.<br />Pemaparan penulis surat Ibrani secara tegas terhadap bagian ini memang tidak nampak dengan nyata, tetapi ia memberikan argumen bahwa :<br />Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.<br />Juga dinyatakan dalam hubungannya dengan pemulihan umat Yahudi pada masa depan, yang nyata ketika ia mengutip isi kitab suci yang berkata :<br />Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.<br />Penulis mengamati bahwa pembahasan bagian ini memiliki keterkaitan inti surat, yang kesemuanya berbicara tentang superioritas Yesus diatas keimaman yang telah ada atau pernah terjadi menurut hukum Taurat. Ayat 1-5 menceritakan tentang perabot serta perlengkapan ritual yang ada, ayat 6-10 merupakan bantahan terhadap semua ritual yang pernah dilaksanakan oleh para imam, yang nilainya tidak mencapai kesempurnaan. <br />Ayat 15-22 merupakan akibat khusus dari korban Yesus dalam diriNYa, sehingga Ia layak menjadi pengantara dari suatu perjanjian yang baru, menjadi pelaksana korban tebusan bagi banyak orang. Ayat 23-28 merupakan kesimpulan sekaligus dampak pengorbanan Yesus terhadap keselamatan manusia yang kini memiliki nilai kekal.<br />Hubungan dengan nubuat perjanjian baru (Yer. 31:31-34), Allah akan menuliskan hukumNya pada hati umatNya dan Ia tidak akan mengingat dosa-dosa mereka lagi. Jalan menuju Allah yang telah dibuka oleh Yesus, tidak lagi bergantung pada ketaatan formalitas legalitas hukum taurat, tetapi lebih bernilai batiniah.<br />Dalam kaitannya dengan kekekalan masa depan, penulis surat Ibrani menyatakannya dengan ungkapan selama-lamanya. Frase pantote, berasal dari gabungan dua akar kata yaitu pas diterjemahkan dengan each, every, any, all, the whole, everyone, all things, serta everything, dan kata hote, yang diterjemahkan sebagai when whenever, while, as long as. Frase ini terkait dengan kata zon yang memiliki pengertian to live, breathe, be among the living (not lifeless, not dead). <br />Makna yang dapat diambil adalah superioritas Yesus sebagai imam besar yang telah ia kerjakan melalui penebusan dosa manusia melalui koban diriNya, akan tetap ia pertahankan sampai kekekalan masa depan. Ia akan tetap menjadi pribadi pengantara antara Allah dan umat, sampai pada kekekalan masa depan. Perjanjian baru yang di mulai oleh Yesus akan bersifat kekal, sebab tidak akan pernah muncul pribadi lain yang layak untuk menjadi pengantara kepada Allah selain Yesus saja.<br />Diakhir dari pembahasan tentang pembuktian data teks terhadap konsep superioritas Kristus, dapat ditemukan titik mufakat bahwa Yesus adalah pribadi yang unik. KeunikanNya sudah dimulai dari kekekalan masa lampau, karena dari kekekalan masa lampau (sudah ada sebelum semuanya ada) Ia sudah menjadi sentral (segala sesuatu diciptakan didalam Dia), materi pokok (tanpa Dia, tidak ada segala sesuatu yang jadi), keunikanNya terus dipelihara melewati rentang sejarah (Ia memelihara/menopang segala sesuatu yang telah dijadikan), masuk dalam dimensi waktu dan ruang (Allah yang berinkarnasi, berkenosis) untuk hadir dalam keterbatasan dengan hukum alam.<br />Hadir kedalam dunia melalui perantaraan perawan maria, mengalami masa pertumbuhan secara nomal sampai Ia siap melaksanakan karya penyelamatan Allah kepada manusia melalui pelayanan P.I.Nya, mengalami segala bentuk kesusahan dan penderitaan bahkan kematian, tetapi dibangkitkan. Kematian yang Ia kerjakan menjadikan Dia layak menjadi imam besar agung, bahkan sampai kekekalan pun tidak seorang pun yang dapat merampas atau membatalkan keimamanNya, apalagi hakekatNya sebagai pengantara suatu perjanjian baru antara Allah dan uma manusia.<br />Pemaparan diatas hanya merupakan sebuah benang biru yang membawa pada sebuah kebenaran mutlak bahwa, Yesus adalah pribadi yang superioritasnya mengatasi segala sesuatu, tokoh spektakuler manapun dan paham yang paling ideal sekalipun. Kebenaran terhadap makna Kristologi, seharusnya membawa umat hidup dalam kebergantungan mutlak, serta penyerahan diri secara total tetapi juga dengan penuh kesadaran ambil bagian dalam ketaatan bagi kemuliaanNya.arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-68539053338727109872009-04-27T07:49:00.002+07:002009-04-27T07:56:15.329+07:00Salib,Wajah Solider Allah<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1lFfWMJwKAl1YHFF_8GfUA_Gt5g8HV7U5TtxP0LXxXs3bhiANZ44OWDXmym7W4LFFGf7bfdHqmy8oJ5a79FIXzNVjeuNUM-G9AtCOvlgVz77pAVY61CrS_kXAvxeIOKFbBePbEhX-UMw/s1600-h/gmp_1024.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1lFfWMJwKAl1YHFF_8GfUA_Gt5g8HV7U5TtxP0LXxXs3bhiANZ44OWDXmym7W4LFFGf7bfdHqmy8oJ5a79FIXzNVjeuNUM-G9AtCOvlgVz77pAVY61CrS_kXAvxeIOKFbBePbEhX-UMw/s320/gmp_1024.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5329168205216600130" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Tujuan utama Yesus dengan rela mengerjakan semua penderitaan-Nya adalah menyelesaikan karya penebusan, hutang dosa manusia telah dilunasi dan rencana keselamatan kekal sudah dianugerahkan. Secara teologis semua hal diatas tidak dapat diragukan, tetapi apabila diperhatikan dari sudut pandang yang lain, Yesus telah memberikan penggambaran yang jelas bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia …”<br />Tentu saja Allah hadir dan menyertai umat-Nya dalam segala keadaan. Turut bekerja bukan saja berarti bahwa Allah pernah mengalami penderitaan tetapi juga turut merasakan setiap pergumulan yang dihadapi umat. Begitu dekatnya ungkapan ini, sampai-sampai nuansa yang timbul disana adalah berada dalam keadaan sukcaita. Bahkan Paulus dengan tidak ragu-ragu untuk menyatakan bahwa oleh karena Allah, ia ikut ambil bagian dari apa yang kurang dalam penderitaan Kristus.<br />Bagaimana mungkin memberikan penggambaran yang tepat bahwa Allah solider atas pergumulan manusia? Solider dalam bentuk yang paling dalam berarti bahwa Allah hadir dan ikut mengalami penderitaan bersama-sama dengan pelaku utama yaitu manusia. Dengan demikian pemahaman tentang Allah akan sama dengan pandangan agama suku tentang allah yang tidak mampu bahkan untuk membela dirinya sendiri, sehingga harus ada sekelompok orang yang menjadi pembelanya. Tetapi dengan melepaskan Allah dari realitas tersebut akan sama saja dengan pengakuan filsafat bahwa Allah sudah terlalu menikmati “dunianya” sampai-sampai tidak punya waktu lagi untuk memperhatikan ciptaan-Nya. <br />Epikuros salah satunya yang memberikan pemaparan tentang perihal 4 jenis Allah. Pertama, Ia mampu dan mau melaksanakan kehendak-Nya. Kedua, Ia mampu tetapi tidak mau melaksanakan kehendak-Nya. Ketiga, Ia tidak mampu tetapi mau melaksanakan kehendak-Nya, serta keempat, Ia tidak mampu sekaligus tidak mau melaksanakan kehendak-Nya. Konsep Allah yang dimiliki dalam ke-Kristenan tentu saja berbeda dengan semua bentukan di atas.<br />Allah yang dipahami adalah Allah yang secara teologis, etis dan estetik hadir dalam realita hidup umat-Nya, tetapi bukan juga Ia terlalu lemah sehingga harus “mengalami”, atau terlalu kuat dan jauh sehingga “pura-pura” mengalami penderitaan. Sehingga solidaritas Allah disini harus dipahami dengan bijaksana dimana Allah dalam Yesus Kristus secara real pernah mengalami tekanan yang paling berat dan paling buruk dalam sepanjang sejarah. Tetapi juga Ia adalah Allah yang tak terbatas oleh apapun, sehingga Allah dalam Yesus adalah Allah yang menang.<br />Dengan demikian solidaritas Allah harus dipahami bahwa Allah tetap ada dalam posisi yang kuat dan tak terjangkau oleh penderitaan tetapi Ia secara aktif merangkul manusia menderita dan memberikan penghiburan dan kemenangan. Inilah yang mengakibatkan manusia penderita bisa bertekun dalam penderitaan, karena penderitaan yang dialaminya adalah penderitaan biasa yang tidak melampaui kekuatannya. Penderitaan Kristus di atas kayu salib, sudah terlalu cukup menjadi alasan sehingga Allah membenarkan manusia berdosa demi kasih karunia-Nya.<br />Lukas menceritakan bahwa suatu ketika seorang ahli Taurat datang untuk mencobai Yesus. Pertanyaan pamungkas yang coba ditanyakan ahli Taurat tersebut adalah: “Siapakah sesamaku manusia?” Pertanyaan ini mungkin pernah terjadi dalam realita hidup manusia normal, tetapi penekanan yang ingin ditunjukan disini adalah untuk menjadi sesamaku, maka orang tersebut harus ada dalam posisi sejajar dengan aku. Sejajar dalam segala aspek, misalnya: politik, status, budaya, nilai-nilai etis, ekonomi, kepercayaan, dan lain sebagainya. <br />Kondisi bangsa Indonesia saat ini yang tak kunjung keluar dari penderitaan, akan menjadi pemicu terhadap dampak sosio-ekonomi yang semakin memperparah hubungan horisontal Indonesia. Dimana pertanyaan “siapakah sesamaku?” tidak patut untuk dipertahankan dalam konteks kehidupan bermasyarakat dalam semangat persatuan menuju keadilan sosial. Untunglah Yesus telah memberikan solusi yang tepat lewat perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Teladan ini, harus menjadi terapan praktis dalam hidup dalam semangat “bersama kita bisa.”<br />Jawaban atas pertanyaan yang diajukan sendiri oleh ahli Taurat tadi adalah: “Orang yang telah menunjukan belas kasihan kepadanya.” Artinya persepsi siapakah sesamaku harus diubah; bukan lagi dari sudut pandang aku, tetapi diubah dari sudut pandang ia/dia. Dengan demikian semua pihak akan berusaha menjadi “orang yang menunjukan belas kasihan.” Sikap seperti ini merupakan pengejawantahan semangat solidaritas Allah atas penderitaan yang dialami oleh umat-Nya.<br />Seharusnya pertanyaan seperti ini tidak perlu diajukan lagi, sebab Yesus telah terlebih dahulu menjadi sesama bagi manusia. Rangkaian peristiwa di kayu salib, mempertemukan Yesus dengan seorang terhukum yang secara sadar bahwa ia layak untuk dihukum. Kesadaran ini membuat Yesus menjadi sesama yang baik baginya dan berkata kepadanya: “…sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan aku di dalam Firdaus.” Penderitaan yang dialami oleh Yesus tidak serta merta mewajibkan-Nya untuk tutup mata dan memikirkan penderitaan sendiri. Dengan demikian teladan yang diberikan oleh Yesus, seharusnya membuat orang percaya bersama-sama dengan Allah turut ambil bagian dan solider terhadap penderitaan, serta menjadi sesama yang baik dari sesamanya yang sedang menderita; walaupun orang percaya itu sendiri sedang menderita.<br />Usulan teologis di atas dapat dijadikan wacana untuk mengembangkan metode berteologi dalam penderitaan. Bukan pula untuk melupakan kondisi bahwa Allah senantiasa mencurahkan berkat bagi umat-Nya, sehingga dekat dengan Allah membawa konsekuensi diberkati. Tetapi juga tidak melupakan realita yang lain dimana Allah juga “menghajar” orang-orang yang dikasihi-Nya. Metode berteologi seperti ini kena-mengena dengan upaya memberdayakan masyarakat teologi dalam semangat in loco (konteks kebudayaaan lokal), dengan tidak melupakan keberadaannya yang in globo (konteks universal).<br />Setelah melalui riset terhadap pembahasan tematis terhadap perihal pemeliharaan Allah yang mencakup seluruh umat manusia, maka beberapa hal yang dapat digumuli berkaitan dengan upaya berteologi dalam konteks Indonesia, yaitu: Pertama: jelas bahwa Allah yang dipahami dalam konsep iman Kristen berbeda dengan konsep Allah dari agama suku maupun desain filsafat. Allah dalam Yesus Kristus adalah pribadi yang solider dengan pergumulan dan penderitaan yang dialami oleh umat-Nya.<br />Sikap solider Allah merupakan kondisi yang real dan aktif, dimana Allah mengambil inisiatif untuk memberikan penghiburan dan pertolongan yang tanggap serta tepat waktu. Selain itu, Allah sendiri dalam Yesus Kristus, telah menunjukan teladan kemenangan atas penderitaan, sehingga dapat menjadi jaminan bagi orang percaya untuk turut serta bersama-sama dengan kemenangan Allah itu.<br />Kedua, kehadiran orang percaya dimanapun konteks hidupnya (in loco maupun in globo) harus menjadi sesama yang baik bagi sesamanya, seperti wajah Allah yang nyata dalam pergumulan Yesus Kristus di atas kayu salib. Dengan demikian, Yesus sebagai wajah Tuhan yang menderita merupakan semangat hidup solider dan menjadi sesama bagi sesamanya, entah dalam konteks penderitaan maupun tidak dalam penderitaan.arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-76304410360994064632009-04-26T14:26:00.006+07:002009-04-26T18:39:38.001+07:00The Passion of the Christ<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY2Uk61IUJxdBR3E1riSdOJum_RMi0lWetDxq_mHWZ8TaeNFaHi04kJbNlrTXCDgea2xWsrDd0G5lS-PD7Bs06HT3vXXbw813usv5ps4WjKFo3wZgW3CZoOzZDY9wodSd52dASk8HM42E/s1600-h/the+passion+of+the+Christ.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 150px; height: 98px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY2Uk61IUJxdBR3E1riSdOJum_RMi0lWetDxq_mHWZ8TaeNFaHi04kJbNlrTXCDgea2xWsrDd0G5lS-PD7Bs06HT3vXXbw813usv5ps4WjKFo3wZgW3CZoOzZDY9wodSd52dASk8HM42E/s320/the+passion+of+the+Christ.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5328963326213849058" /></a><br />Penyaliban merupakan hukuman mati perlahan-lahan yang biasa dilakukan pemerintah Romawi bagi mereka yang dianggap penjahat besar. Penyaliban ini dirancang agar terhukum mengalami penderitaan yang luar biasa sambil menantikan kematiannya. Melalui pengetahuan secara anatomi maupun dari penelitian terhadap praktek-praktek kuno mengenai penyaliban, maka sangat mungkin untuk menemukan data akurat terhadap proses penyaliban di masa Romawi. Hasil survei menjelaskan bahwa setiap luka-luka yang terjadi sudah dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan rasa sakit yang luar biasa sehingga menyebabkan kematian. Penderaan hukuman cambuk sebelum penyaliban, dilakukan dengan tujuan untuk melemahkan fisik terhukum. Pengeluaran darah yang sangat banyak bisa menyebabkan orthostatic hypotension (penurunan tekanan darah akibat berbagai gerakan perubahan posisi tubuh), bahkan menyebabkan pula hypovolemic shock (kejang akibat kekurangan cairan tubuh). Ketika korban direbahkan di tanah dalam persiapan memaku kedua tangannya, luka-luka bekas cambukan dipunggungnya akan terkoyak kembali dan tercemar oleh debu tanah. <br />Hal ini bisa menyebabkan infeksi dan demam tinggi, sehingga terhukum bisa saja mengigau di atas kayu salib. Dengan tangan terentang tetapi tidak tegang, pergelangan tangan dipaku ke palang salib. Terbukti bahwa persendian dan tulang pergelangan tangan dapat menahan berat seluruh tubuh yang tergantung disalib. Karena itu, paku-paku besi sangat mungkin ditancapkan di antara kedua jajaran tulang pergelangan tangan. Walaupun paku yang menembus pergelangan tangan bisa lewat di antara unsur-unsur tulang tanpa mengakibatkan keretakan, namun paku yang tertancap akan memutuskan syaraf motorik (penggerak) bagian tengah. Sedangkan bagian-bagian syaraf lain yang terangsang akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa di kedua tangan. Pengaruh parthophysiologic (penjalaran rasa sakit) yang terutama sebagai akibat penyaliban, selain kesakitan yang mengerikan, adalah gangguan nyata pada pernapasan normal, khususnya pernapasan keluar.<br />Berat badan yang tertarik ke bawah dan tergantung pada kedua lengan yang terpaku, akan menyulitkan otot-otot di antara tulang iga untuk berkontraksi dalam posisi menarik nafas. Proses ini akan mengakibatkan proses pernapasan yang pasif dan sangat lemah. Pernapasan menjadi pendek dan sesak. Cara pernapasan menjadi sangat tidak memadai dan akan mengakibatkan hypercarbia (napas cepat, banyak gas CO² keluar). Untuk mencapai pernapasan yang memadai memerlukan upaya mengangkat tubuh dengan mendorong kaki dan melenturkan siku dan bahu. Gerakan ini akan membuat seluruh berat badan tertumpu pada tulang mata kaki dan akan menimbulkan kesakitan yang amat sangat pada kaki yang terpaku. Melenturkan siku juga dapat mengakibatkan pula pergeseran luka dipergelangan tangan yang terpaku dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat di sekitar syaraf tangan yang rusak. Mengangkat tubuh juga akan memarut bilur-bilur luka dipunggung. Kejang pada otot-otot dan kesemutan disekujur tangan yang terentang akan menambah penderitaan. Jadi setiap gerakan yang dibuat akan justru memperhebat sengsara jiwa dan raga. <br />Kitab Injil Matius memberikan deskripsi yang unik sekaligus sempurna terhadap tahapan-tahapan pergumulan Yesus dalam prosesi penderitaan-Nya. Pada bagian-bagian ini akan mengikuti sistem kronologis yang dibuat oleh penulis injil Matius. Dengan demikian pembaca akan menemukan setiap lekuk demi lekuk penderitaan yang dialami oleh Yesus. Bukan hanya sekedar penderitaan rohani sebagai konsekuensi teologis terhadap dosa yang dipikulnya, tetapi realnya hukuman yang harus Ia pikul bagi kita.<br />Tahap Pertama (Matius 26:37)<br />Semua penderitaan rohani dan jasmani yang dialami oleh Kristus bermula di taman Getsemani. “Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk. 22:44). Di bawah tekanan yang hebat, pembuluh darah halus dalam kelenjar-kelenjar keringat dapat pecah sehingga keringat bercampur dengan darah.<br /><br />Tahap Kedua (Matius 26:67)<br />Setelah ditangkap diwaktu malam dan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, Yesus dibawa kepada Kayafas dan Majelis Yahudi. Ketika itu mereka menutup matanya dan berulang-ulang memperolokkan Dia, meludahi dan manampar Dia.<br />Tahap Ketiga (Matius 27:2)<br />Pada pagi hari Yesus sudah dipukul berulang-ulang dan penat, dibawa ke bagian lain kota Yerusalem untuk diperiksa oleh Pilatus. Barabas dilepaskan dan Yesus disesah dan kemudian diserahkan untuk disalibkan.<br />Tahap Keempat (Matius 27:26)<br />Penyesahan cara Romawi dilakukan dengan melucuti pakaian korban serta merentangkan tubuhnya pada sebuah tiang atau membungkukkan tubuhnya pada sebuah tiang yang pendek dengan tangan diikat. Alat penyesahnya adalah sebuah kayu pendek dengan beberapa tali kulit di ujungnya. Pada ujung tali kulit itu telah diikatkan potongan-potongan kecil besi atau tulang. Dua orang yang berdiri sebelah-menyebelah korban itu akan memukuli punggungnya – sebagai akibatnya – daging punggung korban akan tersayat-sayat sedemikian rupa sehingga pembuluh-pembuluh darah dan urat nadi, bahkan tidak jarang organ-organ di dalam tubuh dapat dilihat dari luar. Sering korban sudah mati sementara penyesahan dijalankan. Penyesahan merupakan penyiksaan yang sangat mengerikan, ketidakmampuan Yesus untuk berdiri sendiri sambil memikul salibnya merupakan akibat dari peyesahan yang mengerikan ini.<br />Tahap Kelima (Matius 27:28-29)<br />Tali yang mengikat Yesus dilepaskan dan Ia ditempatkan di tengah-tengah sekelompk tentara Romawi, mereka mengenakan kepada-Nya jubah berwarna ungu dengan sebatang tongkat ditangan-Nya. Mereka kemudian memasangkan mahkota dari ranting-ranting yang berduri di kepala-Nya. Para prajurit kemudian mengejek, menampar dan memukul kepalanya sehingga duri-suri makin terbenam di tengkorak kepala-Nya.<br />Tahap Keenam (Matius 27:31)<br />Balok salib yang berat itu diikatkan pada pundak Yesus. Mulailah Ia berjalan dengan perlahan-lahan menuju bukit Golgota. Beratnya balok salib tersebut ditambah lagi kepenatan jasmani yang hebat, membuat Dia terjatuh. Yesus mencoba untuk berdiri, namun tidak sanggup lagi. Simon orang Kirene kemudian dipaksa untuk memanggul salib tersebut.<br />Tahap Ketujuh (Matius 27:35)<br />Di bukit Golgota balok salib yang melintang diletakkan di tanah dan Yesus dibaringkan di atasnya. Kedua tangannya direntangkan di atas balok salib dan paku besi persegi dipakukan melalui pergelangan tangan sampai tembus ke kayu. Setelah itu Yesus diikat dengan bantuan tali balok salib yang melintang diikatkan dan dipakukan pada tiang salib. Dan sebuah penyangga untuk tubuh-Nya dipasang pada salib itu. Akhirnya kakinya direntangkan dan dipakukan pada salib itu dengan paku yang lebih besar.<br />Tahap Kedelapan (Matius 27:39)<br />Kini Yesus tergantung dalam keadaan yang menyedihkan berlumuran darah, penuh dengan luka-luka dan ditonton banyak orang. Berjam-jam lamanya seluruh tubuh-Nya terasa sakit luar biasa, lengan-Nya terasa lelah, otot-otot-Nya kejang dan kulit-Nya tercabik-cabik dari pungung yang nyeri. Kemudian muncul penderitaan baru yaitu rasa sakit yang hebat terasa dalam dada-Nya ketika cairan mulai menekan jantung-Nya. Ia merasa sangat haus dan sadar akan perkataan makian dan cemoohan orang-orang di bawah salib.<br />Tahap Kesembilan (Matius 27:46)<br />“Mengapa Engkau meninggalkan Aku.” Kata-kata ini merupakan puncak dari segala penderitaan-Nya bagi dunia yang terhilang. Seruan-Nya dalam bahasa Aram “Allahku-Allahku mengapa Kau tinggalkan Aku,” menunjukan bahwa Yesus sedang mengalami pemisahan dari Allah, sebagai pengganti orang berdosa. Pada tahap ini semua kesedihan, penderitaan dan rasa sakit mencapai puncaknya. Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita (Yes. 53:5) dan Ia telah memberikan diri-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (II Tim. 2:6). Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita (2 Kor. 5:1). Dia mati sebagai yang ditinggalkan Bapa, agar kita tidak akan pernah ditinggalkan oleh-Nya.<br />Tahap Kesepuluh (Matius 27:50)<br />Dengan nyaring ia mengucapkan kata-kata-Nya yang terakhir, “sudah selesai” (Yoh. 19:30). Seruan ini menandakan akhir dari segala penderitaan-Nya serta penyelesaian karya penebusan, hutang dosa manusia telah dilunasi dan rencana keselamatan kekal sudah dianugerahkanarrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-14919353945308709002009-04-21T21:09:00.005+07:002009-04-21T21:24:48.821+07:00Iman dan Opo-opo<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih6ZLyOGM4H5r4k9XM1F0serNH2cWouTOEHLS8FleS7Cs11dpVWkXPWekEgmrxnyCTrfC5o_S4mkCNHyBX102PSBe4V5YoecQAiM8kXOl6idNvX_ziZ1qDqlwt8AQGkwWe_MziEjiLxoA/s1600-h/dukun.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5327148846139072546" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 225px; CURSOR: hand; HEIGHT: 194px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih6ZLyOGM4H5r4k9XM1F0serNH2cWouTOEHLS8FleS7Cs11dpVWkXPWekEgmrxnyCTrfC5o_S4mkCNHyBX102PSBe4V5YoecQAiM8kXOl6idNvX_ziZ1qDqlwt8AQGkwWe_MziEjiLxoA/s320/dukun.jpg" border="0" /></a><br /><div>Dalam dunia ketimuran, praktek okultisme, mitos, perbintangan, nujum, jimat dan lainnya masih mendapat tanggapan secara antusias, yang secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai budaya yang masih terpelihara dan terserap dalam dunia modernisasi. Hal-hal seperti ini, bukan menjadi bahan asing tetapi seakan-akan sudah memasyarakat, sehingga gereja (terutama gereja tradisional) acapkali menganggap ini bukan sebagai masalah serius yang harus diselesaikan. Lain halnya dengan gereja yang bernafaskan pantekosta dan kharismatik, mereka menganggap hal seperti ini sebagai musuh gereja dan harus <em>ditengking</em>.<br />Dilema ini bukan tidak berdasar, tetapi akan menjadi masalah yang besar apabila harus dikonfontir dengan kenyataan yang ada. Pemimpin gereja seharusnya mengambil sikap yang tegas, tetapi disisi lain diperhadapkan dengan budaya, keadaan sosial, nilai tradisi serta suara mayoritas umat. Pada akhirnya pemimpin gereja mencoba bersikap netral dengan membahasakan okultisme dengan istilah kuasa putih dan kuasa hitam, yang pada akhirnya mereka ikut ambil bagian dalam melegalkan hal tersebut.<br />Dalam <em>terminologi progresifitas</em> identitas umat pilihan Allah yang telah dibenarkan, okultisme selalu mendapat kecaman yang bernilai mutlak. Rasul Petrus dengan mengutip bagian Perjanjian Lama, berkata:<br /><span style="font-size:78%;"></span></div><br /><div><span style="font-size:78%;">Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.</span><br /><br />Hal ini berarti segala bentuk pelanggaran, temasuk legalitas terhadap okultisme akan dianggap sebagai suatu sikap kudeta terhadap kekudusan Allah. Sappington memberikan pengertian terhadap praktek okultisme sebagai :<br /><span style="font-size:78%;"></span></div><br /><div><span style="font-size:78%;">Iblis membentuk dunia melalui orang-orang kepercayaannya yang mudah dipengaruhi olehnya, sehingga sistem nilai dan cara hidup dunia semakin bertentangan dengan kehendak Allah. karena kita hidup dalam dunia ini, maka kita dapat terpengaruh oleh sistem nilai atau cara hidup dunia, dan pengaruhnya menjadi lebih kuat karena adanya keinginan daging.<br /></span><br />Dalam agama Fenisia kuno beberapa praktek okultisme yang terkenal antara lain, pejabat kultis, imam agung, imam juru tenung, penjaga bait, kadeshoth (pelacur sakral, pelacur bakti), dan peratap-peratap. Melalui penggalian arkeologi terhadap kuil Kanaani di Nahariya daerah pantai utara Israel modern ditemukan bukit pengorbanan, yang digambarkan sebagai suatu tempat terbuka yang biasanya hanya dipagari disekelilingnya, terletak didekat perigi atau pohon keramat, dan dilengkapi sebuah kamar sederhana.<br />Praktek-praktek ritual seperti ini kemudian diadopsi oleh sebagian masyarakat Israel, misalnya praktek pertenungan yang terjadi dalam zaman raja Saul. Menurut 1 Samuel 23, Saul telah menghapus ilmu tenung dari Israel, serta mengancam dengan hukuman mati bagi mereka yang masih melakukannya. Sikap itu sesuai dengan hukum Israel kuno, walaupun ilmu tenung masih bertahan di Israel. praktek pertenungan terjadi di masa Yesaya dan Yosia (2 Raj. 21:6; 23:24). Jadi dapat disimpulkan bahwa praktek-praktek yang demikian itu terus-menerus berlaku di Israel, walaupun ditentang dengan keras.<br />Dalam hubungannya dengan jimat, biasanya dikaitkan dengan asumsi bahwa pemakainya akan terlindung dari kejahatan. Isu tentang pemakaian jimat sudah dimulai di seluruh Asia Barat pada zaman kuno. Jimat biasanya dipakai di kepala atau leher, umumnya adalah perhiasan atau permata kecil, batu, meterai, manik-manik, porselen atau lencana dengan kemungkinan dapat ditulisi sebait doa atau mantera. Bukti arkeologi menunjukan bahwa jimat yang umumnya adalah perhiasan berbentuk bulan sabit terbalik, simbol dewi Astarte-Isytar. Demikian pula penggunaan patung kecil dan lambang-lambang binatang dan buah dari Mesir.<br />Praktek okultisme yang masih dikenal dalam periode masa kini adalah <em>possession</em> (kerasukan setan). <em>Possession</em> adalah keadaan orang yang dikuasai oleh kekuatan setan. Tradisi Kristiani menerima adanya kemungkinan orang kerasukan setan. Sementara itu, ada banyak orang yang berpendapat bahwa keadaan orang yang seolah-olah dikuasai oleh setan itu sebenarnya disebabkan oleh gangguan psikologis, bukan karena benar-benar secara harafiah diperbudak oleh setan.<br />Beberapa kasus dalam Perjanjian Baru seakan-akan memberikan hubungan antara <em>possession</em> dan kegilaan. Sinergis dengan asumsi ini, kegilaan dikatakan sebagai awal dari terjadinya <em>distorsi</em> terhadap relasi antara manusia dan kebenaran. Meskipun demikian identifikasi seperti itu memberikan pada kegilaan sebuah makna baru kesalahan, sanksi moral dan penghukuman, yang kesemuanya bukan merupakan bagian dari pengalaman klasik. Manifestasi kegilaan tetap dianggap sebagai efek psikologis dari sebuah kesalahan moral.<br />Istlah okultisme berasal dari kata dasar <em>occultus</em>, dalam bahsa Latin, yang berarti tersembunyi, rahasia, sial, celaka, gelap, gaib dan misterius. Stanley Heath melengkapkan pengertian tersebut dengan ungkapan tidak terselidiki melalui pengamatan indrawi. Jadi okultisme berarti paham tentang kuasa atau kegiatan gelap dan gaib yang berkepentingan dalam dan bai kehidupan manusia. Orang yang okultis berarti orang yang melibatkan diri dengan dan percaya kepada roh-roh gelap, agar dirinya mengalami pertolongan dan mendapatkan manfaat darinya untuk menghadapi pergumulan hidup, melalui praktek-praktek yang bersifat rahasia, aneh dan misterius. Dalang dan sumber okult adalah iblis beserta antek-anteknya.<br />Ada banyak bentuk, substansi kepentingan dan istilah-istilah bagi praktek-praktek okultisme. Hal demikian tidak perlu mengejutkan, oleh karena iblis dan kerabatnya cukup pintar dan variatif dalam memikat calon-calon pengikutnya diwikayah-wilayah tertentu.<br />Bagian-bagian yang telah dipaparkan diatas sebagian besar masih ada dalam kehidupan beberapa golongan masyarakat Indonesia. Baik itu dikenal sebagai pesugihan, santet, azimat, susuk, opo-opo, upacara tabur agung, selametan, sesajen dan lainnya. Hal ini berarti bahwa, praktek okultisme masih erat hubungannya dengan masyarakat luas.<br />Sejarah menjelaskan bahwa animisme menjadi bagian dari kebudayaan Sangihe, walaupun mereka menyebutnya dengan “<em>mana</em>”. <em>Mana</em> adalah satu kata dari bahasa <em>malenesia</em> yang pertama-tama digunakan oleh <em>zending Inggris Codrington</em>, untuk menyatakan suatu “tenaga sakti penuh rahasia”. Dalam pemahaman masyarakat primitif, kuasa ini ada dalam manusia dan binatang, dalam pepohonan dan tetumbuhan, dalam segala sesuatu dan bisa mengerjakan baik kebahagiaan maupun pemusnahan.<br />Dalam konteks kekinian kuasa-kuasa tersebut bisa didentifikasikan sebagai kuasa hitam dan kuasa putih (dukun hitam atau dukun putih). Selain kepercayaan mana, ada juga beberapa bentuk kepercayaan lain, seperti: penyembahan orang mati, kepercayaan kepada roh-roh dan dewa-dewa, ketakuan terhadap penyihir, amulet atau jimat. Kepercayaan ini sempat tertutupi oleh karena pengaruh penyiaran agama Kristen yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga Zending, tetapi kemudian muncul kembali penggunaannya, yang walaupun telah diganti dengan istilah-istilah yang lebih “injili” atau dengan yang lebih ilmiah.<br />Pembauran antara kepercayaan primitif dengan iman Kristen, menciptakan suasana iman yang abu-abu, yang selanjutnya akan menjadi bahaya besar terhadap teologi dan doktrin-doktrin yang terkait didalamnya. Umat akan memandang kebenaran dan ketidak benaran sebagai sesuatu yang relatif, seperti yang didefinisikan oleh Holmes, sebagai:<br /><span style="font-size:78%;"></span></div><br /><div><span style="font-size:78%;">Relativisme mengatakan bahwa kebenaran adalah relatif. Berkenaan dengan itu, filsuf Yunani, yaituProtagoras menegaskan bahwa relativisme telah menguasai hampir semua bidang kehidupan dan penelitian, diantaranya dibidang etika dengan etika situasional dan dibidang agama dengan mencanangkan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak atau universal.<br /></span><br />Dibeberapa tempat tertentu iman yang abu-abu masih terasa, bahkan ada beberapa majelis gereja yang masih menggunakan dukun sebagai pengobatan alternatif, dengan alasan teologis bahwa: Tuhan juga sanggup menggunakan segala macam sarana untuk kepentingan umat-Nya. Tak ayal lagi kebenaran sudah semakin menjadi tidak mutlak, yang pada akhirnya membawa pada sikap-sikap terhadap fenomena tertentu yang masih terasa bentuk animismenya dalam gereja.<br />Beberapa contohnya antara lain, dalam persiapan persalinan dukun bersalin hanya memperhatikan kebiasaan-kebiasaan adat dan dengan mudah melalaikan syarat-syarat ilmu kesehatan dan pencegahan. Persalinan yang sulit menandakan pelanggaran yang telah dilakukan entah oleh pria, wanita ataupun oleh kerabat keluarga lainnya. Dalam hal kematian terdapat hal fenomenal lainnya, yaitu setiap kuburan harus ditutupi dengan mesel kasar, kadang-kadang dilengkapi dengan sebuah batu nisan yang tinggi. Sampai betapa jauh hal ini disebabkan oleh perasaan segan terhadap orang yang telah meninggal atau disebabkan oleh cara berpikir animistis. Tidak mengurus kuburan dengan cara seperti itu dipandang sebagai sesuatu yang tidak pantas. Itulah sebabnya seorang duda tidak akan menikah lagi sebelum kubur istrinya yang telah meninggal diselesaikan. Kebiasaan lain adalah saat kuburan-kuburan yang tidak dipedulikan selama satu tahun penuh, sehari sebelum hari natal akan dibersihkan dan dihiasi dengan bunga-bunga.<br />Hal-hal diatas hanyalah sebagian kecil contoh praktek okultisme sinkritisme yang terjadi dalam lingkungan gereja, tentu saja hal ini akan menyebabkan masalah besar apabila dieksploitasi secara besar-bsaran, namun tugas hamba Tuhan adalah untuk membersihkan umat dari segala macam praktek yang tidak Alkitabiah, dan membawa umat pada frame biblika. Hanya melalui cara ini, maka gereja akan dapat dipakai secara melimpah oleh Tuhan dalam pelayanannya.<br />Pergeseran terhadap nilai kebenaran akan membawa pada jurang kesesatan yang dapat diselubungi dengan topeng spiritual rohani, tetapi pada ujung-ujungnya akan membawa imat pada kondisi iman yang abu-abu. Segala permaianan okultisme sangat bertentangan dengan Firman Allah. orang percaya dipanggil untuk menghadapi seluruh pergumulannya dengan melibatkan Tuhan. Tindakan melibatkan kuasa okult berarti melakukan perzinahan spiritual, Firman Tuhan menegaskan tentang larangan bergaul dengan roh-roh jahat.<br />Allah sangat membenci persekutuan manusia dengan roh-roh jahat. Mencari pertolongan diluar Tuhan, yaitu bersandar kepada dunia gaib, merupakan perbuatan tercela. Apapun beratnya pergumulan hidup orang percaya, dirinya harus menyandarkan hidupnya pada kemaha kuasaan Tuhan, sebab dalam Kristus telah tersedia sumber kekuatan.<br />Berdasarkan keterlibatan dan kerekatannya dengan praktek okultisme, seseorang bisa termasuk dalam golongan: pertama, orang yang hanya sesekali mengharapkan kekuatan okultisme dalam hidupnya. Contohnya, bila seseorang sesekali datang kedukun untuk meminta pertolongan, tanpa diberikan media-media okultisme yang bersifat menetap. Kedua, memiliki sarana-sarana okultisme secara menetap. Contohnya adalah orang-orang yang memiliki jimat, opo-opo benda-benda gaib. Ketiga, orang-orang yang memang sudah menjadi hamba iblis atau hidup sebagai kepanjangan tangan kuasa-kuasa roh jahat. </div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-43179997137436671182009-04-20T15:16:00.003+07:002009-04-20T15:22:44.463+07:00Kristus telah dibangkitkan - Selamat Paska!!!<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfnjlMq8cbHTHwP7skHw5pjcsYt0NhpJy30Qqhfpl7XF1HjvlQlJRO6tnWXYFqEGc3RkNNCFL9pt6yxXlRwl7ceTEQIuZr89-AbkARQcSIQJ96LVRSaqQgDEHso96_Hn4hJ_UglDWeoJk/s1600-h/faith_Jesus_800600.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326685514266418258" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 150px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfnjlMq8cbHTHwP7skHw5pjcsYt0NhpJy30Qqhfpl7XF1HjvlQlJRO6tnWXYFqEGc3RkNNCFL9pt6yxXlRwl7ceTEQIuZr89-AbkARQcSIQJ96LVRSaqQgDEHso96_Hn4hJ_UglDWeoJk/s200/faith_Jesus_800600.jpg" border="0" /></a><br /><div><span style="font-size:78%;">... 14 Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu... 17 ... dan kamu masih hidup dalam dosamu. 18 Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. 19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. 20 Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. 21 Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia (Adam), demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (1 Korintus 15:14, 17, 18, 19, 20, 21)</span></div><br /><div><span style="font-size:78%;"></span></div><br /><div>"Apa yang loe tahu tentang Yesus?" tanyaku suatu kali kepada Dedi, saat pulang berjalan bersama dari sekolah. Saat itu, tengah hari mulai beranjak masuk pukul 1 siang. Puluhan siswa-siswi bergerombol bergegas pulang di depan pintu gerbang SMA ku. Aku masih duduk di bangku SMA kelas 2. Aku juga belum tahu banyak tentang iman pada Kristus sebab boleh dibilang aku hanyalah seorang anak laki-laki yang dibesarkan dalam keluarga Kristen.<br />Aku ingat beberapa peristiwa di masa SD dan SMP saat Paskah dirayakan di sekolah minggu. Waktu itu, ada perayaan Paskah Subuh jam 5 pagi. Pagi masih remang-remang saat aku dan teman-teman sekolah minggu yang lain duduk menunggu instruksi dari guru sekolah minggu sebelum ibadah dan lomba mencari dan menghias telor Paskah dimulai. Yah, masa kanak-kanak yang tak terlupakan, meski saat itu aku belum mengerti apa arti Paskah dan mengapa Kristus mati di kayu salib.<br />Sambil melangkah santai, Dedi menjawab singkat, "Yang disalib itu bukan Nabi Isa, itu orang lain yang menyamar jadi Nabi Isa." Entah mengapa yang dia jawab justru peristiwa penyaliban. Aku menoleh ke arahnya sementara hatiku tiba-tiba menjadi sedih. "Darimana dia mendapat kabar tentang itu? Mengapa jawaban itu yang selalu terlontar dari bibir orang-orang yang pernah kutanyakan?"<br />Mereka menyimpan dalam hati mereka bahwa Yesus tidak pernah mati dan dibangkitkan. Yesus tidak pernah menderita, disiksa, dan disembelih sebagai Anak Domba Allah. Mereka menaruh percaya bahwa Yesus diangkat ke surga sebelum ditangkap oleh prajurit Romawi. Entah darimana mereka mendengar kabar itu?<br />Ironisnya, jawaban itu juga aku dapat dari bibir orang-orang 'Kristen' yang memilih diperhamba dunia, menaruh percaya pada hal-hal lahiriah dan filsafat dunia. Mereka sudah mendengar dan (sempat) percaya tentang Kristus, tetapi buah kehidupannya justru meremehkan dan menjual imannya kepada Kristus. Atas nama cinta, Kristus ditinggalkan. Atas nama uang, jabatan dan kekuasaan, Kristus digadaikan.<br />Mungkin, di balik jawabannya itu, Dedi dan orang-orang itu ingin menyampaikan pesan bahwa iman pada Yesus adalah sia-sia sebab Ia tidak pernah disalibkan, mati, dan dibangkitkan. Sama seperti apa yang pernah Rasul Paulus katakan bahwa kita adalah adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia karena menaruh percaya dan harapan pada Yesus Kristus. Kita terhitung dalam golongan orang fasik yang semakin fasik karena percaya pada 'Tritunggal', bertuhankan 'manusia', dan bertuhankan 'orang lain yang mirip Yesus' yang mati tergantung hina di kayu salib.<br />Tetapi puji syukur kepada Allah, yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia (Adam), demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.<br />Saat Adam, manusia pertama jatuh dalam dosa, seluruh generasi setelah Adam mewarisi dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Tidak ada satu manusiapun yang layak di hadapan-Nya. Ratusan bahkan ribuan tahun lamanya, manusia bertobat dari dosa-dosanya dengan cara menyembelih hewan korban domba sebagai simbol penebusan dosa. Tetapi manusia tetap jauh dari Allah dan Allah tidak bisa didekati.<br />Hingga hari yang telah ditentukan-Nya, Kristus lahir ke dunia, Tuhan yang menjadi manusia, memberitakan kabar baik bahwa Tuhan mengasihi manusia ciptaan-Nya. Dia menceritakan tentang surga dan kasih Bapa-Nya. Dia menyingkapkan kebenaran surgawi meruntuhkan kebenaran-kebenaran buatan manusia. Dia adalah Kasih dan melalui Dia kita bisa mengenal dan merasakan bahwa Tuhan sangat mengasihi kita. Dia tidak mati dan tidak jauh. Dia dekat dalam hati dan menyertai kita hingga kesudahan jaman. Bahkan dia mati tergantung di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Itulah bukti cinta-Nya kepada manusia dengan memberikan diri-Nya sendiri sebagai korban sembelihan.<br />Sama seperti satu manusia Adam jasmani jatuh dalam dosa, oleh satu manusia Adam rohani pulalah kita diperdamaikan dengan Allah yaitu Yesus Kristus. Manusia tidak perlu lagi takut menghadap-Nya, takut pada maut, dan berharap Ia berkenan terhadap hewan korban sembelihan yang dipersembahkan kepada-Nya, sebab lewat Kristus, korban Anak Domba Allah, manusia diperdamaikan kembali sebagai ciptaan baru dimana kutuk dosa dan kutuk maut tidak lagi menguasainya. Terpujilah Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.</div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-10730253007673183722009-04-19T18:19:00.006+07:002009-04-19T18:54:09.156+07:00Yesus: Anak Allah, Kudus dan Tak Berdosa<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdimmjztsb4ZfjICDRP7tFurD7Eq8kd7sjJWtDw83Zn5bXwV85hoCRQmv_t72Wje-n7ioPs1xQ-N98-iaQTbuwUfScufTt2vfMuq7GVzZTSgoYSieeUS5AvLMM7S4RHPEtBQrmPvisu_s/s1600-h/Maria+Dan+Yesus.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326361480475980002" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 154px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdimmjztsb4ZfjICDRP7tFurD7Eq8kd7sjJWtDw83Zn5bXwV85hoCRQmv_t72Wje-n7ioPs1xQ-N98-iaQTbuwUfScufTt2vfMuq7GVzZTSgoYSieeUS5AvLMM7S4RHPEtBQrmPvisu_s/s200/Maria+Dan+Yesus.jpg" border="0" /></a><br /><div>Yesus Anak Allah yang kudus dan tak berdosa merupakan topik yang sangat menarik untuk dibahas karena, jika Kristus ternyata berdosa maka iman Kristen akan runtuh dan menjadi tidak jelas. Justru dengan adanya topik yang demikian membutuhkan suatu pembuktian yang bersifat argumentatif atau apologetika. Karena Kristus adalah manusia dan Allah yang sejati dan menjadi obyek iman Kekristenan, maka eksistensi Kristus sebagai pribadi yang kudus dan yang tak berdosa merupakan landasan iman untuk memahami korban Kristus sebagai yang tak bercacat dan yang berkenan kepada Allah. Artinya Kristus adalah Juruselamat yang sejati.<br /><br />Yesus Kristus disebut sebagai “Anak Allah yang kudus” (Lukas 1:35), “Yang Kudus dan Benar” (Kisah 3:14), “hamba-Mu yang Kudus” (Kisah 4:27). Kekudusan Kristus menyatakan keilahian-Nya (Yohanes 14:30). Menegaskan hakekat kekudusan Tuhan Yesus Kristus, penulis Kitab Ibrani mencatat bahwa “Ia tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15), artinya menunjukkan bahwa perilaku-Nya kudus karena Ia terpisah dari pencemaran dosa (Ibrani 7:26) karena pada dasarnya Yesus selalu melakukan kehendak dan menyenangkan hati Bapa-Nya yang di Sorga (Yohanes 8:29). Terbukti ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalasnya dengan mencaci maki tetapi justru Ia menyerahkannya kepada Dia yang menghakini dengan adil (1 Petrus 2:22,23).<br />Tentang eksistensi kepribadian Kristus sebagai manusia-Allah yang sejati dan berkaitan dengan bisa atau tidaknya Yesus berdosa pernah menjadi topik yang diangkat untuk bahan perdebatan oleh para pakar teologi. Hodge seorang pakar yang menyatakan bahwa “pencobaan dapat diartikan kemungkinan berbuat dosa.” jadi pribadi Kristus tidak mungkin berbuat dosa, maka pencoban-Nya juga bukanlah hal yang nyata dan tidak berdampak. Dan Ia tidak dapat memberikan simpati kepada umat-Nya.<br />Nampaknya pendapat Hodge ini lebih ekstrim karena hanya cenderung untuk melihat pada satu aspek saja yakni karena Kristus dalam kemanusiaan-Nya, jadi mungkin dapat berdosa. Sedangkan pada sisi yang lain, Shedd menyanggah pendapat bahwa Yesus kemungkinan bisa berdosa. Shedd menyatakan;”Hal ini tidak cocok dengan doktrin sifat Kristus yang tidak bisa berdosa, karena tidak konsisten dengan keadaan-Nya yang dapat dicobai. Dikatakan, bahwa seorang yang tidak dapat berbuat dosa, tidak dapat dicobai untuk berbuat dosa.”<br />Pada intinya dari hasil perdebatan tersebut memunculkan topik perdebatan dengan kualitas konsep. Adapun konsep tersebut ialah; bahwa Ia tidak mungkin berbuat dosa disebut “tanpa dosa” (<em>non posse peccare</em>). Dan konsep bahwa Ia mungkin dapat, apakah ia melakukannya atau tidak, disebut dengan “tak bercela” (<em>posse non peccare</em>).<br />Dalam mengatasi perdebadatan diatas kaum konservatif menyatakan pendapat yang Alkitabiah dengan mengemukakan pemahaman bahwa Kristus tanpa dosa, dan kelompok ini tidak setuju dengan pertanyaan apakah Ia dapat atau tidak dapat berbuat dosa. Sehubungan dengan masalah pencobaan Kristus kenyataan yang faktual bahwa ujian-ujian-Nya benar-benar terjadi secara pengalaman. Sebenarnya ujian-ujian yang dialami oleh Kristus merupakan ujian yang disesuaikan dengan keberadaan-Nya sebagai manusia-Allah yang sejati.<br />Kekudusan Kristus sebagai Anak Allah memiliki suatu pengertian yang mengacu pada kualitas hidup dalam setiap aspek kehidupan, artinya Ia terpisah dari kebobrokan dosa. Ungkapan anak Allah tentunya mengacu pada pengertian bahwa Ia Menampakkan kemuliaan Allah dalam hidup-Nya serta ia selalu menyenangkan dan melakukan kehendak Bapa (Yohanes 8:29).<br /><br />Terbukti bahwa Kristus adalah Manusia dan Allah sejati dan semasa hidupnya Ia berlaku kudus dan hidup sesuai dengan kehendak Bapa. Dengan hakekatnya yang kudus maka Kristus layak untuk menjadi Juruselamat yang sejati yang menebus umat manusia dari perbudakan dosa (Yohanes 3:16). Artinya Kristus adalah korban yang sempurna dan dan itu cukup terjadi sekali dan berdampak untuk selamanuya.<br /><br /><br /><br /><br /></div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-53643000763627607842009-04-19T18:11:00.002+07:002009-04-19T18:17:15.744+07:00Ringkasan Buku Runtut Pijar<div align="center"><span style="font-size:180%;"><strong>Ringkasan buku</strong></span></div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguDi5pL03iNMNbOKTg7G-VANrLgMqrj4Mdqkw6_QbFx-VPTfwPDyfL36iEBoF-siA_VUYc37ZA7NNT1EfS6HViR9dns23vy-wfr-d-57M3E6QzpgpmabrEsjUJXID6JtVF0SWrrafmoyc/s1600-h/rp.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326359829308749666" style="WIDTH: 72px; CURSOR: hand; HEIGHT: 92px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguDi5pL03iNMNbOKTg7G-VANrLgMqrj4Mdqkw6_QbFx-VPTfwPDyfL36iEBoF-siA_VUYc37ZA7NNT1EfS6HViR9dns23vy-wfr-d-57M3E6QzpgpmabrEsjUJXID6JtVF0SWrrafmoyc/s200/rp.jpg" border="0" /></a><br /><div align="left"><br />Judul : Runtut Pijar<br />Penulis : Tony Lane<br />Penerbit : Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001 (edisi revisi)<br /><br /><u>Dewan Gereja-gereja se-Dunia</u><br />Diresmikan di Amsterdam tahun 1948 merupakan wakil dari 147 gereja dari 44 negara, yang didorong oleh konferensi pekabaran Injil se-Dunia tahun 1910, yang diadakan di Edinburgh. Beberapa topok yang dibahas didalamnya adalah, iman dan tata gereja yang berusaha menyatukan kembali aliran-aliran dalam agama Kristen. Kehidupan dan pekerjaan adalah gerakan yang melihat iman Kristen dari kacamata sosial, ekonomi dan politik, serta Dewan Pekabaran Injil International.samapi saat ini semua gereja-gereja Kristen penting telah menjadi anggota dari Dewan gereja-gereja se-Dunia, kecuali gereja Roma Katholik serta beberapa kelompok Evangelikal.<br />Beberapa sidang raya yang dihasilkan antara lain, Amsterdam (1948) tentang persekutuan gereja-gereja yang menerima Yesus Kristus sebagai Allah dan Juruselamat. Evanston (1954), pekabaran Injil dinyatakan sebagai membawa orang kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, dan menggabungkan mereka dengan gereja yang utuh untuk mencapai maksud Allah.<br />Upsala (1969), memberikan tekanan pada dimensi horisontal, yaitu pendamaian diantara umat manusia. Nairobi (1975), mulai memadukan antara dimensi horisontal dan dimensi vertikal, yang menghasilkan rumusan tentang seluruh gereja yang membawa seluruh Injil kepada pribadi seluruhnya di seluruh dunia. Seluruh Injil berarti pendamaian dengan Allah dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam memperjuangkan keadilan dan harkat manisia. Misi adalah pengakuan akan Yesus Kristus dalam kata dan perbuatan.<br />Vancouver (1983), memandang bahwa gereja seharusnya menjadi saksi Kristus bagi orang-orang yang sudah beragama maupun belum, disisi lain ditegaskan juga bahwa Allah hadir dan berkarya ditengah-tengah masyarakat yang beriman lain. Canbera (1991), sesuai dengan temanya yaitu Datanglah Roh Kudus - Baharuilah seluruh ciptaan, maka sidang raya ini lebih memikirkan masalah-masalah yang berkaitan dengan klonsep Roh Kudus.<br />Sejak tahun 1968 dimensi sosial injil menjadi pokok yang paling eksplosif dalam agenda dewan gereja-gereja se0-dunia. Namun hasil keseluruhan perdebatan adalah usaha serius dari semua pihak untuk mengemabngkan kebulatan konsep dari pengutusan dan penyelamatan serta menghindari kesalahan masa lampau untuk menafsirkannya dalam pengertian yang individual dan spiritual semata-mata.<br /><br /><u>Marthin Luther King</u> (impian keadilan)<br />Lahir di Atlanta tahun 1929 berasal dari keluarga pendeta baptis, yang akhirnya membawa ia untuk menjadi pendeta baptis pada 1954. ia menempuh pendidikan akademisi sampai jenjang doktor di Boston University. King menjadi pemimpin gerakan-gerakan hal sipil, yang ditunjang dengan bakat pidato. Dalam aksinya tidak menggunakan kekerasan, yang nerupakan akibat penohohan terhadap Gandhi.<br />Usaha kerja kerasnya mendapat dukungan aktif dari Kennedy dan Johnson, yang mengakibatkan kongres Amerika Serikat tahun 1964 mengesahkan undang-undang hak sipil. Pada tahun yang sama King mendapat hadiah nobel untuk perdamaian, walaupun itu semua harus dibayar mahal dengan kematiannya pada tahun 1968, ketika ia mati tertembak oleh pembunuh kulit putih di Memphis.<br /><br /><u>Kosuke Koyama</u> (Allah dalam kebudayaan yang hening)<br />Lahir di Tokyo tahun 1929, menyelesaikan doktor tahun 1959 dari Princeton Theological Seminary. Karir pelayanannya dimulai tahun 1961-1969 ketika ia menjadi misionaris di Thailand. Ia terkenal dengan karya Water-buffalo Theology (teologi kerbau) yang diterbitkan tahun 1974, sebagai bagian dari usaha pelayanananya di Thailand. Ia berusaha menemukan formula untuk dapat menyampaikan “Allah” dalam konteks budaya setempat.<br />Tahun 1979 ia menerbitkan Three Milian Hour God (Allah berkecepatan tiga mil perjam), sebagai suatu kumpulan telaah Alkitan dalam konteks Asia Tenggara, ia berusaha membandingkan efisiensi segera dari teknologi modern dengan cara Allah mengajar umatNya. Dikelas kita mengajar teori sedangkan Allah mengajar melalui pengalaman kehidupan yang sebenarnya.<br />Baru-baru ini ia menerbitkan Mount Fuji and Mount Sinai (gunung Fuju dan gunung Sinai), yang merupakan usahanya untuk mengaitkan antara pengalaman historis dengan Jepang sejak tahun 1945 dan teologi salib, yang pada akhirnya ia menemukan kesimpulan bahwa kita berpihak pada penciptaan dan bukan penghancuran. Tidak ada kata terakhir tentang dunia dan nasib, sebab keduanya adalah milik Allah, yang pada akhirnya memberikan kesanggupan kepada kita untuk membedakan antara Allah dan dewa-dewa, antara nabi sejati dan nabi palsu.<br /><br /><u>John Mbiti</u> (bukan kekristenan import)<br />Lahir tahun 1931 di Kitui, Kenya, Afrika. Dibesarkan dalam gereja pedalaman di Frika yang merupakan hasil dari pelayanan misi Afrika pedalaman.berhasil meraih gelar doktor tahun 1963 di Universitas Canbridge dengan disertai New Testament Thology in an African Backgroud (teologi perjanjian baru dengan latar belakang Afrika). Karena ketidak puasan dengan gereja Afrika, ia kemudian bergabung dengan gereja Anglikan. Seorang teolok afrika yang banyak menghasilkan karya, antara lain: penelaahan Alkitab, tradisi agama Afrik pra-Kristen dan perjumpaannya dengan iman Kristen, kebudayaan dan teologi Afrika, selain itu ia juga sangat kristis dengan usaha penginjilan di Afrika.<br />Ia mempelajari kebudayaan Afrika bukan hanya sebagai riset antroplogi tetapi lebih berfokus pada tugas teologisnya. Yang menjadi dasar penolakannya terhadap kekristenan import adalah pembedaanya antara Injil dan iman Kristen. Kekristenan adalah hasil akhir dari kedatangan injil ditengah-tengah kelompok budaya masyarakat yang memberi respon terhadap Injil dengan iman.<br />Baginya Injil melewati dan menemukan jalan masuk melalui budaya, sebab itu Injil tidak membuang kebudayaan. Injil tidak menolak kebudayaan tetapi malah mengubahnya. Injilk masuk dalam budaya dan mengambil alih ketika kebuadayaan sudah sampai pada titik klimaksnya. Orang Kristen bergerak dengan kebudayaannya sebagai barang bawaan menuju tujuan eskatologis dari Injil.<br /><br /><u>Teologi Pembebasan</u> (orang-orang Kristen dari Revolusi)<br />Sebagai negara adikuasa yang dikuasai oleh kelompok elit yang berkuasa menyababkan Amerika menjadi negara kaya yang penduduknya melarat. Amerika latin tidak hanya terkebelakang tetapi juga tertindas oleh rezimnya sendiri. Analisa ini muncul dalam konfrerensi para uskup Amerika Latin II di Medelin, Kolombia (1968). Dalam menghadapi rezim seperti ini, para uskup menyadari akan bahaya yang akan muncul apabila menggunakan cara kekerasan.<br />Ada begitu banyak tokoh-tokoh yang bergerak dalam teologi pembebasan antara lain adalah Camillo Torres yang merupakan aktifis pertama sekaligus menjadi marthir pertama, karya tulis yang semapat ia hasilkan antara lain adalah A Theology of Liberation (teologi pembebasan) 1971. We Drink from our own wells (kami minum dari sumur kami sendiri) 1983. tkoh-tokoh lainnya adalah Leonardo Boff seorang Fransiskan dari Brasil, Jon Sobrino seorang Yesuit Spanyol. Selain itu mereka juga memiliki tokoh-tokoh negarawan sekaligus aktivis dan teolog seperti, Oscar Romero uskup agung San Salvador. Uskup agung Helder Camara dari Brasil.<br />Beberapa inti pengajaran teologi pembahasan menurut versi ajaran Gutierrez, adalah, teologi pembebsan tidak dapat dilihat sebagai teologi universal. Teologi pembebasan bukan merupakan tema baru dalam berteologi, tetapi merupakan jalan yang baru untuk berteologi. Teologi pembebsan bangkit dari analisa terhadap situasi. Pada akhirnya teologi pembebasan mendapat tanggapan dari Vatikan pada tahun 1984 dengan menerbitkan Instruction Certain Aspects oh the Theology of Liberation (instruksi mengenai aspek-aspek tertentu teologi pembebasan). Melalui dokumen ini gereja dituntut untuk berpihak kepada orang-orang miskin dan mendesak orang Kristen untuk memperjuangkan keadilan, kebebasan dan martabat manusia. Walaupun dari dokumen tersebut dihasilkan juga beberap sikap kristis dari pihak Vatikan terhadap pergerakan kaum teolog teologi pembebasan.<br /><br /><u>Kongres Lausanne</u> (1974)<br />Kongres Lausanne merupakan pertemuan evangelical penting yang diadakan dari 150 negara dengan mengrim wakil secara keselutuhan yang berjumlah 3000 peserta, dengan tema sentral Biarkan bumi mendengar suaraNya. Kongres ini menghasilkan perjanjian yang bernama Lausanne Covenant (perjanjian Lausanne). Perjanjian ini merupakan pengakuan iman dengan jangkauan luas, yang paling banyak mewakili pendapat dari peserta dan mewakili pernyataan berwibawa dari kelompok evangelical, yang tetap berfokus pada usaha penginjilan sedunia sampai Kristus datang kembali kedunia.<br /><br /></div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-36815936444377402392009-04-18T11:31:00.000+07:002009-04-18T11:32:28.030+07:00Sukacita dalam Roh Kudus<span style="color:#000099;">Apabila kita perhatikan keterangan pada tanggalan, maka akan ditemukan informasi tentang hari libur; ada libur nasional; ada pula libur keagamaan: mulai dari tahun baru imlek (26 januari), maulid nabi Muhammad (9 Maret), hari raya nyepi (26 Maret) dan yang lainnya. Kita juga akan menemukan wafat Yesus Kristus (10 April), tapi jangan berharap untuk menemukan dalam tanggalan tercatat hari minggunya sebagai hari kebangkitan Kristus. Anehnya ada keterangan tentang kenaikan Yesus Kristus (21 Mei). Bukan hanya tanggalan saja, ada begitu banyak pihak yang menentang kebenaran bahwa Yesus bangkit. Malah beberapa ahli telah mengumumkan bahwa mereka telah menemukan kuburan keluarga Yesus lengkap dengan istri-Nya (Maria Magdalena) dan anak-anak-Nya. <br />Padahal Ia sungguh-sungguh bangkit, sebab Perjanjian Baru menegaskan ada kurang lebih 500 orang yang telah menjadi saksi kebangkitan-Nya. Kita pun sekarang menerima bahwa Ia telah bangkit. Kita menerima kebenaran tersebut, sebab di sanalah iman kita diletakkan. Secara prinsip rohani kita sungguh-sungguh percaya bahwa Ia bangkit. Bahkan dalam setiap ibadah minggu kita terus mengulang ikrar iman yang salah satunya mempercayai kebangkitan-Nya. Jelas kita berbeda dengan orang-orang yang tidak dapat menerima perihal kebangkitan-Nya. <br />Permasalahan yang akan dibahas sekarang adalah mengapa pengalaman hidup kita tidak setangguh pengalaman iman kita? Bukankah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Ia bangkit? Bukankah mata iman kita senantiasa tertuju pada kubur yang telah kosong itu? Namun, bukankah terkadang dalam perjalanan hidup ini kita membiarkan diri ada dalam kesedihan dan keputus asaan? Bukankah terkadang kita memilih jalan untuk kembali menjadi penjala ikan, sama dengan yang diperbuat oleh Petrus dan teman-temannya dalam Yohanes 21:1-3. Pembacaan Alkitab hari ini memberikan alasan kepada kita mengapa kita tidak boleh kembali pada kesedihan dan keputus asaan.<br />Mazmur 68 adalah mazmur kemenangan. Tulisan raja Daud berdasarkan pengalaman hidupnya. Raja Daud sadar penuh bahwa kemenangan yang ia peroleh pada seantero hidupnya adalah karya Allah. Raja Daud tahu bahwa hanya Allah sajalah yang telah mengerjakan semua kemenangan, tanpa Allah maka ia bukanlah siapa-siapa. Perhatikanlah deskripsi raja Daud perihal Allah yang ia kenal. Ayat 2-7: Allah yang penuh kepedulian; ayat 8-19: Allah yang berkuasa atas khaliknya; ayat 20-24: Allah yang menyelamatkan dari para musuh; ayat 25-30: Allah sebagai sasaran ibadah umat; ayat 31-36: Allah yang dipuji segala bangsa. Dengan demikian, perenungan hari ini membawa kita untuk memikirkan perihal Allah yang Maha Peduli.<br />Beberapa aspek kepedulian Allah yang dapat dijangkau oleh pikiran dan pengalaman raja Daud adalah (pertama): Kepedulian Allah dinyatakan oleh tindakan-Nya yang kuat perkasa memelihara kebenaran (ay. 2-3). Bukankah kesedihan dan keputus asaan kita dapat terjadi ketika melihat segala ketimpangan dalam dunia ini. Kita yang terus menjaga agar hidup lurus dan benar di hadapan Tuhan, justru tidak lebih kaya dari para fasik yang senantiasa mencuri uang rakyat; memperoleh jabatan karena kolusi dan nepotisme, memiliki begitu banyak materi karena korupsi. Kita yang rajin memelihara persekutuan dengan Tuhan justru ditimpa berbagai permasalahan, pergumulan dan penderitaan hidup, sedangkan mereka yang timbul – tenggelam iman persekutuannya justru semakin sehat, gemuk dan tidak sakit-sakitan. <br />Perhatikanlah keyakinan iman raja Daud, ia tahu bahwa Allah peduli akan setiap orang yang memelihara kebenaran-Nya dan Ia akan segera menghukum orang fasik, seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah akhir hidup dari si fasik; sedangkan mereka yang memelihara kebenaran Allah dalam hidupnya akan beria-ria, bergembira dan bersukacita di hadapan Allah (ay. 4). Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tinggal dalam kesedihan dan keputus asaan, bukanlah Allah sudah bangkit? KebangkitanNya merupakan bukti nyata dari kemahakuasaan dan kepedulian Allah atas keberadaan hidup kita. Tanpa kebangkitan itu, semua yang kita imani menjadi sia-sia dan tak ada yang bisa kita andalkan ketika kita berputus asa.<br />(kedua) kepedulian Allah nyata dalam kuasa-Nya. Allah bangkit, ujar raja Daud. Allah bangkit menunjukan tindakan-Nya yang aktif dalam mengontrol sejarah. Ia tidak pernah meninggalkan buatan tangan-Nya. Ia tidak pernah lalai memelihara umat-Nya. Ia tidak pernah kompromi dengan kefasikan. Allah senantiasa aktif, tidak ada sejarah yang tercatat tanpa sepengetahuan dan tindakan Allah, semuanya terjadi setelah diizinkan Allah. Begitu hebatnya Ia, sehingga sejarah pun tunduk dalam kontrol-Nya. Semua ada dalam tangan Tuhan, entahkah sejarah masa lampau, masa kini maupun masa depan.<br />Karena Ia bangkit dan berkuasa, maka tanggalkanlah kefasikan dan kenakanlah kebenaran. Keindahan, kesuksesan dan kegagahan yang di tawarkan kefasikan adalah semua belaka. Ia hanya seperti asap yang sebentar saja kelihatan kemudian hilang lenyap oleh angin; kekuatan dan kegagahannya hanya sama seperti lilin yang sebentar saja habis meleleh oleh api. Tidak ada keunggulan yang disediakan oleh kefasikan, yang ada hanyalah kesia-siaan. Sedangkan mereka yang ada dalam kebenaran Allah akan menikmati sukacita dan kegembiraan yang tak berkesudahan.<br />Minggu ini adalah minggu paska ke dua bagi kita, Allah sudah bangkit. Kebangkitan-Nya adalah perayaan prosesi kemenangan seorang raja. Ia tidak dapat dikalahkan, Ia sudah menang, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk hidup dalam kesedihan dan keputus asaan. Kebangkitan-Nya adalah jalan bagi kita untuk ada dalam perarakan kemenangan yang sama. Jadi mari sama-sama melangkah dalam perarakan kemenangan yang sama, sebab Ia sudah bangkit. Kebangkitan-Nya memberikan jaminan akan sukacita berkelimpahan, itulah inti sukacita dalam Roh Kudus.<br />Apa yang kita lakukan jika jagoan atau idola atau seseorang yang memberi teladan baik itu menang dalam pertandingan? Atau jika pahlawan kita menang dalam peperangan? Tentu kita juga ikut senang dan ikut dalam arak-arakan kemenangan atau pesta besar, syukuran, tumpengan dan sebagainya. Kita juga dapat berkat dari keikutsertaan dalam perayaan itu. <br />Nah, sekarang yang bangkit itu adalah Tuhan kita, pembela kita, tidakkah kita bersukacita juga? Karena kemenangan-Nya atas maut tidak hanya memberikan kebanggaan seperti pada pahlawan kita saja, tetapi lebih dari itu, kemenangan-Nya memulihkan keadaan kita.<br />Mari rayakan kemenangan-Nya, sebuah bukti kebenaran-Nya yang tak terkalahkan oleh apa pun, dan ketika kita turut dalam perarakan kemenangan itu dengan cara hidup di dalam kebenaran , kita akan dapat berkat!..pemazmur menegaskan,”..maka kita akan bersukacita, beria-ria di hadapan-Nya, bergembira dan bersukacita” dalam keadaan apa pun di hidup kita.<br />Selamat Paskah! Selamat berkemenangan! Tuhan memberkati kita. Amin. </span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-51914435973330844242009-04-18T11:15:00.001+07:002009-04-18T11:17:36.757+07:00Beritakanlah bahwa Ia hidup<span style="color:#006600;">Kematian adalah kata yang menakutkan. Bahkan kalaupun kematian itu datang dengan perlahan-lahan atau dipersiapkan, ia tetaplah menakutkan. Dari sudut pandang dunia, kematian itu gelap, mencekam, sepi, terpisahkan dan sangat menakutkan. Sehingga tidak ada keceriaan dan sukacita yang menyertai <span style="color:#cc33cc;">kematian</span>. Membayangkannya pun telah menjadi sebuah ketakutan bagi manusia.<br />Orang Yahudi memiliki konsep bahwa kematian itu adalah keterpisahan. Keterpisahan antara jiwa dengan raga; keterpisahan dengan keluarga; keterpisahan dengan semua yang hidup; keterpisahan dengan cita-cita dan harapan. Lebih dari itu, kematian adalah kondisi terpisahnya hubungan seseorang dengan Tuhan. Dengan demikian, kematian menjadi sesuatu keadaan yang sangat mengerikan bagi manusia.<br />Kondisi seperti itulah yang ada dalam bayangan kedua murid ini (Kleopas dan temannya) sembari mereka berjalan ke Emaus dari Yerusalem. Bayangan kelam dari kematian membuat mereka bahkan tidak dapat mengenali Yesus yang turut dalam perjalanan itu. Lukas menjelaskan bahwa ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga tidak dapat mengenali-Nya (ay. 16). Penghalang utama adalah keragu-raguan akan siapa Yesus sebenarnya. Mereka dapat saja percaya atas pengajaran dan perbuatan ajaib Yesus. Mereka malahan percaya bahwa Yesus adalah nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa (ay. 19); tetapi ketika kematian dialami oleh Yesus maka semua kepercayaan itu segera sirna.<br />Demikianlah pada awal kisah ini mereka gagal ada dalam sukacita bahwa Ia hidup. Bukankah permasalahan yang hampir sama terjadi dalam kehidupan ke-kristenan kita. Kita lebih sibuk memikirkan dan menceritakan permasalahan hidup kita pada orang lain daripada memikirkan dan menceritakan bahwa Ia hidup. Kita lebih cermat melihat masalah kehidupan dari pada melihat mujizat yang Allah kerjakan dalam hidup. Kita lebih mudah bersungut-sungut dan dibelenggu ketakutan daripada bersukacita dalam pengharapan bersama Kristus. Kisah perjalanan Kleopas dan temannya dari Yerusalem ke Emaus menjadi pembelajaran tersendiri bagi kita dalam perjalanan dari Yerusalem sebagai “kota damai” menuju Emaus yang dalam bahasa Yunani berarti “tempat mandi hangat”.<br />Lihatlah mereka berdua adalah murid yang turut serta melihat segala perkara ajaib yang Yesus kerjakan; mereka turut mendengar setiap pengajaran yang Yesus berikan; tetapi ketika bayangan kematian menghampiri Yesus, mereka menjadi “buta” dan berjalan meninggalkan kota damai menuju kehangatan yang ditawarkan dunia. Tragis…tetapi itulah yang kerap kita lakukan. Minggu ini adalah minggu pertama paska. Pada hari minggu kita telah memperingati kebangkitan-Nya. Pertanyaannya sekarang adalah kemana kita akan melangkah: apakah tetap dalam kota damai-Nya atau segera kita dibutakan oleh peliknya masalah hidup ini sehingga berniat menuju Emaus?<br />Masing-masing kita memiliki masalah tersendiri, baik dalam keluarga, pelayanan maupun pekerjaan. Permasalahan itu datang silih berganti dan masing-masing memiliki jalan keluarnya pada waktunya. Justru permasalahan itu akan menjadi sukacita bagi kita apabila kita memandangnya sambil mengingat kubur yang sudah kosong itu. Ia sudah bangkit. Beritakanlah bahwa Ia sudah bangkit. Artinya Ia bukan sekedar nabi, utusan, hamba tetapi Ia adalah Allah sendiri. Kebangkitan membuktikan bahwa Ia hidup, berkuasa dan tak terbatasi oleh apapun. Kebangkitan Kristus seharusnya menjadi cerita yang tak henti-hentinya kita beritakan. Bukankah lebih berguna menceritakan kebangkitan-Nya daripada terus berkeluh kesah atas permasalahan yang sedang kita pikul. Bukankah pada akhirnya Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya bagi Kleopas dan temannya (ay. 30)? Ya, berkat Allah tersaji bagi mereka yang percaya. Jadi mari jalani hidup yang unik ini sambil terus percaya bahwa Ia sudah bangkit, selanjutnya … Beritakanlah kepada dunia: bahwa Ia hidup.<br />Lantas, bagaimana cara kita memberitakan bahwa Ia hidup?<br />Coba perhatikan sejenak ketika murid-murid bertemu Yesus di jalan ke Emaus ini. Mereka ‘pangling’ waktu ketemu Yesus. Tapi kemudian baru mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti,..sebuah tindakan yang mencerminkan tindakan kasih Yesus, membagi-bagikan berkat.<br />Marilah mulai saat ini, kita kurangi mengeluh dan bersungut-sungut serta takut menghadapi hidup tapi sebaliknya Marilah terus berusaha memberitakan kebangkitanNya dengan meneladani tindakan kasih Yesus,.. mari berbagi berkat bagi sesama kita, jangan pernah takut, Ia tetap ada bersama kita dan berjalan bersama kita, sekali pun kadang-kadang kita ‘pangling’ dengan Yesus. Ia tetap memberkati kita. Amin.</span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-49278111938937088422009-04-18T11:11:00.001+07:002009-04-18T11:13:06.236+07:00Mengampuni Orang Tua<span style="color:#ff0000;">Judul di atas terkesan biasa saja dan mungkin bisa dikatakan basa basi. Siapa sih diantara kita yang tidak mengampuni orang tua jika mereka melakukan kekeliruan atau kesalahan? Atau kapan dan bagaimana caranya orang tua kita menjadi bersalah sehingga kita harus mengampuni mereka? Anehnya, pembacaan Alkitab hari ini sama sekali tidak berbicara tentang mengampuni tetapi perihal menghormati orang tua. Apakah ada yang keliru? Tidak, mari kita lihat lebih jauh teks Alkitab kita, kemudian nantinya menghubungkannya dengan tema malam ini: Mengampuni orang tua.<br />Menghormati adalah kata kerja aktif yang datang dari kata hormat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata homat berarti sikap hormat dalam militer, membungkukan badan, atau salut kepada seseorang yang kita anggap lebih dewasa atau lebih tinggi pangkatnya dari kita. Hampir sama dengan terjemahan bahasa Inggris yang menggunakan istilah honour, hanya saja istilah ini berarti respek yang sangat besar atau pemberian kemuliaan tertinggi. Sederhananya, honour biasanya digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan.<br />Istilah hormat dalam ungkapan “hormatilah ayahmu dan ibumu”, bukan hanya sekedar kata kerja yang menuntut untuk dilakukan, atau sebuah perintah yang harus dilaksanakan. Istilah hormat disini lebih bersifat sebagai kata kunci utama. Pertama, ia menjadi kunci pembuka umur panjang(perhatikanlah kata: supaya lanjut umurmu); Kedua, ia juga menjadi kunci dilayakkannya kita menerima semua janji-janji Tuhan (perhatikanlah kata: …yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu). Ketiga, ia menjadi kunci pembuktian dari ketaatan (perhatikanlah bahwa perintah 1 – 4 dan 6 – 10, di ikat oleh perintah ke lima ini). Mari kita bahas satu persatu.<br />Menghormati orang tua adalah kunci pembuka umur panjang. Istilah lanjut umur memang dapat memiliki pengertian umur panjang, usia lanjut, tahun-tahun yang panjang, seperti Ishak yang mendapatkan usia hidup yang lebih panjang setelah peristiwa air bah, ini karena ia begitu menghormati Abraham dan Sarai. Lebih dari pada itu, istilah ini juga merujuk pada hidup yang berkualitas, hidup yang bermutu atau hidup yang bernilai. Lihatlah Yusuf yang hidupnya begitu bermutu dan bermakna bagi keluarga, bangsa dan bahkan dunia karena ia menghormati Yakub, ayahnya. Jadi menghormati orang tua akan membawa kita pada hidup yang bermutu, bernilai atau bermakna.<br />Menghormati orang tua adalah kunci dilayakkannya kita menerima janji-janji Allah. Istilah “di tanah yang diberikan” merujuk pada berkat-berkat secara materi dan memang pada zaman Perjanjian Lama tingkat kelimpahan materi seseorang diukur dari apa yang ia miliki seperti ternak, tanah, istri yang banyak, negeri jajahan dan lain sebagainya. Lebih dari pada itu, ungkapan ini merujuk pada masa depan atau apa yang dicita-citakan, bisa juga diterjemahkan sebagai harapan di masa mendatang. Perhatikanlah akhir hidup yang tragis dari Absalom, ia mati terbunuh oleh pedang sambil tergantung pada sebuah pohon. Kenapa ia gagal mendapatkan masa depan yang penuh harapan? Sederhana, karena ia tidak menghormati Daud, ayahnya. Jadi menghormati orang tua akan membuat kita memiliki masa depan yang penuh harapan.<br />Menghormati orang tua adalah kunci pembuktian dari ketaatan. Bagaimana caranya kita menunjukkan hormat kepada Tuhan yang tidak kelihatan itu? Mungkin kita akan menjawabnya dengan cara beribadah, memberi persembahan, melayani dalam persekutuan, berbuat kebaikan dan lain sebagainya. Memang itu penting dan benar, tetapi bukankah orang tua adalah wakil Allah atas hidup kita. Jadi bakti kepada Tuhan yang paling utama ditunjukan dengan cara membaktikan diri sebaik mungkin kepada orang tua kita, karena mereka adalah wakil Allah bagi kita. <br />Apabila kepada kita diajukan pertanyaan lagi: bagaimana caranya kita menunjukan hormat kepada sesama? Mungkin perintah ke 6 sampai 10 akan menjadi jawaban kita dalam konteks ini. Tetapi bukankah dalam hati kita sering mengumpat orang tua kita, inilah pengertian lain dari membunuh. Membunuh bukan hanya berarti mematikan seseorang, tetapi juga ketika kita tidak menghormati secara pantas, maka kita sedang membunuh dia dalam respek kita. Ini hanya contoh, tetapi apabila kita teruskan maka jelas perintah ke 7 sampai 10, sering kita langgar dalam arti filosofisnya ketika kita tidak menghormati orang tua kita. Ketika ini semua dilanggar, walaupun hanya secara filosofis, apakah kita masih pantas berkata bahwa kita dalah orang-orang yang taat? Jadi marilah menghormati orang tua kita, karena itu merupakan sebuah bukti bahwa kita sedang taat kepada perintah Tuhan.<br />Jadi, kenapa kita harus mengampuni orang tua kita? Mengampuni orang tua bukan hanya karena mereka pantas untuk itu, atau hanya karena mereka telah melahirkan dan membesarkan serta membiayai kita. Tetapi mengampuni orang tua merupakan cara agar kita dapat mengampuni hidup, cita-cita, harapan agar dapat menjadi lebih baik, bermutu, bernilai dan bermakna.Bagaimana caranya kita dapat mengampuni orang tua kita? Pengampunan ada karena ada kasih sayang. Sama seperti pengampunan Kristus bagi manusia bisa terjadi karena ada kasih sayangNya yang besar pada manusia berdosa. Sama pula dengan orang tua kita yang juga memberi pengampunan yang tulus bagi kita yang berbuat kesalahan sebesar apa pun. Semua karena kasih sayang. Maka, mari kita sayangi orang tua kita, mari berusaha membahagiakan mereka dengan kualitas hidup yang berkenan kepada Tuhan dan ketika kita membaktikan diri kepada orang tua dan membahagiakan mereka, maka janganlah kita membuatnya sebagai upaya untuk membayar hutang biaya hidup dari sejak lahir sampai dewasa, melainkan karena kasih sayang yang tulus yang membuat kita bersyukur kepada Tuhan untuk anugerah besar dalam hidup kita yaitu orang tua kita. Tuhan memberkati dan menolong kita semua. Amin.</span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-25914579232106269372009-04-10T00:33:00.003+07:002009-04-11T08:26:56.232+07:00Mengenal Yesus...<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFcwQVOXlllHn3wVSxnyso2MwXQ2U9bQx5mH6n-WqGBbWpPcubRcqoVPyz1wuz58oKvMrBIyxXHM16QwrVDvykb3cOhKjcCXeqKn-h7hslHwgsJ9zc01MWhrwK6b4_1e6vTyLI-dgIXWk/s1600-h/light-from-a-cloud-shining-on-cross.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5322747520697287634" style="FLOAT: right; MARGIN: 0px 0px 10px 10px; WIDTH: 164px; CURSOR: hand; HEIGHT: 145px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFcwQVOXlllHn3wVSxnyso2MwXQ2U9bQx5mH6n-WqGBbWpPcubRcqoVPyz1wuz58oKvMrBIyxXHM16QwrVDvykb3cOhKjcCXeqKn-h7hslHwgsJ9zc01MWhrwK6b4_1e6vTyLI-dgIXWk/s320/light-from-a-cloud-shining-on-cross.jpg" border="0" /></a><br /><div><span style="font-family:lucida grande;font-size:180%;">Sudah Selesai</span><br /><br /><em>Wes rampung</em>? Tanya seorang teman ketika saya terlihat membawa map menuju ruangan dosen pembimbing skripsi. Spontan saya menjawab: “mungkin”. Dia pun makin heran: “koq mungkin”? Saya berlalu meninggalkannya yang terheran-heran. Pembaca mungkin akan berpikir sama: “seharusnya jawabannya sudah selesai dan bukan mungkin”. Tetapi pikiran saya tetap: “mungkin”. Beberapa alasan filosofisnya: (1) mungkin belum selesai, sebab nanti mungkin akan dicoret-coret oleh dosen pembimbing; (2) mungkin belum selesai, sebab wisuda masih belum dilaksanakan; (3) mungkin belum selesai, sebab bisa saja ada penelitian berikutnya yang mematahkan analisa saya dalam skripsi ini; (4) mungkin belum selesai, sebab waktu yang akan memberi bukti kebenaran hasil penelitian yang saya kerjakan. Jadi, mungkin tidak akan pernah selesai.<br />Pernahkah kita berpikir sebelum berkata sudah selesai? Seorang siswa berjalan kearah saya sambil membawa kertas ulangan dan berkata “sudah selesai” pak. Padahal waktu ujian baru berjalan 10 menit. Kertas ulangannya langsung saya periksa dan hasilnya luar biasa. Dari 10 soal hanya 5 yang dijawab itu pun dengan 2 saja jawaban benar. Sudah selesai dalam kasus ini berarti saya menyerah pak. Beberapa menit berikutnya, seorang siswa lainnya melakukan hal serupa dengan ungkapan yang sama juga: “sudah selesai” pak. Setelah saya koreksi hasilnya lumayan. 10 nomor dikerjakan seluruhnya dengan 5 jawaban yang tidak tepat sasaran pertanyaan. Sudah selesai disini berarti saya tidak sanggup dan memilih untuk gagal pak.<br />Pernahkah kita mengerjakan sesuatu dan pada akhirnya berkata sudah selesai? Tape recorder kami tiba-tiba rusak, dan terpaksa harus masuk ke ruang rawatnya. Esok harinya tukang reparasinya datang sambil membawa tape recorder dan berkata: sudah selesai pak. Disini berarti perbaikan sudah selesai. Dua minggu berikutnya tape recorder mengalami kerusakan yang sama dan terpaksa masuk ruang rawat lagi. Beberapa saat kemudian sang tukang datang dan melakukan hal yang sama: membawa tape recorder sambil berucap “sudah selesai”. Belum genap seminggu rusak lagi. Akhirnya tape recorder itu di biarkan saja rusak, sebab kalau pun diperbaiki dan dinyatakan “sudah selesai” maka itu berarti tidak lama lagi akan rusak kembali. Sudah selesai disini artinya untuk sementara masalah bisa di atasi tapi bukan berarti tidak akan terjadi lagi.<br />Jadi kalau begitu layakkah kata “sudah selesai” sungguh-sungguh berarti sudah selesai. Bagi kita jelas tidak layak, sebab sudah selesai bagi kita dapat berarti: menyerah, tidak sanggup atau nanti berlanjut lagi (continue). Sehingga bagi kita istilah sudah selesai hanya ada pada saat sebuah film berakhir. Sudah selesai artinya tamat, the end, itu pun dalam konteks film. Dalam realitanya, sudah selesai justru berarti tidak sungguh-sungguh selesai, masih akan berlanjut atau justru ungkapan yang mewakili ketidak mampuan. Jadi bagaimana, wes rampung? Belum, ini baru pengantarnya.<br />Setelah melewati via dolo rosa, Yesus tergantung letih, kepayahan, malu, sangat kesakitan di atas kayu kasar yang disilangkan di punggung-Nya. Hukuman, deraan, hinaan rasa-rasanya tidak pernah berhenti, waktu berjalan sedemikian lambatnya. Lidah-Nya pun kian kelu, haus dan kehilangan rasa. Dengan suara berat dan parau, Ia pun berteriak untuk penghabisannya: “sudah selesai”. Apa yang sudah selesai? Kehidupan-Nya? Tidak, karena Ia bangkit lagi. Pelayanan-Nya? Tidak, karena karya masih berlanjut. Perjuangan-Nya? Tidak, karena sampai sekarang pun gereja terus berjuang. Tubuh-Nya? Tidak, karena 3 hari kemudian Allah mempermuliakan tubuh-Nya. Status-Nya? Tidak, karena justru Allah sangat meninggikan-Nya dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Jika demikian, apa yang sudah selesai?<br />Pertama, sudah selesai berarti semuanya telah tergenapi. Sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah senantiasa menyediakan jalan rekonsiliasi, bahkan sebelum semuanya dilaksanakan Allah telah menyingkapkan caranya kepada Adam dan Hawa. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, atara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” sabda Allah (Kej. 3:15). Rangkaian rencana rekonsiliasi dimulai dari diselamatkannya satu generasi dari air bah, berlanjut sampai dipeliharanya satu bangsa dari penjajahan bangsa asing (kisah pembuangan Babel dan Asyur). Puncaknya, Allah mengutus anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yoh. 3:17).<br />Kedua, sudah selesai berarti semuanya telah dibayarkan lunas. Kejatuhan manusia dalam dosa menyebabkan keterpisahan hubungan antara Allah dan manusia. Bukan hanya hubungan dalam pengertian fellowship (persekutuan), bahkan intimacy (keintiman). Manusia tidak dapat lagi berhubungan langsung dengan Allah. Hubungan hanya dapat terjadi dalam kesempatan ritual (ibadat, mis: Sabbath), seremonial (perayaan: Paska), dan delegasial (imam sebagai perantara). Bukti lunasnya hutang dosa nyata sesudah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Allah mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.<br />Ketiga, sudah selesai berarti sungguh-sungguh sempurna. Allah datang mencari dan membuka diri-Nya agar dapat dikenal oleh manusia. Konsep inilah yang menjadikan kekristenan lebih dari sekedar agama. Banyak hal yang telah Allah gunakan untuk menjadikan diri-Nya terjangkau oleh manusia, misalnya taurat, mezbah, bait Allah, sistem pemerintahan, sistem keimaman, pola ibadah. Semuanya ini bagian dari rencana Allah untuk “intim kembali” dengan manusia ciptaan-Nya dan sungguh-sungguh sempurna sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr. 5:9).<br />Jadi bagaimana? <em>Wes rampung</em>? Tentu saja sudah, sebab Yesus sendiri yang telah berkata sudah selesai. Jadi bagaimana sekarang? Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu (Flp. 4:8-9). </div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-15894283959229026162009-04-02T07:08:00.002+07:002009-04-02T07:14:26.601+07:00Tak Berubah...<p><span style="color:#993399;"><strong><span style="font-size:180%;">7 Hal yang Tidak Bisa Kita Ubah</span><br /></strong></span></p><ol><li><span style="color:#993399;"><span style="font-size:130%;">Jenis kelamin</span> Memang ada operasi untuk mengubah kelamin. Tapi tidak bisa mengubah roh (spirit) orang yang bersangkutan. Terimalah dirimu, apakah engkau wanita ataupun pria. Act like a woman / man!!</span></li><li><span style="color:#993399;"><span style="font-size:130%;">Orang tua</span>. Tidak ada yang bisa memilih dilahirkan oleh orang tua yang mana. So, you must respect your parents!! Apakah orang tuamu seorang pemabuk, penjudi, pelacur sekalipun, you must respect them!! Kalau tidak, itu akan terjadi dalam kehidupanmu nanti. Your kids won't respect you, is it terrible?</span></li><li><span style="color:#993399;"><span style="font-size:130%;">Hari kelahiran</span>. Sudah ditetapkan oleh Tuhan, sebelum dunia dijadikan. Amazing ha? But it's true. Jangan menyesali, mengapa engkau harus lahir ke dunia tapi disia-siakan oleh orang yang kau kasihi. Tuhan punya tujuan untukmu.</span></li><li><span style="color:#993399;"><span style="font-size:130%;">Bentuk Fisik</span> Kalau engkau keriting, yah keriting aja. Kalau hidungmu pesek, terima itu. Saya banyak melihat orang yang mengubah bentuk wajahnya, apakah itu memancungkan hidung, alis matanya dicukur habis, dll, jadi kelihatan aneh dan tidak natural.</span></li><li><span style="color:#993399;"><span style="font-size:130%;">Masa lalu.</span> Ini juga sudah ditetapkan oleh Tuhan. Jangan melihat ke belakang. karena itu hanya membuat engkau "frozen" - can not do anything! Look at the future and see how good it is.</span></li><li><span style="color:#993399;"><span style="font-size:130%;">Kedudukan dalam keluarga</span>. Apakah engkau anak bungsu, sulung, atau tengah, you can not change it. Nikmati sajalah.</span></li><li><span style="color:#993399;"><span style="font-size:130%;">Suku bangsa/ras.</span> Menyesal jadi orang Indonesia yang terus menerus dilanda kesulitan? Atau menyesal jadi orang Batak yang kalau menikah perlu upacara adat yang walahhhh mahal dan lama? Atau jadi orang Cina yang suka ditindas dan diintimidasi? hmmm.....<br /></span></li></ol><p><span style="color:#993399;">Nah, sekarang ubah cara berpikirmu. Tuhan sudah menetapkan engkau di bangsa ini untuk satu tujuan. So, do the best in your job, loyal, jangan korupsi, itu sudah menolong untuk memperbaiki bangsa kita ini.<br />Itulah 7 hal yang tidak bisa kita ubah. Kalaupun ada yang kita bisa ubah, misalnya: bentuk fisik, itu akan membawa kita ke dalam situasi yang tidak pernah puas. Selalu ingin ubah penampilan terus. Capek kan? Terimalah dirimu apa adanya, seperti Tuhan menerimamu. Memang dunia melihat rupa, tapi Tuhan melihat hati. Apa yang kau lakukan setiap hari itu lebih penting dari penampilanmu.<br /> </span></p>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-63246921808797910462009-03-31T04:45:00.000+07:002009-03-31T04:47:35.490+07:00Respect<span style="color:#330033;">KEHORMATAN TIDAK DICARI TAPI DATANG SENDIRI<br />Lukas 14:11<br /><br />Pembacaan Alkitab ini merupakan bagian klimaks sebuah perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus. Idenya berasal dari kecenderungan orang-orang yang berusaha mencari tempat terhormat ketika ada dalam perkumpulan dengan orang lain. Konteks perumpamaan mengambil latar kebiasaan jamuan makan ala Yahudi. Dalam jamuan makan tersebut disediakan sebuah meja besar dan panjang dengan kursi-kursi di sekeliling meja. Ada satu kursi yang akan diletakkan di kepala meja sebagai satu-satunya kursi kehormatan. Artinya orang yang mendudukinya hanyalah mereka yang masuk dalam kategori terhormat, jadi ini kursi khusus. Ternyata orang-orang Yahudi memiliki kecenderungan untuk menjadikan kursi tersebut sebagai cara atau alat memperoleh kehormatan.<br />Tuhan Yesus pada beberapa tempat memberikan kecaman tegas kepada kaum Yahudi perihal kecenderungan tersebut, misalnya saja: Mat. 23:6; Luk. 20:46. Alasannya sederhana: “sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Apabila diperhatikan dengan lebih detail, akan ditemukan beberapa unsur pentingnya. Pertama, unsur konsekuensi. Artinya apabila seseorang memang terhormat, maka ia akan diperlakukan dengan penuh rasa hormat; sebaliknya, apabila seseorang tersebut adalah warga kelas biasa, maka demikianlah ia akan diperlakukan. Kedua, unsur pengakuan. Artinya dihormatinya seseorang atau tidak akan datang dari pengakuan orang lain terhadapnya. Misalnya: Roma Irama dijuluki sebagai Raja Dangdut. Julukan sebagai raja dangdut datang dari orang-orang di sekitar yang memang memberikan pengakuan tersebut. Ketiga, unsur relative. Artinya diakuinya seseorang dalam kapasitas terhormat akan berbeda menurut sudut pandang orang yang lain. Misalnya: Yesus diakui sebagai Mesias oleh Petrus, tetapi orang-orang Yahudi melihat Yesus hanya sebagai Nabi saja.<br />Jika demikian, bagaimanakah seharusnya kita sebagai orang percaya dalam bersikap agar layak mendapat posisi terhormat? Dari perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan beberapa hal penting harus kita perhatikan dan lakoni. Pertama, Tampillah apa adanya. Pada ayat 8-9, Yesus berkata: “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.” Perhatikanlah bahwa kehormatan itu ternyata bukan datang dari bagaimana kita menilai, tetapi dari penilaian orang lain. Jadi bersikaplah apa adanya, tampilkanlah diri kita apa adanya, jangan dilebih-lebihkan atau juga jangan dikecil-kecilkan. Pada akhirnya orang lain adalah penilai yang paling baik. Paling tidak, dalam konteks ini, kita tidak mendapat malu ketika harus dipindahkan di tempat yang tidak terhormat.<br />Kedua, Nantikanlah Penghormatan itu. Pada ayat 10, Yesus berkata: “Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.” Bangunlah diri kita semaksimal mungkin menurut kapasitas maksimal yang telah Tuhan taruhkan atas diri kita, jadilah berharga tanpa harus menunggu penghargaan itu datang, sebab penghargaan itu akan datang seiring dengan perlakuan hormat kita atas diri kita.<br /> Dalam rumah tangga, sebagai seorang bapak yang sudah sering disebut juga sebagai kepala keluarga, tak pelak penghormatan telah diberikan oleh istri atau anak dalam bentuk perhatian, pelayanan atau minimal sebuah pengakuan bahwa seorang bapak juga sebagai pengambil keputusan dalam berbagai masalah rumah tangga. Marilah tetap berusaha membangun diri semaksimal mungkin sehingga penghormatan itu pantas kita terima dan akhirnya memberi teladan bagi keluarga serta memberi pengaruh yang positif bagi orang-orang di sekitar kita, dalam pelayanan dan pekerjaan, bahkan bagi orang-orang yang (misalnya: secara struktur pekerjaan) lebih tinggi dari kita atau lebih dalam berbagai hal.</span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-77268601668757923852009-03-30T23:35:00.002+07:002009-03-30T23:40:56.473+07:00<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi98zxZKt6NVvmw-lVwHQ7Hm696tQ-jlqBspIE7DW4_KOdyZU4FBydwfK9cwfPdOVMt5uBBQjtAx9RqBJCG4Se6n90i2MEu5MTsK-EuPXSZEhSf1umd_ocTxiHCWMw8dyrbxSmyALITlMc/s1600-h/Jesus+in+suffering.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5319021507267051634" style="FLOAT: right; MARGIN: 0px 0px 10px 10px; WIDTH: 237px; CURSOR: hand; HEIGHT: 195px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi98zxZKt6NVvmw-lVwHQ7Hm696tQ-jlqBspIE7DW4_KOdyZU4FBydwfK9cwfPdOVMt5uBBQjtAx9RqBJCG4Se6n90i2MEu5MTsK-EuPXSZEhSf1umd_ocTxiHCWMw8dyrbxSmyALITlMc/s200/Jesus+in+suffering.jpg" border="0" /></a><br /><div>Yesus Segala-galanya …<br />Kolose 1:13 – 20</div><br /><div></div><br /><div><br /><span style="color:#000099;">Minggu-minggu ini tergolong sebagai minggu pra-paska, kurang lebih 20 hari lagi kita memperingati paska. Paska adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgy Kristen. Paska menjadi penting karena dititik itulah Yesus bangkit dan menjadi suatu propaganda kemenangan Allah atas dosa dan maut. Sehingga membicarakan paska berarti membicarakan Yesus Kristus, Tuhan kita, dan memang Yesus Kristus adalah pribadi yang sangat menarik untuk dibicarakan.<br />Beberapa tahun belakangan ini paska menjadi lebih menarik dan seru akibat munculnya penemuan-penemuan baru perihal Yesus. Misalnya saja: The Da Vinci Code, Injil Barnabas, Injil Thomas, Injil Yudas, Injil Maria Magdalena. Sebenarnya masih banyak lagi temuan-temuan yang lainnya yang mencoba melihat sisi lain dari Yesus. Misalnya penemuan makam keluarga Yesus, bukti pernikahan Yesus dengan Maria Magdalena, dll.<br />Di atas semuanya itu, ada upaya sistematis bahkan dari kalangan teolog yang berupaya mencapai popularitas dengan cara menyimpangkan pemahaman mengenai Yesus yang benar. Jelas saya akan menjadi pembicara popular apabila saat ini menulis dengan judul: Yesus bukan Tuhan, tetapi itu berarti menutup semua kebenaran sejati tentang Yesus yang adalah segala-galanya. Oleh karena itu, renungan ini berjudul: Yesus Segala-galanya…<br />Rasul Paulus adalah salah seorang yang erat hubungannya dengan Yesus, sehingga pemaparannya tentang Yesus adalah paparan berharga dan layak dipercayai. Paulus menulis banyak perihal Yesus dan salah satu diantaranya ada dalam Kolose 1:13-20. Harapannya satu, supaya kita tetap menjadikan Yesus sebagai yang pertama dan satu-satunya dalam hidup kita. Yesus adalah penampilan/penyataan diri yang paling jelas dari Allah, sebab Ia adalah Allah sendiri.<br /><br />Yesus adalah Allah yang Menyediakan<br />Dunia telah menjadi alat yang efektif bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Lihatlah produk yang banyak dijual dipasaran, mulai dari yang sifatnya primer sampai tersier. Dampaknya adalah hidup manusia menjadi sedemikian mudahnya. Untuk mengganti siaran tv saja sudah tidak perlu lagi menekan panel chanel tv, cukup menekan remote dari sofa empuk. Untuk menyeduh teh atau kopi, tidak perlu merebus air, cukup tekan tombol on pada dispenser.<br />Seorang bapak gereja pernah berujar:”Tuhan telah menciptakan hati manusia sedikit lebih besar dari dunia, sehingga ketika seluruh dunia dimasukan dalam hati maka masih tersedia ruang kosong dalam hatinya. Artinya apapun produk yang diciptakan dunia, tetap tidak akan mampu memuaskan segala kebutuhan manusia. Manusia memerlukan Yesus, karena hanya Yesuslah yang sanggup menyediakan segala kebutuhan manusia. Ia adalah Allah yang menyediakan kelepasan dari kegelapan, memindahkan kita dalam kerajaan-Nya serta menyediakan penebusan atas dosa kita (ay. 13-14).<br />Yesus secara tuntas mengerjakannya bagi kita. Ia telah mengeluarkan dan menyelamatkan kita dari kuasa kerajaan kegelapan. Kegelapan menyebabkan semuanya menjadi tidak terlihat, sehingga kita dengan nyamannya mandi di tengah kubangan kotoran. Kegelapan menyebabkan semuanya berjalan lambat, sehingga kita letih berjalan namun tidak pernah mencapai tujuan hidup sebenarnya. Kegelapan menyebabkan ketidak tepatan, sehingga berkat-berkat Allah gagal menjadi milik kita. Perhatikanlah betapa ruginya hidup dalam kegelapan itu. Jangan biarkan kenyamanan sementara dalam kegelapan menjauhkan hidup mulia yang seharusnya menjadi hak kita.<br />Kematian-Nya di kayu salib telah mengerjakan semua penebusan yang diharuskan di hadapan Allah. Ia telah menjadi pengganti, pemuas, penyelesai, penyempurna, dan itu tuntas. Sembari berkata “sudah selesai” demikianlah Ia tuntas mengerjakan semuanya bagi kita. Dosa yang dimulai dari Adam sampai dosa yang akan masih muncul nantinya semuanya telah dibayarkan lunas. Ia membayarnya dengan harga yang paling mahal, penawaran tertinggi sampai-sampai Bapa sendiri tidak dapat membantahnya. Dengan demikian Yesus telah menyediakan suatu hubungan baru dengan Allah, kehidupan dalam kualitas baru, masa depan dalam kerajaan yang baru, yaitu kerajaan Allah. Semuanya telah tersedia di dalam Dia, jadi selamat menikmati.<br /><br />Yesus adalah Allah yang tak terbantahkan<br />Banyak sekali sanggahan terhadap keilahian Yesus, bahkan sampai sekarang pun masih terus bermunculan buku-buku yang meragukan ke-Allahan-Nya. Keraguan datang mulai dari kalangan akademisi sampai kelas buta huruf, dari kaum religi sampai abangan, dari penguasa sampai jelata, dari sana sampai sini.<br />Paulus sangat menyadari polemik ini. Sejak awal ia sudah memberikan apologi perihal keilahian Yesus. Baik dari penalarannya sampai pengalamannya, dari khotbahnya sampai percakapan hariannya, dari saat kerja sampai beristirahat, dari perjalanan sampai pemenjaraannya, dari tobatnya sampai matinya, dari sana sampai sini.<br />Saat ini mari kita telusuri salah satu apologi Paulus dalam ayat 15-17. Paulus menulis bahwa “Ia adalah”, sebuah aklamasi dan affirmasi bahwa hanya Yesus saja, tidak ada yang lain, tidak ada duanya, hanya satu-satunya dan tak tergantikan yang sesunguhnya image Allah. Melihat Yesus berarti melihat Allah, berjumpa Yesus berarti berjumpa Allah, mempercayai Yesus berarti mempercayai Allah; kontrasnya, menolak Yesus berarti menolak Allah. Ini bukan saja hasil dari penelusuran nalar terhadap ungkapan “Ia adalah” tetapi menjadi landasan iman yang telah diteruskan dan diturunkan berabad-abad, bahkan jutaan nyawa telah hilang untuk mempertahankan kebenaran ini. Semakin banyak pihak yang meragukan bahwa Yesus adalah Allah, Ia [tetap] adalah Allah.<br />Dunia berusaha untuk menutupi kebenaran ini, karena illah dunia adalah berhala. Orang-orang yang menolak kebenaran bahwa Yesus adalah Allah sesungguhnya sedang berjuang melawan Allah, menjadi musuh Allah dan mereka adalah sekutu antichrist. Sejarah dunia menjadi bukti bahwa Ia adalah Allah, bukankah sejarah adalah cerita tentang Allah, His-Story. Dunia berupaya untuk menggagalkan kebenaran ini karena dunia sedang ada dalam perjanjian kenikmatan sesaat yang ditawarkan setan. Dunia hanya melihat kesementaraan tetapi kebenaran melihat keabadian. Kebenaran itu adalah Allah. Allah sungguh-sungguh nyata hanya dalam Yesus saja.<br /><br />Yesus adalah Allah sumber Pengharapan<br />Semua orang-orang hebat berakhir dalam kematian, gelap, sendiri, terpisah, tidak produktif dan mungkin sia-sia. Sungguh jauh berbeda dengan kematian Kristus. Kematian yang justru mendatangkan kehidupan. Hidup bagi diri-Nya tetapi juga hidup bagi mereka yang mempercayai-Nya. Hidup bukan hanya dalam ide, symbol, gambaran, cita-cita, tetapi hidup yang sempurna. Seperti sebuah puzzle yang selesai penuh terisi. Hidup dalam segala kesempurnaan dan kepenuhan Allah. Pertanyaannya adalah bagaimana Yesus dapat menang atas dosa semua umat manusia?<br />Mari memahaminya dengan penggambaran kemenangan Daud. Daud, pemuda biasa yang malah tidak pernah masuk dalam dinas militer. Pada saat tentara Israel dipermalukan oleh Goliat dan tentara Filistin. Ia pun maju menyerang goliat, mengalahkannya dengan batu dan umbannya, memenggal kepalanya, mengalahkannya. Ya, hanya satu orang Goliat, tetapi sekembalinya ke kota ia dielu-elukan dengan ungkapan: “Saul membunuh beribu-ribu, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Dari mana hitungnya? Bukankah Daud hanya membunuh Goliat saja, sedangkan Saul dan pasukannya membunuh para prajurit Filistin yang lain. Perhatikanlah bahwa Daud telah dengan sempurna mengalahkan sumber ketakutan dari tentara Israel, yaitu Goliat.<br />Yesus pun telah mengalahkan musuh utama manusia, yang menyebabkan keterpisahan dengan Allah, yaitu dosa. Kematian-Nya mendatangkan kehidupan bagi dunia dalam hubungan baru dengan Allah. Yesus telah mengerjakan semuanya secara sempurna mulai dari via dolo rosa sampai ke puncak bukit tengkorak. Musuh utama telah dikalahkan oleh Yesus, kalaupun kita berbuat amal dan kebaikan, puasa dan menahan nafsu, bahkan mematikan raga sendiri sekalipun, itu tidak menyelesaikan masalah utama yaitu dosa. Hanya Yesuslah yang telah berhasil mengalahkan permasalahan utama antara manusia dengan Allah. Jadi seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam diri-Nya.<br />Hasilnya adalah kita memperoleh pengharapan baru. Pengharapan untuk akses hidup dalam hubungan damai dengan Allah. Bahkan dunia yang tercemar pun berkenan untuk masuk dalam jalan damai tersebut. Layaknya sebuah permainan musik Jazz, demikianlah masing-masing kita hidup dalam kepelbagaian peran dan memainkan beragam fungsi, tetapi terdengar sebagai sebuah simfoni yang indah, karena Yesus telah membuat harmonisasi hubungan yang indah dan damai. Semuanya telah berdamai di dalam Dia. Berdamai dengan diri sendiri, pasangan, keluarga, masa lalu, pekerjaan, cita-cita, masa depan. Ya semua telah didamaikan dalam diri Yesus. Darah Kristus telah mendamaikan semuanya.<br /><br />Mari akhiri renungan ini dengan mengutip tulisan Paulus yang lain:” Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Terpujilah Yesus, Mesias dan Kristus. Ia telah menyelesaikan semuanya melalui pendamaian melalui diri-Nya. Allah telah dipuaskan dengan apa yang Ia kerjakan. Akhirnya kita berbahagia karena mempercayai dan mempercayakan hidup kepada-Nya. Sungguh suatu pengharapan yang mulia, terpujilah Allah selama-lamanya. Amin. </span></div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-67068889824312797822009-03-20T20:38:00.001+07:002009-03-20T20:39:42.534+07:00Kitab Nehemia<span style="color:#3333ff;">Judul bahasa Ibrani dari kitab ini adalah nehemyah, yang berarti penghiburan dari Tuhan. Judul ini sesuai dengan bagian pembukaan kitab yang namanya Nehemia, yang menjadi tokoh utama dalam kitab ini. Dalam septuaginta kitab ini merupakan gabungan dari dua kitab, yaitu kitab Ezra dan Nehemia. Oleh karena itu, ktab ini diberi nama Esdras deutron (kedua esdras), yang dalam bahasa Latin disebut liber secundus esdrae, yang kemudian dipandang perlu untuk dipisahkan dari kitab Ezra.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn1" name="_ednref1"><span style="color:#3333ff;">[1]</span></a><span style="color:#3333ff;"> Pada abad ke 3 A.D oleh Origen kedua kitab tersebut dipisahkan. Pembagian kedua kitab tersebut kemuadian diteruskan dalam versi latin Vulgata.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn2" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn2" name="_ednref2"><span style="color:#3333ff;">[2]</span></a><span style="color:#3333ff;"> Setelah dipisahkan kitab ini selanjutnya bernama Liber Nehemia (surat Nehemia).</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn3" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn3" name="_ednref3"><span style="color:#3333ff;">[3]</span></a><br /><span style="color:#3333ff;">Masalah penulisan dan hubungan dengan antara kitab Ezra dan Nehemia juga kurang jelas karena urutan kronologis yang tepat belum dapat dipastikan. Tetapi kesimpulan yang gampang diterima adalah bahwa Ezra dan Nehemia adalah penulis kitab yang memakai nama mereka masing-masing dan bahwa mereka adalah orang yang hidup dalam periode yang sama.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn4" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn4" name="_ednref4"><span style="color:#3333ff;">[4]</span></a><br /><span style="color:#3333ff;">Sejarah PL diakhiri dengan kitab Nehemia, ketika orang buangan Yahudi diizinkan kembali ke negeri mereka setelah pembuangan di Babel dan Persia. Bersama dengan kitab Ezra, kitab ini mencatat sejarah dari tiga rombongan yang kembali ke Yerusalem.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn5" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn5" name="_ednref5"><span style="color:#3333ff;">[5]</span></a><span style="color:#3333ff;"> Ezra meliput peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan dua rombongan pertama (538 SM; 457 SM), dan Nehemia mencatat aneka peristiwa selama kembalinya rombongan ketiga (444 SM). Sedangkan fokus kitab Ezra adalah pembangunan kembali Bait Suci, maka fokus kitab Nehemia adalah pembangunan kembali tembok Yerusalem.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn6" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn6" name="_ednref6"><span style="color:#3333ff;">[6]</span></a><span style="color:#3333ff;"><br />Kedua kitab menekankan pentingnya pemulihan rohani dan komitmen kepada Allah dan Firman-Nya. Nehemia, yang hidup sezaman dengan Ezra, melayani sebagai juru minuman Artahsasta I (raja Persia) ketika ia menerima kabar bahwa orang buangan yang kembali ke Yehuda dari Babel dan Persia sedang dalam kesulitan dan tembok Yerusalem masih berupa puing. Setelah mendoakan keadaan Yerusalem, Nehemia diberi kuasa oleh Raja Artahsasta untuk pergi ke Yerusalem sebagai gubernur dan membangun kembali tembok-tembok kota.<br />Selaku pemimpin yang diilhami, ia mengerahkan orang-orang sebangsanya untuk membangun kembali seluruh tembok kota dalam 52 hari saja sekalipun terjadi pertentangan yang gigih. Nehemia menjadi gubernur selama 12 tahun; setelah kembali beberapa waktu ke Persia, ia menjadi gubernur Yehuda untuk masa bakti kedua (bd. Neh 2:1; Neh 13:6-7). Imam Ezra membantu Nehemia dalam memajukan kebangunan dan pembaharuan rohani di antara kaum sisa yang kembali; mungkin Nehemia membantu Ezra menulis kitab ini.<br />Kesesuaian kitab Nehemia dengan sejarah diperkuat oleh aneka dokumen kuno yang ditemukan pada tahun 1903 dan disebut Elephantine Papyri, yang menyebut nama Sanbalat (Neh 2:19), Yohanan (Neh 12:23), dan penggantian Nehemia sebagai gubernur sekitar tahun 410 SM.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn7" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn7" name="_ednref7"><span style="color:#3333ff;">[7]</span></a><span style="color:#3333ff;"><br />Dalam penulisannya kitab ini memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk melengkapi catatan sejarah pascapembuangan yang diawali dalam kitab Ezra, dan untuk menunjukkan apa yang dilakukan Allah demi kaum sisa melalui kepemimpinan yang saleh dari Nehemia dan Ezra selama tahap ketiga dari pemulihan pascapembuangan.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn8" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn8" name="_ednref8"><span style="color:#3333ff;">[8]</span></a><span style="color:#3333ff;"><br />Berita yang dimuat dalam kitab Nehemia adalah Allah bermaksud untuk memulihkan atau memperbaharui apa yang sudah hilang dan membangun kembalu apa yang sudah hancur. Hal lainnya adalah persyaratan-persyaratan tugas yang sukses bagi Allah adalah doa, kepedihan dan ketetapan hati.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn9" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn9" name="_ednref9"><span style="color:#3333ff;">[9]</span></a><br /><span style="color:#3333ff;">Secara umum dalam pasal 1-7 (Neh 1:1-7:73) mencatat peranan Nehemia sebagai gubernur dan pemimpin dalam membangun kembali tembok Yerusalem.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn10" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn10" name="_ednref10"><span style="color:#3333ff;">[10]</span></a><span style="color:#3333ff;"> Pasal 1 (Neh 1:1-11) menyatakan dalamnya kerohanian Nehemia sebagai orang yang mengandalkan doa. Sementara melayani raja Persia, ia menerima berita mengenai keadaan Yerusalem yang menyedihkan dan mulai menaikkan doa syafaat secara sungguh-sungguh kepada Allah memohon Dia turun tangan demi kota dan penduduknya.<br />Pasal 2 (Neh 2:1-20) menguraikan bagaimana Allah menggerakkan Artahsasta untuk mengangkat Nehemia menjadi gubernur Yerusalem dan tibanya Nehemia di sana. Pasal 3-7 (Neh 3:1-7:1) mengisahkan kepemimpinan Nehemia yang tegas, bijaksana, dan tabah dalam mengerahkan penduduk Yerusalem untuk membangun kembali temboknya yang hancur hanya dalam 52 hari sekalipun terjadi perlawanan berat dari dalam dan dari luar kota itu. Hal ini berkitan dengan tema utama kitab ini yang membahas tentang pembangunan kembali Yerusalem.<br />Bagian kedua kitab ini menguraikan pemulihan rohani umat di Yerusalem di bawah pimpinan imam Ezra (pasal 8-10; Neh 8:1-10:39), dan beberapa persoalan nasional yang ditangani Nehemia (pasal 11-13; Neh 11:1-13:31). Hal yang utama dalam pembaharuan rohani itu ialah pembacaan Hukum Allah di hadapan umum, pertobatan dari dosa, dan suatu tekad baru oleh kaum sisa untuk mengingat dan memelihara perjanjian mereka dengan Allah.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn11" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn11" name="_ednref11"><span style="color:#3333ff;">[11]</span></a><span style="color:#3333ff;"><br />Pasal terakhir mencatat beberapa pembaharuan yang dilaksanakan Nehemia sepanjang masa bakti kedua sebagai gubernur Yerusalem (pasal 3; Neh 3:1-32). Ada beberapa ciri khas yang terdapat dalam surat Nehemia, yaitu Kitab ini mencatat peristiwa-peristiwa terakhir dalam sejarah PL orang Yahudi sebelum tiba masa intertestamental. Kitab ini memberikan latar belakang sejarah bagi Maleakhi, kitab PL terakhir, karena Nehemia dan Maleakhi hidup sezaman.</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn12" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn12" name="_ednref12"><span style="color:#3333ff;">[12]</span></a><span style="color:#3333ff;"><br />Nehemia adalah contoh yang bagus di Alkitab dari seorang pemimpin saleh dalam pemerintahan: orang bijaksana, berprinsip, berani, integritas tak tercela, iman yang kokoh, belas kasihan bagi yang tertindas, dan sangat berbakat besar dalam kepemimpinan dan organisasi. Sepanjang masa baktinya selaku gubernur, Nehemia tetap jujur, rendah hati, bebas dari keserakahan, mengorbankan diri, dan tidak tercela dalam kedudukan atau kuasanya.<br />Nehemia adalah salah satu contoh PL terkemuka dari seorang pemimpin yang mengandalkan doa (bd. juga Daniel). Tidak kurang dari 11 kali dikisahkan bagaimana ia memanjatkan doa atau doa syafaat kepada Allah (mis. Neh 1:4-11; Neh 2:4; Neh 4:4,9; Neh 5:19; Neh 6:9,14; Neh 13:14,22,29,31).</span><a title="" style="mso-endnote-id: edn13" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_edn13" name="_ednref13"><span style="color:#3333ff;">[13]</span></a><span style="color:#3333ff;"> Ia seorang yang melaksanakan tugas-tugas yang tampaknya mustahil karena ketergantungannya yang mutlak kepada Allah. Kitab ini dengan jelas menggambarkan bahwa doa, pengorbanan, kerja keras, serta kegigihan bekerja sama dalam mewujudkan visi yang diberi oleh Allah.<br />Kesimpulannya dalam hubungan dengan Perjanjian Baru Kitab ini mencatat penyelesaian semua langkah dasar dalam memulihkan Yudaisme pascapembuangan yang diperlukan bagi kedatangan Kristus pada permulaan zaman PB: Yerusalem dan bait suci dibangun kembali, hukum telah dipulihkan, perjanjian dibaharui, dan keturunan Daud tetap terpelihara.<br />Secara lahiriah, segala sesuatu siap untuk menerima kedatangan Mesias (bd. Dan 9:25). Zaman Nehemia berakhir dengan harapan kenabian bahwa Tuhan akan segera datang ke bait-Nya (bd. Mal 3:1). PB mulai dengan penggenapan penantian dan pengharapan pascapembuangan ini.<br /><br /><br /><br /><br />Kepustakaan<br /><br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref1" name="_edn1"><span style="color:#3333ff;">[1]</span></a><span style="color:#3333ff;">Parlaungan Gultom, Analisa Perjanjian Lama: makalah mata kuliah Independent Study (Yogyakarta:STII, 1987), 135.<br /><br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn2" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref2" name="_edn2"><span style="color:#3333ff;">[2]</span></a><span style="color:#3333ff;">Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, t.t), 110.<br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn3" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref3" name="_edn3"></a><span style="color:#3333ff;"><br />[3]Gultom, Analisa Perjanjian Lama: makalah mata kuliah Independent Study, 135.<br /><br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn4" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref4" name="_edn4"><span style="color:#3333ff;">[4]</span></a><span style="color:#3333ff;">Green, Pengenalan Perjanjian Lama, 111.<br /><br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn5" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref5" name="_edn5"><span style="color:#3333ff;">[5]</span></a><span style="color:#3333ff;">J. Hampton Keathley III, An Iintroduction to the Books of First and Second Kings dalam Biblical Studies Foundation Net Bible-Microsoft Internet Explorer.<br /><br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn6" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref6" name="_edn6"><span style="color:#3333ff;">[6]</span></a><span style="color:#3333ff;">Ibid.<br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn7" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref7" name="_edn7"></a><span style="color:#3333ff;"><br />[7]Ibid.<br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn8" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref8" name="_edn8"></a><span style="color:#3333ff;"><br />[8]SABDA: Online Bible Versi Indonesia, Ver.2.0, Software Alkitab, Biblika dan Alat-alat (Yayasan Lembaga Sabda).<br /><br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn9" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref9" name="_edn9"><span style="color:#3333ff;">[9]</span></a><span style="color:#3333ff;">Gultom, Analisa Perjanjian Lama: makalah mata kuliah Independent Study, 137.<br /><br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn10" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref10" name="_edn10"><span style="color:#3333ff;">[10]</span></a><span style="color:#3333ff;">Keathley, An Iintroduction to the Books of First and Second Kings.<br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn11" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref11" name="_edn11"></a><span style="color:#3333ff;"><br />[11]Walter C Kaiser, Teologi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2000), 329.<br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn12" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref12" name="_edn12"></a><span style="color:#3333ff;"><br />[12]Keathley, An Iintroduction to the Books of First and Second Kings<br /></span><a title="" style="mso-endnote-id: edn13" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6170306524297382103#_ednref13" name="_edn13"></a><span style="color:#3333ff;"><br />[13]SABDA: Online Bible Versi Indonesia, Ver.2.0, Software Alkitab, Biblika dan Alat-alat (Yayasan Lembaga Sabda). </span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-2416977131574668492009-03-19T07:04:00.003+07:002009-03-19T07:18:15.387+07:00The Church in Dispensatiolism<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif47ozgTjS2bN8cB-m8F9DtMBWvcYyu_NARRvVs1Hr_r_Yl2BhtuUBRqDUcPEbggfAEo1hUwTDTKO-SmlRMPjYTzljJdXiamEJj-JliqPt9M0zWLrDGObYumoV_YF_aw0McTsMr-VTAhY/s1600-h/100_1722.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314685593428711890" style="FLOAT: right; MARGIN: 0px 0px 10px 10px; WIDTH: 269px; CURSOR: hand; HEIGHT: 205px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif47ozgTjS2bN8cB-m8F9DtMBWvcYyu_NARRvVs1Hr_r_Yl2BhtuUBRqDUcPEbggfAEo1hUwTDTKO-SmlRMPjYTzljJdXiamEJj-JliqPt9M0zWLrDGObYumoV_YF_aw0McTsMr-VTAhY/s200/100_1722.jpg" border="0" /></a><br /><div><span style="color:#993399;">Hakekat substansi gereja merupakan bagian petunjuk penting yang membedakan antara <em><span style="font-size:130%;">dispensation</span></em> dan pemahaman doktrinal lain. Bukan saja karena dispensational memiliki pengajaran yang konsen pada konsep tentang gereja yang berkontraversi dengan yang lainnya, tetapi juga karena percabangan ilmu ini membuat bangkitnya pertentangan.<br />Perbedaaan doktrin gereja yang mendasari dalam kesatuan hubungan terhadap hidup Kristen dalam tubuh Kristus yang menjadi Kepada (Ef.1:22-23, Kol. 1:18, 1 Kor. 12:27). Perbedaannya disebabkan oleh tubuh keyahudian dan non Yahudi, terlebih disebabkan oleh hubungan baru yang tercipta dengan Kristus, yang memasukannya dalam konsep umat Allah seperti dalam Perjanjian Lama.<br />Penyatuan konsep ini merupakan misteri yang besar seperti yang dinyatakan dalam pernyataan bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. Disebut misteri karena pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus.<br />Dalam pemahaman Paulus, penyatuan tersebut terjadi karena Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan--dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.<br />Aspek lain yang membedakan karakter antara gereja dan tubuh Kristus, yaitu berdiamnya Kristrus dalam diri orang percaya non Yahudi yang telah diangkat menjadi umatNya. Seperti yang dinyatakan dalam rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya. Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan.<br />Lebih lanjut, substansi Israel dibedakan secara jelas dalam Perjanjian Baru. Paulus menulis: Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah (1 Kor. 10:32). Jika orang-orang Yahudi sama dengan kelompok gereja atau orang-orang bukan Yahudi, maka rasul Paulus tidak akan memberikan perbedaan dalam tulisannya.<br />Pada masa kini, orang-orang percaya Yahudi dan orang-orang percaya yang bukan Yahudi telah disatukan dalam satu kesatuan tubuh Kristus. Tubuh Kristus menjadi karakter dari gereja secara keseluruhan. Pada dasarnya <em><span style="font-size:130%;">dispensational</span></em> memberikan perbedaan antara gereja dan Israel, tetapi juga gereja bukanlah bentuk yang baru dari spiritual Israel.<br /><br /><br />Kosakata<br /><em><span style="font-size:130%;">Creation</span></em>, penciptaan-tindakan Allah yang dilakukan dalam kebebasan sempurna, membuat adadari ketiadaan dan terus-menerus menjaga semua yang ada tetap ada.<br /><em><span style="font-size:130%;">Redeemer</span></em>, penebus-gelar yang diberikan kepada Yesus yang telah membebaskan kita dari dosa dan kejahatan melalui penjelmaan, hidup, wafat, kebangkitan dan pengutusan Roh Kudus yang dilakukanNya. Dalam penggunaan biasa gelar ini mempuyai arti yang sama dengan penyelamat, meskipun latar belakang atau asal-usul katanya berbeda.<br /><em><span style="font-size:130%;">Forgiveness of sins</span></em>, pengampunan dosa-salah satu pokok kepercayaan Yahudi-Kristiani tentang belas kasihan Allah pada manusia. Yesus mengampuni dosa yang mengakibatkan manusia memiliki posisi baru.<br /><em><span style="font-size:130%;">Adoption</span></em>, pengangkatan sebagai anak-cara yang dipakai Paulus untuk mengungkapkan hubungan yang baru antara Allah dan orang-orang yang telah ditebus dalam Kristus. Orang-orang beriman dinyatakan benar karena telah diangkat sebagai anak oleh Allah.<br /><em><span style="font-size:130%;">Foreknowledge</span></em>, pengetahuan ilahi-pengetahuan Allah mengenai segala peristiwa yang akan datang.<br /><em><span style="font-size:130%;">Last judgment</span></em>, penghakiman terakhir-keyahinan bahwa Kristus akan datang lagi pada akhir zaman untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, para nabi Perjanjian Lama mewartakan hari Tuhan yang akan datang, yakni ketika saat ketika kehendak Allah dinyatakan.<br /><em><span style="font-size:130%;">Providence</span></em>, penyelengaraan Ilahi-tuntunan Allah yang maha bijaksana dan mahacinta yang mengatur alam, sejarah, dan jalan hidup setiap manusia. Ajaran kristiani mengenai penyelengaraan ilahi memberikan tempat kepada baik kebebasan manusia maupun rahasia cara-cara Allah.<br /><em><span style="font-size:130%;">Christ event</span></em>, peristiwa Kristus-istilah yang dipakai untuk menyebut kedatangan Kristus sebagai peristiwa dalam sejarah penyelamatan yang menentukan.<br /><em><span style="font-size:130%;">Covenant</span></em>, perjanjian-ikatan antara Allah dengan seluruh umat manusia, yang diwakili oleh Nuh dan Abraham serta keturunannya.<br /><em><span style="font-size:130%;">New testament</span></em>, perjanjian baru-ke-27 tulisan dalam kitab suci sesudah 39 tulisan perjanjian lama, yang sebagian besar diterima juga oleh orang-orang Yahudi.<br /><em><span style="font-size:130%;">Old testament</span></em>, perjanjian lama-tulisan-tulisan suci yang diterima oleh orang-orang Yahudi dan Kristiani sebagai yang diilhami dan termasuk dalam kanon.<br /><em><span style="font-size:130%;">Election</span>,</em> pilihan-tindakan Allah yang bebas memilih pribadi atau kelompok-kelompok tertentu. Dalam Perjanjian Lama, Israel sangat menyadari dirinya sebagai umat pilihan Allah. Suatu komunitas baru orang-orang yang beriman terhimpun karena pilihan Kristus.<br /><em><span style="font-size:130%;">Grace</span></em>, anugerah atau pertolongan yang diberikan oleh Allah kepada kita tanpa jasa kita. Rahmat yang utama adalah anugerah penyelamatan oleh Kristus karena iman.<br /><em><span style="font-size:130%;">Apostle</span></em>, rasul-secara harfiah berarti utusan. Dalam arti lebih sempit rasul adalah kedua belas murid yang dipilih oleh Kristus, yang menjadi saksi atas karya, wafat, dan kebangkitanNya.<br /><em><span style="font-size:130%;">Scandal</span></em>, sandungan-tindakan atau kata-kata yang menggoda orang untuk melakukan dosa. Kristus memberi peringatan agar tidak menjadi sandungan bagi orang lain atau membiarkan diri tersandung.<br /><em><span style="font-size:130%;">Passion</span></em>, sengsara-dalam pengertian kristiani, sengsara dikaitkan dengan penderitaan dan penyaliban Yesus demi keselamatan kita.<br /><em><span style="font-size:130%;">Infinity</span></em>, tidak terbatas-dalam arti sempit hanya Allah yang sepenuhnya dan seutuhnya tidak terbatas oleh waktu dan tempat dan mengatasi semua makluk ciptaan.<br /><em><span style="font-size:130%;">Body of Christ</span></em>, tubuh Kristus-istilah yang dipakai untuk tubuh manusiawi Yesus, Kristus yang bangkit, gereja yang terdiri dari orang-orang yang dipersatukan denganNya.<br /><em><span style="font-size:130%;">Church</span></em>, gereja-komunitas yang didirikan oleh Yesus Kristus dan diurapi oleh Roh Kudus sebagai tanda terakhir kehendak Allah untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.<br /><em><span style="font-size:130%;">Gospel</span></em>, injil-warta kerajaan Allah yang sudah dekat dan bahwa Yesus dinyatakan sebagai putra Allah dan Tuhan karena kebangkitanNya dari kematian.<br /><em><span style="font-size:130%;">Nature</span></em>, kodrat-seluruh jagad raya yang baik karena diciptakan oleh Allah, atau sesuatu yang berkembang dan berjalan dengan ciri-ciri dasariah.<br /><em><span style="font-size:130%;">Christology</span></em>, Kristologi-study teologis atas diri Yesus, yang secara sistematis menyelidiki siapakah Dia dalam diriNya sendiri dan artinya bagi orang-orang yang percaya kepadaNya.<br /><em><span style="font-size:130%;">Jew</span></em>, Yahudi-keturunan orang-orang Ibrani dan atau yang memeluk Yudaisme. Menurut hukum yang dimaklumkan pada tahun 1962 oleh Israel, seorang Yahudi adalah orang yang lahir dari ibu Yahudi atau yang memeluk Yudaisme.</span></div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-32599156244901592682009-03-19T06:55:00.001+07:002009-03-19T07:02:24.819+07:00Mengapa Yesus?<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcwIq3jum1-X5wcsOBbnw17y59o8ZcSYsQV1dlTMsIwM81EkkMb1_jHzWyiUg9ECbRx-ZpY3sMUwN2ZvogQOf35SQWsryPDd1KxJtiBxg09nIOMtDtYi2ILn6TgUdxICpyPs3LiueA3KQ/s1600-h/I+l%C3%B8v%C3%A8+J%C3%A8sus(01).jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314682395644610578" style="FLOAT: right; MARGIN: 0px 0px 10px 10px; WIDTH: 226px; CURSOR: hand; HEIGHT: 191px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcwIq3jum1-X5wcsOBbnw17y59o8ZcSYsQV1dlTMsIwM81EkkMb1_jHzWyiUg9ECbRx-ZpY3sMUwN2ZvogQOf35SQWsryPDd1KxJtiBxg09nIOMtDtYi2ILn6TgUdxICpyPs3LiueA3KQ/s200/I+l%C3%B8v%C3%A8+J%C3%A8sus(01).jpg" border="0" /></a><br /><div>Yesus Anak Allah yang kudus dan tak bedosa merupakan topik yang sangat menarik untuk dibahas karena, jika Kristus ternyata berdosa maka iman Kristen akan runtuh dan menjadi tidak jelas. Justru dengan adanya topik yang demikian mebutuhkan suatu pembuktian yang bersifat argumentatif atau berapologetika. Karena Kristus adalah manusia dan Allah yang sejati dan menjadi obyek iman Kekerintenan. Eksistensi Kristus sebagai pribadi yang kudus dan yang tak berdosa merupakan landasan bagi iman Kristen untuk memahami korban Kristus sebagai korban yang tak bercacat dan yang bekenan kepada Allah. artinya Kristus adalah Juruselamat yang sejati.<br /><br />Yesus Kristus disebut sebagai “Anak Allah yang kudus” (Lukas 1:35), “Yang Kudus dan Benar” (Kisah 3:14), “hamba-Mu yang Kudus” (Kisah 4:27). Kekudusan Kristus menyatakan keilahian-Nya (Yohanes 14:30). Menegaskan hakekat kekudusan Tuhan Yesus Kristuspenulis Kitab Ibrani mencatat bawa “Ia tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15), artinya menunjukkan bahwa perilaku-Nya kudus karena Ia terpisah dari pencemaran dosa (Ibrani 7:26) karena pada dasarnya Yesus selalu melaku kehendak dan menyenangkan hati Bapa-Nya yang di Sorga (Yohanes 8:29). Terbukti ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalasnya dengan mencaci maki tetapi justri Ia menyerahkannya kepada Dia yang menghakini dengan adil (1 Petrus 2:22,23).<br />Tentang eksistensi kepribadian Kristus sebagai manusia-Allah yang sejati dan berkaitan dengan bisa atau tidaknya Yesus berdosa pernah menjadi topik yang diangkat untuk bahan perdebatan oleh para pakar teologi. Hodge seorang pakar yang menyatakan bahwa “pencobaan dapat diartikan kemungkinan berbuat dosa.” jadi pribadi Kristus tidak mungkin berbuat dosa, maka pencoban-Nya juga bukanlah hal yang nyata dan tidak berdampak. Dan Ia tidak dapat memberikan simpati kepada umat-Nya.<br />Nampaknya pendapat Hodge ini lebih ekstrim karena hanya cenderung untuk melihat pada satu aspek saja yakni karena Kristus dalam kemanusiaan-Nya, jadi mungkin dapat berdosa. Sedangkan pada sisi yang lain.Shedd menyanggah pendapat bahwa Yesus kemungkinan bisa berdoa. Shedd menyatakan;”Hal ini tidak cocok dengan doktrin sifat Kristus yang tidak bisa berdosa, karena tidak konsisten dengan keadaan-Nya yang dapat dicobai. Dikatakan, bahwa seorang yang tidak dapat berbuat dosa, tidak dapatdicobai untuk berbuat dosa.”<br />Pada intinya dari hasil perdebatan tersebut memunculkan topik perdebatan dengan kualitas konsep. Adapun konsep tersebut ialah; konsep bahwa Ia tidak mungkin berbuat dosa disebut “tanpa dosa” (non posse peccare). Dan konsep bahwa Ia mungkin dapat, apakah ia melakukannya atau tidak, disebut dengan “tak bercela” (posse non peccare).<br />Dalam mengatasi perdebadatan diatas kaum konservatif menyatakan pendapat yang Alkitabiah dengan mengemukakan pemahaman bahwa Kristus tanpa dosa, dan kelompok ini tidak setuju dengan pertanyaan apakah Ia dapat atau tidak dapat berbuat dosa. Sehubungan dengan masalah pencobaan Kristus kenyataan yang faktual bahwa ujian-ujian-Nya benar-benar terjadi secara pengalaman. Sebenarnya unian-ujian yang dialami oleh Kristus merupakan ujian yang disesuaikan dengan keberadaan-Nya sebagai manusia-Allah yang sejati.<br />Kekudusan Kristus sebagai Anak Allah memiliki suatu pengertian yang mengacu pada kualitas hidup dalam setiap aspek kehidupan artinya Ia terpisah dari kebobrokan dosa. Ungkapan anak Allah tentunya mengacu pada pengertian bahwa Ia Menampakkan kemuliaan Allah dalam hidup-Nya serta ia selalu menyenangkan dan melakukan kehendak Bapa (Yohanes 8:29).<br /><br />Terbukti bahwa Kristus adalah Manusia dan Allah sejati dan semasa hidupnya Ia berlaku kudus dan hidup sesuai dengan kehendak Bapa. Dengan hakekatnya yang kudus maka Kristus layak untuk menjadi Juruselamat yang sejati yang menebus umat manusia dari dari perbudakan dosa (Yohanes 3:16). Artinya Kristus adalah korban yang sempurna dan dan itu cukup terjadi sekali dan berdampak untuk selamanuya. </div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-88622256957850718762009-03-12T07:39:00.002+07:002009-03-12T07:43:03.010+07:00P.A.K Buat yg Prakerin<span style="color:#000066;">Budaya atau kebudayaan berasal dari </span><a title="Bahasa Sansekerta" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sansekerta"><span style="color:#000066;">bahasa Sansekerta</span></a><span style="color:#000066;"> yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam </span><a title="Bahasa Inggris" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris"><span style="color:#000066;">bahasa Inggris</span></a><span style="color:#000066;">, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata </span><a title="Latin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Latin"><span style="color:#000066;">Latin</span></a><span style="color:#000066;"> Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani<br />Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan </span><a title="Masyarakat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat"><span style="color:#000066;">masyarakat</span></a><span style="color:#000066;">. </span><a title="Melville J. Herskovits" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melville_J._Herskovits"><span style="color:#000066;">Melville J. Herskovits</span></a><span style="color:#000066;"> dan </span><a title="Bronislaw Malinowski" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bronislaw_Malinowski"><span style="color:#000066;">Bronislaw Malinowski</span></a><span style="color:#000066;"> mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut </span><a title="Andreas Eppink (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Andreas_Eppink&action=edit&redlink=1"><span style="color:#000066;">Andreas Eppink</span></a><span style="color:#000066;">, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, </span><a title="Nilai sosial" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial"><span style="color:#000066;">nilai</span></a><span style="color:#000066;">, </span><a title="Norma sosial" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial"><span style="color:#000066;">norma</span></a><span style="color:#000066;">, </span><a title="Ilmu pengetahuan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_pengetahuan"><span style="color:#000066;">ilmu pengetahuan</span></a><span style="color:#000066;"> serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.<br />Menurut </span><a title="Edward Burnett Tylor" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Edward_Burnett_Tylor"><span style="color:#000066;">Edward B. Tylor</span></a><span style="color:#000066;">, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut </span><a title="Selo Soemardjan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selo_Soemardjan"><span style="color:#000066;">Selo Soemardjan</span></a><span style="color:#000066;"> dan </span><a title="Soelaiman Soemardi (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Soelaiman_Soemardi&action=edit&redlink=1"><span style="color:#000066;">Soelaiman Soemardi</span></a><span style="color:#000066;">, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.<br />Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat </span><a title="Abstrak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abstrak"><span style="color:#000066;">abstrak</span></a><span style="color:#000066;">. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, </span><a title="Bahasa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa"><span style="color:#000066;">bahasa</span></a><span style="color:#000066;">, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, </span><a title="Seni" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni"><span style="color:#000066;">seni</span></a><span style="color:#000066;">, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.<br /></span><a name="Unsur-unsur"></a><span style="color:#000066;">Unsur-unsur Kebudayaan<br />Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:<br /> </span><a title="Melville J. Herskovits" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melville_J._Herskovits"><span style="color:#000066;">Melville J. Herskovits</span></a><span style="color:#000066;"> menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:<br />o alat-alat teknologi<br />o sistem ekonomi<br />o </span><a title="Keluarga" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga"><span style="color:#000066;">keluarga</span></a><span style="color:#000066;"><br />o kekuasaan politik<br /> </span><a title="Bronislaw Malinowski" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bronislaw_Malinowski"><span style="color:#000066;">Bronislaw Malinowski</span></a><span style="color:#000066;"> mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:<br />o sistem </span><a title="Norma sosial" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial"><span style="color:#000066;">norma</span></a><span style="color:#000066;"> yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya<br />o organisasi ekonomi<br />o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)<br />o organisasi kekuatan (politik)<br />Kita telah mengetahui teknologi yang berada di sekitar kita. Tapi, apakah kita mengetahui apa itu teknologi sebenarnya, seperti apa teknologi dalam kehidupan sosial kita, dan bagaimana kemajuan teknologi di dunia? Oleh karena itu, dalam bahasan ini kita akan melihat sifat teknologi dalam budaya, pengertian teknologi serta perkembangannya. Pertanyaan tentang kenetralan beberapa pendapat menyatakan bahwa teknologi dinilai netral dari segi budaya, moral dan politik yang menyediakan alat mandiri sistem nilai yang bisa digunakan untuk mendukung gaya hidup yang berbeda-beda.<br />Tugas:<br />Lengkapilah Tabel berikut ini:<br />No Nama Penemu Hasil Temuan<br />1 James Watt Mesin Uap<br />2<br />3<br />4<br />5<br />6<br />7<br />8<br />9<br />10<br />11<br />12<br />13<br />14<br />15<br />16<br />17<br />18<br />19<br />20<br /><br /><br />21<br /><br /><br /> </span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-7700573799260299272009-03-09T21:08:00.002+07:002009-03-09T21:15:34.794+07:00Manusia Super<div align="center"><span style="font-family:verdana;font-size:180%;color:#009900;"><strong><em>ASAL MULA MANUSIA</em></strong></span></div><br /><br /><br /><br /><br /><div align="justify"><br /><span style="font-family:arial;font-size:85%;color:#000099;">Banyak sekali penemuan serta teori yang berusaha menyajikan asal-usul manusia baik yang bersifat sains maupun yang bersifat dongeng (mitos). Salah satu teori yang sempat <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3vmUFpO6jrysJpDRhoGZ-bjUSuGqKBd65o_SmBYSTQ5vQ2wJs6EoO4rs_GMUqHqTD9zD09lfBylkyF3xkTXUjbOSmn6vfSON7FQwShmX5X84TUD1V0DD1pTetyESFNM464sAITr5fgPg/s1600-h/adam+dan+hawa.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5311191253267065586" style="FLOAT: right; MARGIN: 0px 0px 10px 10px; WIDTH: 195px; CURSOR: hand; HEIGHT: 170px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3vmUFpO6jrysJpDRhoGZ-bjUSuGqKBd65o_SmBYSTQ5vQ2wJs6EoO4rs_GMUqHqTD9zD09lfBylkyF3xkTXUjbOSmn6vfSON7FQwShmX5X84TUD1V0DD1pTetyESFNM464sAITr5fgPg/s200/adam+dan+hawa.jpg" border="0" /></a>menggemparkan dan eksis mewarnai dunia sains hingga sekarang ini adalah teori “evolusi.” Tokoh yang menemukan teori evolusi ialah Charles Darwin, dalam teori evolusi dikatakan bahwa<br />“Berjuta-juta tahun yang lalu zat kimiawi yang terdapat dalam laut digerakan oleh sinar surya dan tenaga kosmis, kemudian zat-zat tersebut membentuk diri melalui perubahan menjadi organisme bersel tunggal atau lebih, kemudian berkembang melalui suatu perubahan penting dan seleksi alamiah sehingga menjadi tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.”<br /><br />Uaraian diatas merupakan landasan pemahaman yang mendasari teori evolusi, kemudian pendapat dari evolusi dalam keitannya dengan keberadaan manusia;<br />Dalam hubungannya dengan asal manusia, evolusi mengajarkan bahwa ia berputar dalam jangka waktu lama melalui aksi perubahan dan seleksi alamiah dari yang sederhana, beralih menjadi bentuk lain yang yang pada mulanya berasal dari makhluk bersel tunggal.<br /><br />Dari hasil pengamatan yang demikian menjukkan bahwa asal mula manusia bukanlan hasil ciptaan Allah, melainkan hasil dari proses evolusi yang berlangsung.<br />Tidak jarang banyak orang mempercayai teori evolusi dan bahkan orang percaya pun terkadang terpengaruh dengan pandangan tersebut. Sebagai orang yang beriman kepada Allah. Orang percaya harus memahami kebenaran tentang realita kebenaran penciptaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Firman Allah.<br />Keberadaan manusia dibumi tidak terlepas dari realita Allah sebagai penyebab utama Charles C. Ryrie mengatakan bahwa “<br />Karya penciptaan mansuia didasarkan atas perundingan sidang Allah. Walau semua ciptaan-Nya sampai sebelum jadinya manusia dikatakan baik, namun ciptaan tersebut belum lengkap bila tanpa manusia. Manusia bukan dipikirkan-Nya kemudian, melainkan hasil pemikiran terdahulu dalam benak Allah. Setelah Allah menciptakan manusia barulah Ia kemudian berkata bahwa apa yang Ia kerjakan adalah “amat baik”.<br /><br />Ungkapan diatas menyatakan bahwa penciptaan manusia telah dilakukan dan direncanakan oleh Allah.<br />Eksistensi manusia sebagai ciptaan merupakan wujud nyata bahwa Allah memprakarsai orientasi hidup manusia. Kenyataan ini juga menunjukkan bahwa Allah memiliki rencana yang indah bagi hidup manusia. Jadi sangat jelas sesuai dengan pernyataan yang faktual dari Alkitab berdasarkan teks Kejadian 1:27 yang berbunyi; “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarnya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka..”<br />Allah dalam eksistensi-Nya sebagai pencipta (Creator), dan mnusia sebagai ciptaan (Creation). Kedua hal tersebut merupakan dasar pijakan untuk mengamati identitas Allah dan manusia dalam konteks percakapan tentang kualitas, dan kedua hal itu jugalah yang menjadi landasan untuk membahas identitas Allah dan identitas manusia.<br /><br />Allah Sebagai Pencipta<br />Sebagian besar ilmuwan dan filsuf terjerat dalam usaha yang mereka lakukan, mereka berusaha menjelaskan keberadaan alam semesta dengan mengabaikan kedudukan Allah sebagai pencipta. Meraka mengusulkan bahwa “alam semesta mapan artinya kejadian alam semesta terjadi dengan proses evolusi dan kejadiannya tanpa unsur lain diluar alam semesta dan tanpa campur tangan Allah.”<br />Dari usaha tersebut mereka menunjukkan dan meyakinkan bahwa “Peristiwa yang mengawali bumi berasal dari suatu ledakan awal atau big bang, yang di mulai sekitar 18 milyar tahun yang lalu.” Dalam hal inilah dapat ditarik suatu pengertian bahwa para ilmuwan sepengertian dengan kalimat pertama dalam Alkitab yang menyatakan alam semesta “Langit dan Bumi diciptakan atau dimulai jauh dahulu kala.<br />Kebenaran tentang penciptaan hanya ditemukan dalam Alkitab, kebenaran apa pun yang disingkapkan oleh sains tak dapat diterima sebagai kebenaran mutlak. Sebagaimana kebenaran fakta yang dipaparkan dalam Kitab Kejadian 1:1-28, dijelaskan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dan segala isinya.<br />Memang kenyataannya ditulis oleh Musa, namun dalam proses penulisan kebenaran fakta tersebut dicatat berdasarkan penyingkapan wahyu yang dinyatakan oleh Allah. Ulasan penciptaan yang dicatat Musa pada awal Kitab Kejadian terjadi sekitar 3.500 tahun lalu dengan tujuan menyampaikan berita kebenaran yang berasal dari pewahyuan Allah untuk segala kalangan dan seluas mungkin. Intinya seperti yang dikatakan Hugh Ross, bahwa “Allah memakai Musa mencatat mendokumentasikan realita mengenai berbagai pernyataan kuasa ajaib Allah dalam membentuk bumi dan kehidupan didalamnya.”<br />Kedudukan Allah sebagai pencipta perlu dipahami juga dalam frame teologis yang berkaitan dengan identitas Allah dalam pandangan orang Ibrani. Ryrie mencatat bahwa “Kej. 1:1 Mengidentifikasikan Elohim sebagai Sang Pencipta. Elohim adalah istilah umum untuk keallahan yang juga merupakan sebutan bagi Allah yang Sejati. Kata itu berarti Yang Kuat, Pemimpin yang perkasa, Keallahan yang Tertinggi.”<br />Kekuasaan Allah yang dikenal juga dengan istilah mujizat yang nyata pada konteks penciptaan dapat dilihat penjelasannya melalui konsep yang disebut dengan istilah Creatio ex nihilo. Istilah dalam bahasa latin ini berarti “waktu Allah menciptakan, tidak memakai sesuatu bahan yang telah ada.” Menurut pengertian secara teknis istilah tersebut “dapat diterapkan pada penciptaan benda yang bukan organik, karena Allah memakai materi yang bukan oraganik yang diciptakan misalnya ketika membentuk tubuh dan makhluk hidup.”<br />Dalam Kejadian 1 Kata “Firman” dalam bahasa Ibrani memakai kata kerja “bara” (Kej. 1:1,21,27), sedangkan kata “yatsar” (Kej. 2:7) artinya “membentuk”. Allah yang Maha Kuasa adalah Sang Pencipta yang disebutkan juga oleh para cendekiawan sebagai Causa Prima (penyebab utama), yang intinya menunjukkan realita kebenaran bahwa “Allahlah yang menyebabkan alam semesta ini ada.”<br />Manusia sebagai Ciptaan<br />Ryrie mengaskan “Penciptaan manusia tidak melibatkan proses evolusi apa pun yang menghubungkan manusia dengan makhluk pra manusia yang berbentuk lebih sederhana.” Karena jika proses evolusi dilibatkan maka berarti bahwa manusia dari bentuk yang bukan manusia dan kenyataan tersebut menyangkal kenyataan bahwa Allah menghembuskan nafas kehidupan kepada manusia.<br />Alkitab sebagai kebenaran yang absolut secara akurat telah membentangkan berita penciptaan manusia (Kej. 1:27). Penciptaan manusia telah direncanakan oleh Allah dan dilakukan oleh Allah pada hari penciptaan yang keenam. Secara kronologis pertama-tama Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama. Allah menciptakan Adam dari debu tanah dan Ia juga meniupkan nafas hidup kepadanya dan saat itulah Adam menjadi makhluk hidup.<br />Sedangkan Hawa, Allah menciptakannya dari tulang rusuk Adam dan Allah membentuknya dalam wujud seorang wanita. Demikianlah Adam sebagai laki-laki dan Hawa sebagai perempuan, mereka adalah manusia ciptaan dan mereka juga adalah nenek moyang manusia diseluruh muka bumi.<br />Kejadian 1:26 berbunyi; “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” Kalimat tersebut mengandung makna yang sangat dalam. Karena itu penjabarannya akan diuraikan dalam tiga bagian yang nyata sebagai berikut.<br /><br />Manusia dalam Citra Allah<br />Sejak Allah meniupkan nafas hidup kepada Adam maka pada waktu itulah Adam disebut sebagai makhluk Hidup. Keadaan inilah yang oleh ilmu hayat (Biologi) menyeragamkan pandangan bahwa manusia dan binatang yang lainnya disebutkan sebagai makhluk hidup. Berbeda halnya dari perspektif religius, berdasarkan teks Kejadian 1:26, ternyata manusia merupakan ciptaan Allah yang istimewa. Karena Allah menciptkan manusia menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Dari ungkapan itulah tersirat suatu pengertian yang menunjukan realita “manusia secitra dengan Allah”. John Calvin, teolog yang muncul sebagai tokoh reformasi mencatat pandangan teologis yang sangat penting tentang keistimewaan mansuia; “manusia sebagai ciptaan yang istimewa karena dari semua karya Allah manusia itu merupakan bukti dari keadilan-Nya, dari hikmat dan kebaikan-Nya yang paling luhur dan yang paling dipandang.” Sedangkan yang paling mendasar arti dari secitra dengan Allah dan keunggulan manusia sebagai ciptaan yang istimewa terkandung dalam rahasia ungkapan “segambar dan serupa dengan Allah.<br /><br />Makna Ungkapan “Menurut Gambar Allah”<br />Kata “Gambar” dalam teks Kejadian 1:26 secara linguistik dalam bahasa Ibrani “tselem”, Sedangkan dalam istilah bahasa Latin memakai kata “Imago”, dan dalam bahasa Yunani “eikon” kesemua kata tersebut mengacu pada arti “gambar yang dihias, suatu bentuk dan figur yang representatif.<br />Pada akhir abad ke-2 hingga pada awal abad ketiga para bapak gereja mengartikan bahwa “gambar” mengacu pada kejasmanian”. Namun pengertian yang seperti itu tidak dapat dipertahan karena akan berakibat manusia akan mempersonifikasikan Allah. Jadi suatu pengertian yang tepat dari makna “gambar” disini ialah melihat kepada keseluruhan totalitas manusia yang diciptakan menurut gambar Allah. Artinya keadaan manusia yang utuh mencerminkan kemuliaan Allah.<br />Makna Ungkapan “Menurut Rupa Allah”<br />Istilah “rupa” juga menjadi hal yang sulit untuk diartikan secara literal. Namun kata “rupa” dalam bahasa Ibrani ialah “demuth”, dalam bahasa Latin “similitudo”, dan dalam terjemahan LXX (Septuaginta) memakai kata “homoiosis”,dari ketiga isitlah itu mengacu pada pengertian “kesamaan tapi lebih bersifat abstrak dan ideal.” Ryrie, menjelaskan “Manusia diciptakan menurut rupa Allah berarti menjadi makhluk hidup … manusia sebagai keturunan dari Allah, maka tentunya juga adalah pribadi yang hidup.” Lebih konkrit lagi secara teknis kata “rupa” menunjukkan aspek kecerdasan, kemauan yang memberinya kemampuan untuk mengambil keputusan.<br />Gambar dan rupa Allah yang dimaksudkan pada teks Kejadian 1:26, jelas sekali menerangkan keadaan manusia yang secitra dengan Allah. Dimana manusia dalam keadaan sebagai ciptaan yang istimewa mencerminkan kemuliaan Allah. Karena dalam keadaan yang mulia manusia (Adam) mampu berkomunikasi dan memiliki persekutuan yang indah dengan Allah (keadaan manusia pra-dosa).<br />Gambar dan rupa Allah juga merupakan hakikat dari totalitas manusia (Tubuh, jiwa dan roh). Bertolak dari keberadaan itulah manusia berbeda dengan binatang, karena kelebihan manusia memiliki; 1) norma moral rinci yang tertulis dalam dirinya, yang dikenal sebagai hati nurani. 2) kesadaran akan kematian dan kemungkinan adanya kehidupan setelah kematian. 3) kesadaran akan adanya kodrat yang lebih tinggi. 4) kemungkinan untuk menyembah dan berkomunikasi dengan Allah. 5) kemampuan untuk mengenal dan dorongan untuk mengungkapkan keberan yang mutlak atau yang absolut.<br />Kompleksitas natur manusia memang sangat lengkap sehingga ketika manusia jatuh kedalam dosa dan bahkan gambar dan rupa Allah pun menjadi rusak. Namun ketika Allah kembali bermurah hati memulihkan hubungan persekutuan melalui salib Kristus. Maka gambar dan rupa Allah dikembalikan dan didapatkan melalui iman kepada Allah dan keteladanan Kristus.<br /></span><br /><span style="font-family:georgia;font-size:78%;color:#003333;">Kepustakaan<br />Gott, J. R.. Journal Astrophysical; An Unbound Universe. New York: Gordon and Brech, 1985.<br /><br />Jastrow, Robert. God and the Astronomers. New York: W.W. Norton, 1978.<br /><br />Calvin, Yohanes. Institutio. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980<br /><br />Ros,.Hugh. Sebuah Tinjauan Ilmial Kejadian 1. Bandung: Kalam Hidup, 1996.<br /><br />Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 1. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991.<br /></div></span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-32402334815536157172009-03-08T18:49:00.006+07:002009-03-08T19:01:46.601+07:00Ini Sepatu Siapa?<strong><span style="color:#990000;">Sepatunya Siapa? </span></strong><br /><span style="font-size:180%;"><strong><span style="color:#990000;"><br /><span style="font-size:100%;">Menyoal Maraknya Pelemparan Sepatu</span></span></strong><br /></span><br /><span style="color:#333399;">Sepatu adanya di kaki, ada sepatu olahraga, sepatu resmi,sepatu santai bahkan sepatu sandal. Model dan ragamnya pun bermacam-macam. Ia selalu berada di bawah untuk menjadi alas, sehingga keberadaannya kurang begitu dilirik orang. Semahal apapun sepatu ia tetap saja menjadi alas, tidak soal apakah import atau lokal; lama atau baru, murah atau mahal. Namanya juga sepatu. Berbicara mengenai <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaIR9pNxE5OWQB6QPDEA2uQFTLMrQz_nxncdBSHZ3Kiz8CsXgWHRdowQPtIsVOfkUyyKaXOk3XORAY8_ZSTUm3kuNvTLO7t-MZze9GJPLMtG0vVT_AmppzBnrgZmavooT3M4dG-BZggQc/s1600-h/sepatu.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5310783126272310322" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 176px; CURSOR: hand; HEIGHT: 184px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaIR9pNxE5OWQB6QPDEA2uQFTLMrQz_nxncdBSHZ3Kiz8CsXgWHRdowQPtIsVOfkUyyKaXOk3XORAY8_ZSTUm3kuNvTLO7t-MZze9GJPLMtG0vVT_AmppzBnrgZmavooT3M4dG-BZggQc/s200/sepatu.jpg" border="0" /></a>sepatu, kita sontak teringat kisah klasik tentang seorang pangeran yang sedang mencari cinta lewat sepatu. Bagaimana caranya? Ia menjadikan sepatu sebagai ukuran wanita yang paling pantas baginya. Singkatnya, secara filosofis sepatu adalah ukuran. Ukuran cinta sang pangeran terhadap calon istrinya. Itu dari kisah klasik, tetapi dalam dunia kepemimpinan pun sepatu saat ini sudah menjadi ukuran. Ukuran atau takaran apakah seseorang disukai atau tidak gaya managemen kepemimpinannya.<br />Berita okezone.com hari ini (7 maret) merilis berita bahwa pak presiden Ahmadinejad, presiden vocal dari Iran, baru saja dilempar sepatu ketika konvoi kendaraannya melewati kerumunan masa. Situs Iran <em>Urumiye</em> dan dikutip <em>Guardian</em>, Jumat (6/3/2009), Ahmadinejad saat itu sedang berada di mobil atap terbuka. Kunjungannya ke kota itu untuk berceramah di sebuah stadiun lokal. Pihak kepolisian sempat melakukan pengejaran terhadap pelaku pelemparan namun gagal menemukannya karena banyaknya orang saat itu.<br />Sebelumnya juga mantan presiden Bush juga pernah mengalami hal serupa. Hanya bedanya lemparan sepatu dilakukan oleh seorang wartawan secara terang-terangan pada saat Bush sedang konfrensi pers. Respon Bush? Berapa ukuran sepatu tadi yah? Ujarnya tertawa. Bedanya lagi, berita tersebut langsung mendunia, disebarkan secara luas, karena memang banyak orang, yang udah terlanjur tidak menyukai presiden Bush saat itu. Ketidak sukaan ini terkait penyerangan Amerika ke dunia Arab dalam rangka isu terorisme.<br />Demikianlah lempar sepatu menjadi cara menunjukan ketidak sukaan terhadap pemerintahan, bahkan lebih dari pada itu, lempar sepatu menjadi alat ukur kepemipinan seseorang disukai atau tidak. Pada akhirnya kepemimpinan menjadi sangat relative, menjadi urusan suka tidak suka. Lepas dari persoalan suka atau tidak suka. Marilah meletakkan sepatu kembali ke posisinya, yaitu sebagai alas. Alas untuk melangkahkan kaki lebih mulus. Alas bagi kaki yang mau bekerja bersama-sama. Alas bagi setiap kaki pemimpin agar ia berjalan dengan baik. Alas bagi kaki yang dipimpin supaya bisa bekerja dengan lebih baik. Alas bagi kaki rakyat supaya bisa berjalan dengan lebih nyaman sampai pada tujuan.<br />Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, tulisan ini sengaja penulis angkat sebagai refleksi bagi para pemimpin dan seluruh rakyat. Dalam kondisi apapun perjalanan politik yang bisa saja sulit dan berselimutkan musuh (baca, musuh dalam selimut) janganlah jadikan sepatu sebagai alat ukur, sebab ketika sepatu sudah menjadi alat ukur, maka semuanya hanyalah mempertimbangkan factor suka atau tidak suka. Marilah kita tempatkan sepatu pada tempat asalinya, yaitu sebagai alas. Alas bagi setiap kaki yang ada dalam kebersamaan kerja ditengah perbedaan partai, kesatuan visi ditengah perbedaan fungsi dan keindahan cinta ditengah panasnya persaingan. Jadi marilah kita semua bersepatu, sehingga tidak perlu muncul pertanyaan: Ini sepatu siapa?</span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-8252560342292819712009-03-07T10:48:00.003+07:002009-03-07T12:48:00.514+07:00Khusus yang Prakerin<span style="color:#6633ff;"><span style="font-size:180%;">Buat yang lagi Prakerin</span><br /></span><br /><span style="color:#009900;">Tiba juga saatnya kalian mempraktekan apa yang telah dipelajari mulai dari kelas X sampai XI. Rasa-rasanya belum cukup, tapi paling tidak dari titik ini terlihat seberapa siapnya kalian memasuki dunia kerja nantinya. Di jaman kami tantangan sudah ada dan semakin bertambah ketika ada di jaman kalian, so keep on fire. Kalau perlu bangunlah interaksi yang memadai dengan guru-guru disekolah, semua pasti siap membantu, paling tidak saya siap bantu doa…. Jadi tetap pelihara semangatmu sampai selesai masa prakerin. Beberapa point penting yang harus diingat, bila perlu di print dan temple di meja kerja kalian, yaitu:<br />1. Kalian adalah duta<br />Ada surat tugas dari sekolah yang kalian bawa serta ke tempat kerja. Arti simbolik dan filosofisnya adalah keunggulan nama sekolah sedang ada di tangan kalian. Setiap kerja dan karya yang kalian lakukan mencerminkan nama baik sekolah, tetapi setiap kemalasan dan kesalahan yang kalian buat juga memcerminkan keburukan sekolah. Jadi jangan malu-maluin…<br />2. Kalian adalah Tim<br />Kalian terdiri atas beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas beberapa orang. Peliharalah kesatuan dan kerja sama kelompok. Saling membantulah karena kalian masuknya bersama-sama dan akan keluar bersama-sama juga. Jangan mencela, kalau ada teman yang kurang mampu tolonglah dia. Jadi bekerjasamalah…<br />3. Kalian adalah historymaker<br />Setiap tahun SMK 1 PSKD mengutus siswa-siswinya ke tempat praktek dan setiap tahun memiliki cerita sendiri, mulai dari cerita cinlok, dituduh curi hp – uang, gak pernah masuk kerja dan macam-macam cerita menyedihkan. Ada pula cerita-cerita pengalaman manis, lucu, dan membanggakan yang telah ditorehkan dalam sejarah prakerin. Ingatlah bawa kalian juga sedang menulis lembaran sejarah baru untuk angkatan kalian entahkah kelas AK maupun AP. Jadi berlaku baiklah…<br />4. Kalian adalah Kalian<br />Cara untuk sukses atas masa depan sudah kami ajarkan semua di pertemuan kelas, canda saat istirahat, khotbah saat ibadah atau PD, bahkan kadang-kadang sms. Apakah kalian akan sukses? Siapa yang tahu? Semuanya kembali ke goresan tangan kalian ketika bekerja. Kalian sendirilah yang akan merancang, menciptakan dan menghadirkan masa depan itu dan bukan kami. Kalian adalah pribadi-pribadi mandiri, kreatif, brilian, walaupun kadang-kadang malas. Jadi persiapkanlah masa depanmu…<br />Inilah pesan sederhana dan singkat dari saya, btw jangan lupa untuk rajin-rajin buka blog ini karena pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Seni Budaya akan berlanjut walaupun tidak ada pertemuan kelas. Jadi sering-seringlah ngintip blog ini. Salam sukses ya…</span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-30133459548068226592009-03-05T01:16:00.002+07:002009-03-05T01:23:42.586+07:00Postmodernisme<span style="color:#3333ff;">Tepatnya sejak diabad abad ke-20 hingga sekarang ini gereja selalu bergelut menghadapi tantangan era modern, seperti sekarang ini secara nyata gereja sudah harus berhadapan dengan era baru yaitu <span style="font-size:130%;">postmodern</span>, yang pikiran dan pengaruhnya sama sekali berbeda dengan zaman sebelumnya. Pada prinsipnya, gereja memang tidak boleh mengabaikan perubahan zaman yang sedang terjadi di sekelilingnya. Alkitab mengajarkan bahwa dalam memproklamasikan berita firman, umat Kristen harus memiliki konsep waktu atau zaman (concept of time); lihat antara lain Rm. 13:11; 2Tim. 4:2. Hal ini dimaksudkan agar gereja tetap relevan dalam pengajarannya, dan sebaliknya gereja juga tidak menjadi kompromistis, atau bahkan sinkretis.<br /><br /><span style="color:#ff0000;">Latar Belakang Permasalahan</span><br /> Dari segi zaman (yaitu "era post-modern," atau zaman setelah modern) tentu saja gereja tidak dapat mengelak, namun yang mesti diwaspadai adalah postmodern-isme, atau prinsip-prinsip ajaran para <span style="font-size:130%;">postmodernis</span> dan pengaruhnya. Cara berpikir postmodern memang belum terlalu popular paling tidak hingga saat ini. Akan tetapi, gema dan gelombang pengaruhnya hari demi hari semakin terasa kuat. Perlahan tapi pasti dunia dibawa masuk ke dalam suatu nuansa zaman yang sama sekali berbeda dengan modern. Banyak pengamat mengatakan bahwa era modern dengan segala pengaruh pemikirannya sedang menuju kematian dan segera digantikan oleh era postmodern. Beberapa di antaranya, yaitu John Cooper mengatakan, "Times are changing. Modernism is dying, though its strength is not completely spent. By now the announcement of a new outlook, something called ‘post-modernism,’ has become a cliché." Hal senada juga diungkapkan oleh Richard Middleton, Brian Walsh, Alister McGrath, Thomas Oden, Walter Anderson, Timothy Phillips, dan Dennis Okholm, bahwa dunia saat ini sedang berada di dalam transisi antara proses kematian modernisme dan lahirnya postmodernisme.<br /> Berdasarkan alasan di atas, penting bagi kita umat Kristen untuk mengenal postmodernisme. Karena itu, dalam tulisan ini penulis menyoroti postmodern dengan berangkat "hanya" melalui dua pandangan utamanya: dekonstruksionisme dan relativisme radikal, serta beberapa pengaruhnya. Karena munculnya postmodern tidak dapat dilepaskan dari era modern, maka dalam tulisan ini akan banyak pula dijumpai perbandingan (kontras) postmodern dengan modern.<br /><br /><span style="color:#ff0000;">Akar Permasalahan</span><br /> Pada dasarnya, postmodern muncul sebagai reaksi terhadap fakta tidak pernah tercapainya impian yang dicita-citakan dalam era modern. Era modern yang tumbuh-berkembang antara abad 15 hingga 18, dan mencapai puncaknya pada abad 19 dan 20 awal, memiliki cita-cita yang tersimpul dalam lima kata, yaitu: reason, nature, happiness, progress dan liberty. Dari segi reason, berarti para modernis bercita-cita menggantungkan segala penelitian atau pengungkapan kebenaran pada kekuatan akal (ratio) manusia. Apabila pada abad pertengahan (era sebelum modern) sangat ditekankan ketaatan terhadap otoritas gerejawi atau hal-hal yang bersifat spiritual dan supranatural, maka pada era modern tumbuh kepercayaan dan kebergantungan mutlak kepada kekuatan rasio manusia yang disokong oleh metode-metode observasi, percobaan, dan penelitian untuk memperoleh kebenaran. Orang-orang modern berkeyakinan bahwa manusia yang berpikir adalah manusia yang senantiasa berusaha menemukan kebenaran yang satu, mutlak, obyektif, dan universal (berlaku bagi semua orang), lewat kemampuan rasio. Di sini manusia menjadikan dirinya sebagai homo-autonomos, artinya manusialah yang menentukan kebenaran, manusia yang menentukan hukum, dan manusia yang menentukan nasib manusia sendiri. Manusia tidak membutuhkan kekuatan di luar sesuatu yang bukan manusia atau bukan hasil karya manusia. "In the modern era we are our own saviors…," demikianlah keyakinan, sekaligus impian, di dalam diri kebanyakan orang modern.<br /> Dari segi nature berarti, suatu usaha para modernis untuk melepaskan diri dari hal-hal supranatural, dan sebaliknya memfokuskan perhatian sepenuhnya hanya pada hal-hal natural. Fokus pada hal-hal natural menyangkut usaha terus-menerus mengungkapkan rahasia alam semesta yang nampak dan dapat ditangkap oleh indera bagi kepentingan umat manusia; serta termasuk di dalamnya, mengajarkan kehidupan yang sangat bersifat sekuler dan materialistik. Tidak ada keinginan dalam diri orang-orang modern untuk menyelidiki hal-hal di luar yang natural atau sekuler.<br /> Kedua aspek di atas, reason dan nature, dipakai oleh para modernis untuk terus-menerus berusaha maju di segala bidang. Di dalam hati kebanyakan orang modern seolah terpatri kalimat semacam ini: "The future rather than the past dominates the imagination. The Golden Ages lies ahead of us not behind us." Kalimat ini bukan omong kosong, sebab buktinya sangat mudah bagi kita sekarang ini untuk menjumpai hasil-hasil kemajuan yang diperjuangkan oleh para modernis. Baik itu dalam bidang teknologi maupun dalam tatanan (pola dan aturan) kehidupan. Pada akhirnya, dari kemajuan di segala bidang tersebut, diharapkan tercapainya suatu tatanan kehidupan masyarakat dunia yang sempurna, yaitu yang bersatu, harmonis, makmur, dan bebas dari sakit-penyakit. Atau dengan kata lain, tercapailah tiga impian lainnya, yaitu: happiness, progress, dan liberty.<br /> Secara garis besar, kelima cita-cita modern di atas ‘diwujudnyatakan’ ke dalam tiga bidang, yaitu: ilmu pengetahuan (science), teknologi (technology), dan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh (global economic growth). Ketiganya tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berkaitan. Ilmu pengetahuan, yang merupakan hasil dari berbagai macam eksperimen dan penelitian terhadap alam semesta, menjadi semacam fondasi yang kokoh bagi kemajuan dalam dua aspek lainnya (teknologi dan pertumbuhan ekonomi) secara universal. Salah seorang bapak ilmu pengetahuan modern, Francis Bacon, mengatakan bahwa "Knowledge is power," sebab melalui ilmu pengetahuan manusia dapat memahami rahasia alam semesta sehingga manusia mempunyai semacam kekuatan untuk meneliti lebih lanjut dan menghasilkan berbagai teknologi maju yang penting bagi seluruh umat manusia.<br /> Teknologi yang merupakan perwujudan nyata ilmu pengetahuan di dalam berbagai peralatan dan mesin yang mutakhir, lebih lagi membekali manusia dalam mengeksplorasi alam semesta. Teknologi seolah-olah memampukan manusia untuk menggapai apapun yang mereka ingini. Dari kemampuan yang tak terbatas tersebut diharapkan terjadilah pertumbuhan ekonomi secara global, yang pada akhirnya akan tercapailah perbaikan standar hidup umat manusia, kemakmuran bersama, dan keamanan. Middleton & Walsh mengatakan,<br /><br />"By this free and open investigation, we have confidently believed, humanity will be able to acquire the technological power necessary to control nature and bring about the ultimate human goal: increased economic consumption and affluence, with resulting peace, fulfillment and security."<br /><br />Harus diakui bahwa spirit modern memang telah menghasilkan kemajuan di banyak bidang kehidupan umat manusia, paling tidak untuk jangka waktu tertentu antara abad 19 dan 20 awal. Akan tetapi ketika impian itu seolah-olah semakin mendekati kenyataan, umat manusia dikejutkan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak lain adalah buah spirit modern sendiri yang ternyata justru menjauhkan manusia dari impian yang selama ini menjadi cita-cita mereka. Peristiwa besar pertama yang menghantam impian modern adalah terjadinya Perang Dunia I (1914-1918), kemudian disusul dengan perang dunia II yang lebih lagi merusak impian mereka. Bukan hanya itu, mata kebanyakan orang semakin terbuka ketika mereka melihat dan menyadari bahwa produk spirit modern bukan seperti apa yang mereka impikan seperti kemajuan, kemakmuran, dan persatuan umat manusia, melainkan polusi yang hebat, pencemaran lingkungann besar-besaran, eksploitasi tenaga kerja, perbudakan, penjajahan (imperialism), pembersihan etnis (tribalism) di beberapa tempat (misalnya, Bosnia, Somalia, Rwanda), kualitas kejahatan yang meningkat, perpecahan suku bangsa, dan perang yang tak kunjung padam di beberapa negara di dunia. Itulah warisan pahit spirit modern yang harus diterima oleh orang-orang zaman ini!<br /><br />Pada masa sekarang, nyata terlihat bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi, yang merupakan wujud nyata cita-cita modern, tidak dapat memecahkan semua masalah manusia. Keduanya memang maju dengan sangat pesat, tetapi kemajuan tersebut seolah-olah justru memberi peluang yang semakin besar bagi manusia untuk menghancurkan dirinya sendiri. Karena itu, muncullah orang-orang postmodern yang memberikan reaksi terhadap modernisme secara keras. Mereka, para postmodernis tersebut, berreaksi bukan hanya dengan berangkat dari kekecewaan mendalam terhadap spirit modern, tetapi juga perasaan ditipu dan dikhianati. Segala janji modernisme telah terbukti kosong, dan dunia tempat kita tinggal malahan nampak semakin "hostile and inhospitable to us," kata David Wells dalam bukunya No Place for Truth. Ungkapan kekecewaan yang lain juga tertuang dalam tulisan Timothy Phillips & Dennis Okholm, di mana dikatakan bahwa impian modern tetap akan selamanya sebagai fantasi saja, kecuali orang-orang menganggap Disneyland sebagai dunia nyata! Akibat kekecewaan, perasaan ditipu, dan dikhianati tersebut, orang-orang posmodern berusaha untuk memunculkan suatu ajaran dan spirit yang berbeda, bahkan sama sekali bertentangan, dengan modernisme.<br /><br /><span style="color:#ff0000;">Postmodernisme dan Pengaruhnya Ditinjau dari Kontras dengan Modernisme</span><br /><br /> Perlu digarisbawahi bahwa para postmodernis menolak modern yang terutama bukan ditujukan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai melalui modernisasi, melainkan lebih tertuju pada pembongkaran cara pandang atau asumsi-asumsi dasar di balik segala cita-cita modern, yang dilihatnya sebagai akar permasalahan timbulnya berbagai bencana seperti dikemukakan di atas (imperialisme, kolonialisme, tribalisme, dsb.). Sebagai contoh, karena para modernis percaya hanya ada satu kebenaran mutlak yang obyektif dan rasional, maka hal ini mendorong mereka untuk menolak, sekaligus "menyingkirkan," cara-cara pandang lain tentang kebenaran yang tidak obyektif dan tidak rasional. Dengan kata lain, para modernis (secara tidak langsung, maupun langsung) telah berusaha mengontrol dan mengatur dunia berdasarkan rasio, yang pada akhirnya asumsi mereka tersebut telah memberikan semacam rangsangan bagi timbulnya imperialisme dan kolonialisme—ditambah dengan adanya kemajuan teknologi yang membuat peluang tersebut semakin terbuka lebar.<br /><br />Kekecewaan terhahap asumsi-asumsi dasar modernisme, berikut dengan akibat-akibat negatifnya, itulah yang mendorong munculnya postmodernisme, yang bukan hanya "menawarkan" suatu cara pandang yang berbeda, tetapi sangat berniat untuk menggeser dan mengganti modernisme. Berikut beberapa prinsip dan asumsi dasar postmodernisme sebagai ganti modernisme.<br /><br /><span style="color:#ff0000;">Kebenaran Obyektif vs. Dekonstruksi</span><br /><br />Perhatikanlah dialog singkat berikut ini; orang pertama mengatakan, "Lihat, di sana ada bola dan topi, dan aku menyebutnya bola dan topi sebagaimana yang aku lihat." Orang kedua mengatakan, "Mengapa harus bola dan topi? Kedua benda tersebut bukanlah apa-apa, tetapi keduanya adalah ‘bola dan topi’ setelah kita sepakat menyebutnya demikian." Dalam percakapan ini, orang pertama mewakili modern yang percaya bahwa kebenaran berasal dari hasil pengamatan dan pertimbangan rasio terhadap suatu benda atau hal secara obyektif. Akan tetapi, bagi orang-orang postmodern—yang dalam percakapan di atas diwakili oleh orang kedua—pengungkapan kebenaran seperti yang dilakukan oleh orang pertama adalah suatu hal yang mustahil. Mengapa? Karena bagi postmodernis, "we simply have no access to something called "reality" apart from the way in which we represent that reality in our concepts, language and discourse." Apa yang orang modern sebut sebagai "realita," bagi postmodernis tidak lain adalah konstruksi konsep dan bahasa kita sendiri, sebagai hasil dari pengalaman hidup kita. Salah seorang tokoh postmodern, Richard Rorty, mengatakan bahwa pada dasarnya semua manusia tidak pernah sungguh-sungguh sampai pada apa yang namanya realita, selain daripada apa yang kita sebut sebagai "realita" adalah pemilihan deskripsi kita sendiri di dalam simbol bahasa. Dengan demikian, pengungkapan kebenaran senantiasa diwakili oleh pembentukan (konstruksi) lingustik (bahasa). Cara berpikir postmodernis semacam itu disebut dekonstruksionisme (deconstructionism).<br /><br /><span style="font-size:130%;">Dekonstruksionisme</span> dipopulerkan yang utama oleh seorang filsuf postmodern dari Perancis bernama Jacques Derrida. Hal utama yang Derrida serang—demikian pula para dekonstruksionis lainnya—adalah klaim modern bahwa pengetahuan merupakan refleksi realita yang akurat, sehingga apa yang orang ketahui diyakini sebagai cerminan sesuatu realita yang sesungguhnya (obyektif). Derrida mencoba untuk menunjukkan bahwa apa yang dinyatakan sebagai "realita sesuatu yang ada" adalah "bukan apa-apa" atau "tidak ada", dan kalaupun kita dapat menyebutkan sesuatu yang sebenarnya bukan apa-apa atau tidak ada tersebut, hal itu adalah konstruksi bahasa kita sendiri. Setiap orang membentuk realita bagi diri mereka masing-masing di dalam simbol-simbol bahasa. Atau, apa yang Derrida hendak katakan adalah, "what is claimed to be present is really absent and that the given is itself a construction of human discourse." Berangkat dari dekonstruksionisme, dapat disimpulkan bahwa bagi orang-orang postmodern, kebenaran tidak lain adalah hasil pembentukan atau konstruksi, bukan hanya oleh individu tetapi juga merupakan hasil kesepakatan kelompok sosial di dalam wujud bahasa. Jadi bahasa itu sendiri tidak menunjukkan realita secara obyektif. Bahasa digunakan hanya untuk mewakili sesuatu yang hendak kita katakan, tetapi bukan realita itu sendiri (not reality itself).<br /><br />Salah satu dampak langsung yang dapat dilihat dari dekonstruksionisme adalah, dalam era postmdern apabila kita menuliskan suatu kata atau kata apapun, semuanya harus di dalam tanda kutip, karena kata tersebut bukanlah arti sesungguhnya. Misalnya, untuk menulis kata bola, harus ditulis "bola" dengan dua tanda kutip, karena "bola" hanya mewakili suatu realita yang sesungguhnya kita tidak tahu apa, tetapi karena kita secara pribadi, atau kelompok sosial sepakat menyebut benda bulat itu demikian, yah jadilah benda itu disebut "bola." Tetapi apabila kita bertanya kepada orang postmodern, "Mengapa disebut ‘bola’?" Kurang lebih, ia akan menjawab demikian, "Jangan tanya! Aku (dan kelompok sosialku) sepakat menyebutnya demikian, kalau kamu tidak setuju, silahkan ungkapkan dengan kata lainnya. Jangan memaksa, sebagaimana aku tidak memaksa kamu menyebutnya demikian."<br /><br />Secara positif, dampak pola pikir dekonstruksionisme memang berbeda dengan modern yang lebih cenderung otoritarian dan totaliter dengan memaksakan, bahkan menindas, pendapat dengan dalih kebenaran yang obyektif hasil pengamatan rasional. Dekonstruksionis tidak akan memaksakan pendapat, sekalipun tidak pula menerima pendapat orang lain. Namun demikian, dekonstruksionisme juga menimbulkan beberapa dampak negatif yang sangat serius, misalnya: hilangnya identitas diri seseorang, tidak adanya relasi yang sejati, tidak ada kepastian moral, dsb. Mengapakah hal-hal tersebut dapat terjadi? Perhatikanlah pemikiran postmodern yang mengakibatkan hal-hal negatif tersebut, dengan berangkat dari pemikiran tentang manusia.<br /><br />Siapakah manusia? Karena manusia adalah bagian dari hal yang dianggap sebagai realita obyektif, maka ia harus turut didekonstruksi. Tidak seperti orang-orang modern yang sangat yakin dengan pengenalannya tentang manusia, bahkan menganggapnya sebagai homo autonomos, para postmodernis tidak mau memandang manusia secara positif obyektif dan berlebih-lebihan. Mereka lebih melihatnya sebagai bagian dari permainan pembentukan kata oleh kelompok sosial. Tidak ada yang namanya hakekat diri pada manusia. Atau dengan kata lain, kita bukanlah kita sebagaimana adanya, melainkan hasil pembentukan kelompok atau sosial (apa yang diri, kelompok, atau sosial katakan tentang identitas kita, itulah kita). Tidak ada yang namanya "aku yang sesungguhnya" (the real me) atau "hekekat aku" (the essential me) di dalam diri kita. Itu tidak mungkin kita ketahui atau dicapai. Jadi siapakah kita? Kita adalah hasil pembentukan sosial, dan pembentukan tersebut terjadi terus-menerus dan berganti-ganti. Masing-masing individu dapat mengambil macam identitas apapun yang mereka kehendaki. Simaklah apa yang dikatakan oleh Middleton & Walsh tentang jati diri manusia:<br /><br />"This is a nomadic self, on the road with the carnival….After all, you’re just playing a game of self-construction in the midst of a wide array of such games. This is the carnival. There is another show to put on, there are other worlds to play with, other selves to try on for size."<br /><br />Karena masyarakt postmodern terdiri dari orang-orang yang identitasnya terus-menerus dibentuk dan berubah, maka akan sulit didapati dalam era postmodern orang-orang yang sungguh-sungguh berkomitmen dalam relasi, atau adanya intimasi. Sebab keduanya membutuhkan paling tidak pengenalan tentang siapa diri kita dan siapa orang yang menjadi lawan relasi kita. Dampak lainnya pula adalah tidak adanya standar moral yang pasti dalam masyarakat postmodern, karena manusianya sebagai pencetus hal tersebut terus-menerus berubah. Itu sebabnya, bagi orang-orang postmodern dalam urusan moral yang terpenting bukanlah isi atau content dari suatu keputusan moral (sebagai hasil pertimbangan terhadap beberapa pilihan tindakan yang lebih bertanggung jawab), melainkan the act of choosing itself. Bukan kebenaran obyektif suatu tindakan moral yang mesti kita pusingkan, melainkan kebebasan kita untuk memilih suatu tindakan moral yang harus lebih dipentingkan. Contohnya, secara ekstrim dapat terjadi seperti berikut: pada waktu kita berhenti dipersimpangan jalan karena lampu merah, saat itu kita berhenti karena diharuskan (misalnya, oleh ajaran agama atau peraturan pemerintah) ataukah karena kita bebas memilih (punya lebih dari satu pilihan)? Bagi orang postmodern, haruslah karena kebebasan. Artinya, kalaupun seseorang memilih untuk tidak berhenti, maka pilihan tersebut sama benarnya dengan orang yang memilih untuk berhenti, yang penting tidak ada paksaan. Benar-benar sebuah dunia yang tak berwujud (de-construction)!<br /><br /><span style="font-size:130%;">Kebenaran Mutlak dan Universal vs. Relativisme Radikal</span><br /><br />Di samping menolak kebenaran obyektif, postmodern juga tidak mempercayai adanya kebenaran mutlak dan universal. Terlepas dari adanya kontradiksi dalam pernyataan postmodernis itu sendiri (secara tidak sadar pernyataan mereka sifatnya mutlak dan diuniversalkan juga), maksud mereka adalah, mereka menolak apabila satu kebenaran hasil pertimbangan rasio terhadap realita yang ada dijadikan sebagai satu-satunya kebenaran yang universal (berlaku bagi semua orang). Postmodernis menilai bahwa ketergantungan pada akal—sebagaimana diajarkan oleh modernisme—telah terbukti gagal dalam mengatasi seluruh kompleksitas problema hidup manusia. Karena itu, untuk mendapatkan kebenaran bagi kebutuhan umat manusia harus dibuka pintu selebar mungkin bagi sebanyak mungkin metode atau cara. Tetapi, berbagai metode tersebut bukan untuk diintegrasikan atau disimpulkan menjadi satu kebenaran, melainkan tetap saja dibiarkan berbeda, sebab pada dasarnya tidak ada kesepakatan universal tentang apa yang benar. Artinya, kita harus membiarkan masing-masing orang atau kelompok sosial untuk menemukan kebenaran dengan caranya sendiri. Postmodernis tidak mencari kebenaran yang mutlak dan universal, melainkan kebenaran yang pluralistik (beraneka ragam) dan relatif secara radikal. John Cooper mengatakan,<br /><br />"Post-modernism denies Enlightenment maxim that reason and truth are everywhere and always the same. It rejects the claim that science yields the truest picture of reality. Science is one valid way to interpreting the world, but the many spiritual, mythical, and aesthetic representations are equally legitimate. Instead of lamenting the failure of reason, post-modernists celebrates the diversity of ways in which we humans experience reality and the numerous perspective from which we do so."<br /><br />Dengan <span style="font-size:130%;">relativisme radikal</span>, postmodern mengajarkan kepada kita agar mentoleransi dan menghargai semua pandangan indvidu atau kelompok tentang kebenaran. Klaim tentang kebenaran yang bersifat tunggal, mutlak, dan universal bukan hanya dinilai salah, tetapi juga menyatakan kesombongan dan bersifat sangat berbahaya; "they are a form of intellectual imperialism that can lead to actual oppression of those whose belief differ." Karena itu kita harus dapat menghargai dan menerima keabsahan semua sudut pandang, entah itu tradisional, kontemporer, dikenal banyak orang, maupun asing. Semuanya dianggap memiliki perspektif masing-masing. Masing-masing melihat kebenaran berdasarkan cara pandang mereka sendiri, dan karenanya tidak perlulah kita mencari pandangan siapa lebih benar, atau bahkan yang paling benar. Semuanya dianggap benar dan sah. Sebagai contoh, bagi orang-orang postmodern sama sahnya orang yang percaya bahwa dunia diciptakan Allah, dengan konsep tradisional bahwa dunia berasal dari telur kura-kura raksasa. Demikian pula, tidak usah diharuskan orang yang sakit meminum obat apabila ia yakin dengan ramuan daun-daunan atau menyembah patung dapat menyembuhkannya.<br /><br />Dari kaca mata positif, pandangan relativisme radikal postmodern cukup menarik bagi masyarakat sekarang ini, sebab konsep tersebut bukan hanya mengakui aneka ragam sudut pandang, tetapi juga memberikan semacam spirit untuk toleransi secara menyeluruh, menghormati, dan menerima kebenaran orang lain sebagaimana adanya. Karena itu tidak heran jikalau dalam kelahiran era postmodern ini, berbagai pandangan tentang kebenaran yang dulu diabaikan, sekarang mulai dibiarkan bersuara, misalnya, kebenaran orang-orang suku pedalaman, seperti suku aborigin.<br /><br />Namun demikian, sama seperti dekonstruksionisme yang mengandung konsekuensi negatif, relativisme radikal juga mengandung dampak negatif yang tidak dapat disepelekan. Apabila dekonstruksionisme mengaburkan wujud dunia nyata/obyektif dengan permainan kata atau bahasa, maka relativisme radikal melumpuhkan klaim-klaim kebenaran yang mencoba untuk menjadi universal. Itu sebabnya, bidang-bidang kehidupan seperti pendidikan akademik, moral, dan agama, yang sarat dengan pernyataan universal adalah yang terutama terimbas oleh relativisme radikal-nya postmodern. Pendidikan akademik tidak lagi dipandang sebagai wadah yang mengajarkan pengetahuan dengan satu kebenaran mutlak untuk setiap disiplin ilmu, melainkan ia menjadi semacam marketplace yang menawarkan berbagai sistem kebenaran yang dapat dikonsumsi secara bebas oleh setiap pelajar. Tidak ada keharusan bagi seorang pengajar untuk mengajarkan suatu kebenaran, dan sebaliknya tidak ada keharusan bagi seorang pelajar untuk menerima suatu kebenaran yang diajarkan. Sebab pertanyaan bagi seorang pengajar dan pelajar bukan lagi, "Is it true?" tetapi "what use is it?" dan "how much is it worth?" Dampak lainnya bagi pendidikan akademik adalah tidak adanya bentuk atau metode pengajaran yang pasti, sebab postmodernis memang sengaja tidak membatasi pendidikan dengan suatu metode yang mutlak. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa postmodernis membiarkan pendidikan berjalan secara bebas, tanpa pola atau bentuk yang baku.<br /><br />Dalam segi moral, relativisme radikal telah menyebabkan moral chaos, sebab semua pertimbangan moral dikembalikan kepada individu atau kelompok. Tidak ada prinsip dan nilai kebenaran moral secara universal dan mutlak. Bahkan dalam suatu ruang lingkup yang sangat sempit, seperti keluarga, keputusan moral harus dapat dikembalikan pada masing-masing individu. Sedangkan dampak relativisme radikal bagi agama adalah bahwa agama tidak lagi dipandang sebagai sebuah pengajaran secara mutlak tentang apa yang benar dan salah, tetapi ia semata-mata dinilai hanya sebagai pilihan atau alternatif pengajaran untuk diikuti atau tidak, disukai atau tidak. Gene Veith mengatakan,<br /><br />"Today religion is not seen as a set of beliefs abut what is real and what is not. Rahater, religion is seen as apreference, a choice. We believe in what we like. We believe what we want to believe. …Where there are no absolute truths, the intellect gives over to the will. Aesthetic criteria replace rational criteria."<br /><br />Dengan demikian, bagi orang postmodernis beragama tidak bersangkut paut dengan soal kepercayaan atau keyakinan, melainkan lebih berkait dengan dorongan untuk memilih yang satu dan tidak yang lain; menyukai yang satu dan menolak yang lain, karena alasan dan kepentingan yang sangat bersifat subyektif. Akan tetapi pilihan tersebut sewaktu-waktu dapat berubah, sebab memang tidak ada yang mutlak dan universal!<br /><br /><span style="font-size:130%;">Postmodernisme dan Kekristenan</span><br /><br />Pada bagian ini, penulis hendak mengajak pembaca untuk melihat beberapa problema yang ditimbulkan oleh postmodernisme bagi Kekristenan. Pembahasan di sini tidak akan sampai pada tahap menetapkan strategi dalam berapologetika terhadap postmodernisme, sebab menurut penulis topik tersebut membutuhkan pembahasan tersendiri. Apa yang penulis akan ungkapkan dalam bagian ini adalah sebatas lontaran permasalahan dan tantangan yang ditimbulkan oleh postmodern, yang dapat menjadi bahan pemikiran lebih lanjut untuk dicermati dan diwaspadai oleh umat Kristen.<br /><br />Bukan Hal Baru bagi Kekristenan?<br /><br />Berangkat dari sudut pandang iman Kristen, dapat dikatakan bahwa postmodern bukanlah tantangan baru bagi gereja. Pengkhotbah dalam kitabnya mengatakan, "…tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada" (Pkh. 1:9-10). Dosa, ketidakpercayaan, dan pemberontakan terhadap Allah merupakan akar permasalahan yang senantiasa dihadapi oleh gereja, meskipun wujudnya tidak selalu sama.<br /><br />Runtuhnya modernisme dan munculnya postmodernisme telah mendapat gambaran yang jelas sebelumnya di dalam Alkitab, yaitu pada peristiwa menara Babel (Kej. 11:1-9). Dapat dilihat bahwa impian dan keyakinan orang-orang modern tentang kemajuan dan kemandirian paralel dengan orang-orang yang membangun menara Babel. Sebagaimana orang-orang di Babel bergantung pada kemampuan dan ketrampilan manusia, akal budi mereka, dan pengetahuan mereka, demikian pula halnya dengan spirit modern. Orang-orang di Babel ingin menyatukan seluruh penghuni dunia saat itu, orang-orang modern memimpikan tercapainya masyarakat yang satu, makmur, dan maju. Orang-orang di Babel mendirikan bangunan dengan batasan langit (Kej. 11:4), demikian pula orang-orang modern beranggapan bahwa tidak ada yang dapat menghalangi kemajuan yang akan dicapai oleh mereka. Akan tetapi, sama juga halnya menara Babel tidak pernah terselesaikan dan orang-orangnya tercerai berai, demikian pula "bangunan" modern terhenti di tengah jalan dan banyak orang mulai meninggalkan spirit modern. Maka muncullah postmodern dengan dekonstruksi dan relativisme radikalnya, yang tidak lain paralel dengan kondisi setelah orang-orang di Babel dicerai-beraikan oleh Allah. Hanya saja, apabila Alkitab tidak menguraikan secara detil kondisi manusia setelah diserakkan oleh Allah, postmodern memberikan gambaran tentang situasi setelah modern dengan sangat jelas. Middleton & Walsh mengatakan sbb:<br /><br />"The cultural unity of the tower of Babel is replaced by the culture wars of the post-Babel situation. But unlike the sense of tragedy that the biblical story conveys in the post-Babel situation, our postmodern context is populated by deconstructionists and others celebrating the confusion. …The deconstructive therapy, combined with the failure of modernity to deliver on its promises progress, has irretrievably changed our world."<br /><br />Tantangan bagi Kekristenan<br /><br />Di satu pihak, munculnya postmodern telah memberikan kesempatan bagi Kekristenan untuk diperhitungkan kembali. Thomas Oden bahkan melihat secara optimistik bahwa di dalam era postmodern, Kekristenan bisa mendapatkan kembali kredibilitasnya. Mengapa demikian? Sebab tidak sama seperti modernisme yang terus-menerus mengikis dan memojokkan sedikit demi sedikit kebenaran iman Kristen, postmodernisme dengan relativisme radikalnya justru mengakui kebenaran yang terdapat di dalam Kekristenan, sebagaimana kebenaran-kebenaran yang lain juga ditoleransi oleh postmodernis. Akan tetapi, di lain pihak, postmodernisme juga menimbulkan tantangan yang tidak mudah bagi Kekristenan, bahkan lebih berbahaya ketimbang modernisme. Tidak seperti modernisme yang menyerang secara terang-terangan terhadap Kekristenan, dan membuat batasan yang jelas antara hitam dan putih (kebenaran dan bukan), postmodern mengambangkan dan melumpuhkan klaim kebenaran iman Kristen, bahkan antara kebenaran dengan yang bukan kebenaran dibuat menjadi kabur. John Cooper mengatakan bahwa postmodernisme, "Instead of attacking, it trivializes. Instead of rejecting Christianity as false, it grants relative truth. The faith is true for Christians but not necessarily for anyone else."<br /><br />Mari kita melihat secara lebih jelas beberapa tantangan yang ditimbulkan oleh postmodern bagi Kekristenan—dengan tetap mengacu pada dekonstruksionisme dan relativisme radikal—di dalam tiga bidang utama, yaitu pemberitaan Injil, pemberitaan firman atau pengajaran kebenaran, dan moral-etika.<br /><br />Tantangan bagi Pemberitaan Injil<br /><br />Postmodernis akan secara terang-terangan menolak pemberitaan Injil sebab membawa spirit yang tidak jauh berbeda dengan modernisme. Pemberita Injil percaya pada kebenaran obyektif (wahyu Allah bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat) dan kebenaran mutlak-universal (Yesuslah satu-satunya Juruselamat umat manusia), hal mana keduanya sangat ditentang oleh postmodern. Bagi orang-orang postmodern, pernyataan "Yesuslah Juruselamat umat manusia," tidak mungkin dibuktikan obyektifitasnya. Kalimat tersebut hanyalah simbol bahasa (permainan kata) yang kebenarannya diungkapkan dan dipercayai oleh sekolompok umat Kristen, karena itu tidak dapat dimutlakkan, apalagi diuniversalkan. Alister McGrath mengatakan,<br /><br />"All belief-systems are to be regarded as equally plausible. Something is true if it is true for me. Christianity has become acceptable, because it is believed to be true by some—not because it is true."<br /><br />Postmodern juga tidak memandang perlu bagi seseorang untuk bertobat dari dosa. Sebab realita dosa sendiri bagi orang-orang postmodern adalah hal yang kabur. Hal itu juga merupakan ungkapan simbolik dari sekelompok orang tertentu saja, yang tidak harus dipastikan kebenarannya. Lagipula kebutuhan manusia yang utama bukan hanya bertobat dari dosa, demikian pandangan postmodern. Untuk apa kita menekankan pertobatan, tetapi pada akhirnya menimbulkan penindasan dan penyingkiran kebutuhan kelompok-kelompok lain?<br /><br />Tantangan bagi Penyampaian Firman<br /><br />Penulis melihat paling tidak ada empat tantangan dalam penyampaian Firman atau pengajaran kebenaran yang ditimbulkan baik oleh dekonstruksionsime maupun relativisme radikal. Keempat hal tersebut adalah sbb:<br /><br />presentasi sebagai ganti esensi<br />Berdasarkan dekonstruksionisme, orang-orang postmodern tidak mencari esensi, karena memang tidak akan pernah dapat diketahui secara pasti. Karena itu bagi mereka, dalam penyampaian firman atau pengajaran yang penting adalah presentasinya, atau actingnya, atau penyampaian hal-hal yang dipermukaan saja dan bukan substansinya atau yang hakiki.<br /><br />tafsir alternatif sebagai ganti dogma<br />Postmodernis Kristen menilai bahwa Kekristenan terlalu menekankan keterikatan pada dogma-dogma hasil perumusan gereja abad-abad awal di Barat. Karena itu tidak heran apabila belakangan ini muncul dobrakan terhadap "keangkuhan" dogma-dogma gereja. Misalnya, munculnya teologi pembebasan yang menilai bahwa Kekristenan telah bersifat terlalu berpusat pada Barat dan tidak praktis. Sedangkan para feminis melihat bahwa sifat paternalistik terlalu dominan dalam teologi Kristen. Demikian pula munculnya teologi hitam (black theology) adalah untuk memberikan alternatif bagi teologi yang dinilai tidak menyentuh kehidupan mereka. Munculnya gerakan-gerakan tersebut pada awal dekade 70-an, bagi Hans Kung—seorang teolog Katholik dari Jerman—memperjelas ciri-ciri postmodernisme yang menekankan pluralitas, polisentris, praksis, fungsional, dan pembebasan.<br /><br />ortopraksis sebagai ganti ortodoksi<br />Pengajaran yang bersifat praktis (ortopraksis) pada dasarnya memang senantiasa dituntut dari suatu ajaran, termasuk dalam agama Kristen. Merupakan hal yang wajar apabila seseorang merasa enggan untuk mempelajari sebuah sistem pengajaran (ortodoksi) yang tidak bersentuhan dengan realita sehari-hari. Keduanya memang harus seimbang. Akan tetapi dalam era postmodern, ortopraksis jauh lebih ditekankan ketimbang ortodoksi, bahkan kalau bisa ortodoksi dibuang saja. Dapatkah anda menduga mengapa? Dalam postmodern, lantaran kebenaran ditawarkan seperti dalam sebuah pasar bebas (lihat salah satu dampak relativisme radikal di atas), maka untuk mengkonsumsi suatu kebenaran yang orang (postmodern) tanyakan melulu "apa fungsinya untuk saya?;" "apa untungnya saya memegang suatu ajaran tertentu?"<br /><br />Sebagai contoh, saat kita mengajarkan bahwa "Yesus adalah Tuhan," tidak perlu dipusingkan tentang keilahian dan kemanusiaan-Nya, diri-Nya sebagai pribadi kedua Allah Tritunggal, mengapa lahir dari anak dara Maria, kebangkitan-Nya, dsb. Yang penting, Yesus yang kita percaya menyembuhkan atau tidak? Memberikan kelegaan atau tidak? Menguatkan perasaan kita atau tidak? Tuntutan ortopraksis secara ekstrim ini menyebabkan terbukannya pluralitas bagi ajaran tentang Kristus secara ekstrim. Karena penekanan sekedar pada fungsi, maka seseorang tidak usah memikirkan apakah "Yesus" yang dipercaya adalah Yesus hasil konseptualisasinya orang Timur Tengah, Afrika, Jerman, Amerika Latin, bahkan Yesusnya kaum feminis! Yang penting, praktis atau tidak? Berfungsi atau tidak? Pertanyaan yang sama juga berlaku bagi doktrin-doktrin gereja lainnya.<br /><br />produksi makna sebagai ganti obyektifitas penafsiran<br />Pengaruh dekonstruksionisme yang paling dirasakan bagi Kekristenan adalah dalam bidang penafsiran (ilmu tafsir atau hermeneutika). Sebab penafsiran berhubungan erat dengan penggunaan bahasa, hal mana menjadi penekanan utama dekonstruksionisme. <span style="font-size:130%;">Hans Georg Gadamer</span>, salah seorang tokoh hermenutik postmodern, sedikitnya mengusulkan empat hal bagi penafsiran: (i) dihapuskannya segala bentuk metode pendekatan dalam penafsiran. Kebenaran akan diperoleh apabila batas-batas metodologi dilampaui, dan dengan membiarkan tiap orang menemukan kebenarannya sendiri; (ii) dalam menafsirkan teks seseorang boleh, bahkan harus, membiarkan prasangkanya ikut berperan. Berita sebuah teks semata-mata bukan dari teks, melainkan peleburan antara teks dengan prasangka kita; (iii) tidak pernah ada pemahaman hasil penafsiran yang bersifat obyektif, sebab pemahaman selalu berkaitan dengan keadaan di mana kita berada, kapan, dan dalam kondisi bagaimana; (iv) seorang penafsir harus senantiasa terbuka terhadap "pengalaman baru," dan tidak terikat pada kebenaran yang bersifat statis dan dogmatik. Sebab pada dasarnya prediksi dan prasangka kita bersifat sangat terbatas, karena itu harus membuka diri terhadap pemikiran-pemikiran lain.<br /><br />Berangkat dari hermeneutiknya Gadamer, atau para postmodernis lainnya, kita dapat membayangkan bahwa di dalam gereja tidak akan penah didapati kebenaran yang mutlak dan universal. Dogma gereja tidak akan pernah tetap, melainkan terus berubaha berita ajarannya. Hermeneutik postmodern memang mencoba untuk kontekstual, tetapi dengan mengorbankan kebenaran yang berasal dari wahyu Allah. Namun bagi postmodernis tidak ada istilah "mengorbankan," sebab memang tidak ada kebenaran yang sungguh-sungguh benar (obyektif) dan mutlak (bagi mereka!).<br /><br /><br /><br />Tantangan bagi Ajaran Moral-Etika<br /><br />Postmodern juga ditandai dengan runtuhnya nilai-nilai moral. Lantaran tidak ada obyektifitas kebenaran tentang apa yang baik dan yang jahat, maka dalam tindakan moral yang mereka tekankan bukan apa yang benar atau salah, melainkan dasar pertimbangannya adalah hal-hal yang sangat praktis dan subyektif. Misalnya, dalam kasus euthanasia (mengakhiri hidup sebelum waktunya), pertimbangan bagi postmodernis adalah bukan lagi nilai kehidupan manusia (hal yang sangat tidak praktis), melainkan soal ongkos, efektifitas pengobatan, senang atau tidaknya seseorang, kuat atau tidaknya orang yang menderita, dsb. Demikian pula dalam kasus aborsi, tidak perlu lagi dipusingkan soal dogma gereja (walaupun orang yang mempercayainyapun tidak salah), namun hal-hal yang praktis. Dengan kata lain, orang yang berpegang teguh pada dogma gereja dalam mendekati kasus euthanasia atau aborsi, adalah termasuk salah satu sudut pandang saja, di antara sekian banyak sudut pandang, dan bukan satu-satunya yang benar, yang harus dipaksakan kepada semua orang untuk menerimanya. Mereka yang berpegang pada dogma gereja sama benarnya dengan mereka yang mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan ekonomis semata. Dengan demikian, apa yang menjadi tantangan postmodern bagi gereja masa sekarang (dan yang akan datang) bukan hanya perilaku yang immoral, melainkan hilangnya kriteria tentang moral, seperti yang dikatakan oleh Gene Veith dalam bukunya Postmodern Times, "What we have today is not only immoral behavior, but a loss of moral criteria. This is true even in the church. We face not only a moral collapse but a collapse of meaning."<br /><br />Kesimpulan<br /><br />Ibarat sebuah kapal, modernisme dengan spirit of progress-nya telah membawa kita kepada sebuah pulau impian. Namun ternyata pulau itu penuh kekejaman dan kebohongan. Postmodernisme mencoba untuk mengembalikan kapal ke tengah lautan, namun sesampainya di tengah lautan, kita dibiarkan terombang-ambing tanpa peralatan navigasi dan arah yang jelas. Ibarat sebuah bangunan, modernisme berfondasikan rasio, iptek, dan ekonomi, telah membawa kita pada sebuah bangunan megah dengan tidak ada yang menjadi batasan selain langit sendiri. Tetapi sesampainya kita pada lantai teratas, kita baru sadar bahwa bangunan tersebut turut didirikan dengan jutaan nyawa manusia yang menjadi korbannya. Postmodern mencoba untuk menarik keluar semua manusia dari gedung tersebut, dan membiarkan manusia terserak tanpa arah. Barangkali itulah dua gambaran singkat yang bisa meluksikan masa transisi yang sekarang sedang terjadi, dari modern menuju postmodern.<br /><br />Postmodern pada dasarnya adalah kontra-modernisme, meskipun bukan anti-modernisasi. Modernisme menekankan pada obyektifitas, postmodernisme menekankan ketiadaan wujud segala sesuatu; modernisme menekankan kebenaran hasil pemikiran rasional, postmodernisme menekankan permainan kata; modernisme menekankan pada universalitas kebenaran, postmodernisme menekankan pluralitas kebenaran; modernisme menekankan pada kepastian, postmodernisme pada ketidakpastian, dst. Keduanya memiliki baik segi positif maupun negatif. Perbedaan dalam segi negatif, apabila modernisme menampakkan pengajaran tentang kebenaran yang berbeda dengan Kekristenan secara jelas, maka postmodernisme mengaburkan dan melumpuhkan perbedaan pandangan serta klaim kebenaran.<br /><br />Dalam pikiran penulis secara pribadi pernah muncul sebuah pertanyaan, yang barangkali juga ditanyakan oleh pembaca selama mengikuti tulisan ini, yaitu: apakah era dan budaya postmodern benar-benar akan terjadi dalam kehidupan umat manusia? Rasanya mustahil bahwa postmodern akan menggesar modern yang sudah begitu mapan. Namun demikian, kita perlu menyadari bahwa pertanyaan yang mirip juga dipertanyakan oleh orang-orang pada abad pertengahan, ketika era modern baru memunculkan dirinya. Itulah sebabnya, sebagai umat Kristen yang senantiasa mendapatkan serangan dari berbagai pihak, lebih baik kita mewaspadai munculnya era baru ini (postmodern) ketimbang kita ketinggalan dan cuma jadi penonton yang tak dapat berbuat apa-apa bagi <span style="font-size:130%;">Kekristenan</span>.<br /><br /> </span>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6170306524297382103.post-89448776773441381572009-03-02T15:19:00.003+07:002009-03-02T15:27:31.016+07:00Berbuat Baik: Tiket Masuk Sorga?<div><div>BISAKAH MASUK SURGA DENGAN BERBUAT BAIK?<br />Galatians 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.<br /><br />I) Keselamatan karena perbuatan baik.<br />Sebagian besar manusia di muka bumi ini, dan juga semua agama-agama lain di luar kristen, percaya / mengajarkan bahwa orang bisa selamat / masuk surga karena perbuatan baik. Tetapi sebetulnya ini adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi karena:<br />1) Manusia tidak bisa berbuat baik.<br />Ini dinyatakan secara jelas oleh Kitab Suci.<br />· Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.<br />· Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”.<br />· Maz 58:4 - “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat”.<br />· Titus 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.<br />Apakah benar bahwa manusia tidak bisa berbuat baik? Tidak bisakah seseorang, pada waktu melihat orang miskin / menderita, lalu menolongnya tanpa pamrih? Tentu bisa! Lalu apakah itu bisa disebut sebagai perbuatan baik? Dalam pandangan manusia, ya! Tetapi dalam pandangan Tuhan, tidak! Mengapa? Karena dalam pandangan Tuhan, supaya suatu perbuatan bisa disebut baik, maka harus dipenuhi syarat-syarat ini:<br />a) Perbuatan baik itu harus dilakukan untuk kemuliaan Allah.<br />1Kor 10:31 - “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.<br />b) Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah.<br />Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.<br />Ingat bahwa 2 hal di atas ini tak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang ada di luar Kristus! Bdk. Ro 3:10,11,18 yang mengatakan bahwa tidak ada manusia (ini jelas menunjuk kepada manusia di luar Kristus, tanpa pekerjaan Roh Kudus dalam dirinya) yang benar, yang berakal budi, yang mencari Allah, atau yang takut kepada Allah.<br />Manusia bisa saja berusaha berbuat baik, berjuang bagi agamanya, ingin masuk surga, dsb. Tetapi ‘mengasihi Allah’ dan ‘hidup untuk kemuliaan Allah’ adalah 2 hal yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh manusia di luar Kristus.<br />Kalau 2 hal di atas ini tidak dipenuhi, maka bisalah dikatakan bahwa perbuatan baik itu dilakukan tanpa mempedulikan Allah! Bisakah itu disebut baik?<br />2) Andaikatapun manusia bisa berbuat baik, bagaimana dengan dosa-dosa yang telah ia lakukan maupun yang akan ia lakukan? Ingat bahwa perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa!<br />Kitab Suci dengan jelas menyatakan hal itu.<br />· Gal 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus”.<br />· Gal 2:21b - “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.<br />Illustrasi: Misalnya suatu hari saudara naik kendaraan bermotor dan melanggar rambu lalu lintas, dan lalu seorang polisi menilang saudara. Saudara akan disidang 1 minggu yang akan datang. Sementara menunggu saat persidangan, saudara lalu mau ‘menebus dosa’ saudara dengan berbuat baik. Saudara menghibur tetangga yang kesusahan, membelikan obat untuk tetangga yang sakit, dsb. Pada saat persidangan, hakim bertanya: Apakah saudara, pada tanggal ini, di jalan ini, melanggar rambu lalu lintas ini? Saudara lalu menjawab: Benar Pak Hakim, tetapi, saya sudah menebus dosa dengan berbuat baik. Ini ada 3 saksi yang menerima kebaikan saya. Sekarang pertanyaannya: kalau hakim itu waras, apakah orang itu akan dibebaskan dari hukuman?<br />Illustrasi ini jelas menunjukkan bahwa ditinjau dari sudut hukum dunia / negarapun, tidak mungkin perbuatan baik bisa menutup dosa!<br />Allah tahu akan hal ini (yaitu bahwa manusia tidak bisa selamat karena perbuatan baiknya), tetapi Ia mau menyelamatkan manusia yang berdosa itu. Lalu bagaimana caranya? Memasukkan manusia berdosa ke surga begitu saja? Memang ada agama yang percaya hal ini. Mereka percaya bahwa Allah itu maha pengasih dan pengampun, sehingga Ia akan memasukkan orang berdosa ke surga begitu saja, tanpa ada yang membayar dosa-dosanya. Tetapi ini tidak mungkin! Ia tidak bisa berbuat demikian karena Ia adalah Allah yang suci, yang tidak bisa bersatu dengan manusia berdosa, dan Ia adalah Allah yang adil, yang tidak bisa tidak menghukum manusia yang berdosa!<br />Jadi bagaimana? Ia harus menjatuhkan hukuman tetapi Ia ingin manusia bisa terhindar dari hukuman tersebut. Jadi, harus ada seseorang yang menjadi pengganti dalam menerima / memikul hukuman dari Allah tersebut. Tetapi siapa? Seorang manusia biasa? Tidak mungkin, karena semua manusia berdosa, sehingga tidak mungkin memikul hukuman untuk orang lain. Seorang malaikat? Kalau demikian maka Allah menjadi tidak adil, karena manusia yang berdosa, malaikat yang dihukum. Jadi satu-satunya cara adalah Ia sendiri yang harus menebus dosa itu / membayar hutang dosa itu! Dan karena ‘upah dosa ialah maut’ (Ro 6:23), sedangkan sebagai Allah Ia tidak bisa mati, maka Allah harus menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus, supaya Ia bisa mati menebus dosa kita!<br />II) Kristus adalah substitute (= pengganti) kita.<br />Bahwa Kristus adalah substitute (= pengganti) kita terlihat dari text khotbah hari ini, yaitu Yes 53:4-6 dan 2Kor 5:15.<br />Yes 53:4-6 - “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.<br />2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.<br />Tetapi hal itu juga bisa terlihat dari:<br />1) Fakta bahwa Kristus tidak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).<br />Andaikata Ia berdosa, maka pada saat Ia mati, Ia mengalami hukuman untuk diriNya sendiri. Tetapi karena Ia suci, maka pada saat Ia mati, Ia mengalaminya untuk kita!<br />2) Jenis hukuman mati yang Ia alami adalah salib, bukan penggal, rajam dsb. Mengapa harus salib? Karena salib adalah hukuman yang terkutuk, dan dengan mengalami kematian yang terkutuk itu, Ia menanggung kutuk yang seharusnya untuk kita (Ul 21:23 Gal 3:10,13).<br />Karena Kristus ingin menebus kita dari kutuk hukum Taurat, maka kematian Kristus tidak bisa terjadi dengan cara penggal, rajam dsb, tetapi harus melalui cara yang terkutuk, yaitu penyaliban!<br />Memang sebetulnya kalau Kristus mati melalui hukuman gantung, maka Ia memang mengalami kematian yang terkutuk. Tetapi hukuman gantung tidak memenuhi satu persyaratan lain, yaitu kematianNya haruslah kematian yang berdarah. Mengapa harus demikian? Karena type-type tentang Kristus dalam Perjanjian Lama adalah hal-hal yang berdarah, seperti binatang untuk korban dosa, domba Paskah, dsb. Jadi, satu-satunya kematian yang bisa dialami oleh Kristus, kalau Ia mau menjadi Penebus dan pemikul kutuk kita, adalah kematian melalui salib.<br />Saya pernah menonton sebuah film dimana ada orang yang berkata: andaikata Kristus hidup pada abad 20, maka orang kristen tidak akan berkalungkan salib, tetapi sebuah kursi listrik kecil! Ini omong kosong yang bodoh dari orang yang tidak mengerti theologia! Kristus tidak bisa mati dengan cara dipenggal, dirajam, ditembak, melalui kamar gas ataupun kursi listrik. Ia harus mati melalui suatu kematian yang terkutuk, yaitu penyaliban, karena kalau tidak, Ia tidak memikul kutuk yang seharusnya untuk kita!<br />3) Penderitaan yang luar biasa yang Ia alami.<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpes76ItPUgasGncUqYE9rhRBADVO2gNBpWlTqQNC60VzauGcFHAFFOkNdUKsmqRi-h0zQchwtXMniskyWXI7OLXkJyIxU4djhUo5BNBwcNCtO2agGgKJ7IVpARrLUUDVKstqVm00r45k/s1600-h/Yohanes+3+ayat+16.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5308502707523205122" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 197px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpes76ItPUgasGncUqYE9rhRBADVO2gNBpWlTqQNC60VzauGcFHAFFOkNdUKsmqRi-h0zQchwtXMniskyWXI7OLXkJyIxU4djhUo5BNBwcNCtO2agGgKJ7IVpARrLUUDVKstqVm00r45k/s200/Yohanes+3+ayat+16.jpg" border="0" /></a>Kristus mengalami penderitaan yang luar biasa hebatnya, seperti:<br />· pencambukan.<br />Ingat bahwa Ia dicambuki dengan cambuk Romawi, yaitu tali-tali kulit yang diberi besi-besi tajam, tulang-tulang yang diruncingkan, sehingga pencambukan itu betul-betul menghancurkan punggungNya.<br />· penyaliban.<br />Bisakah saudara bayangkan sakitnya kalau paku-paku menebus tangan dan kaki saudara? Dan bagaimana penderitaan saudara kalau setelah itu saudara digantungkan selama berjam-jam sampai saudara mati? Itulah yang Yesus alami bagi saudara!<br />Kristus memang harus mengalami penderitaan yang luar biasa ini, karena penderitaan di neraka juga luar biasa hebatnya!<br />4) Kristus menolak anggur bius (Mat 27:34).<br />Banyak penafsir beranggapan bahwa Ia menolak anggur itu, karena anggur itu mengandung sejenis ramuan bius, yang bisa mengurangi rasa sakit. Yesus sadar bahwa saat itu Ia sedang menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa, dan karena itu Ia tidak mau rasa sakitnya dikurangi. Seandainya Ia mau meminum anggur tersebut, dan rasa sakitnya dikurangi 10 %, maka Ia hanya memikul 90 % hukuman dosa kita. Itu akan berarti bahwa sekalipun kita percaya kepada Kristus, dosa kita hnaya diampuni 90 %, dan yang 10 % sisanya harus kita tanggung sendiri. Itu memastikan kita masuk neraka selama-lamanya. Tetapi Kristus menolak minuman itu, karena Ia mau memikul 100 % hukuman dosa kita! Karena itu kalau kita percaya kepada Dia, kita diampuni dari seluruh dosa-dosa kita.<br />5) Kristus mengalami kehausan (Yoh 19:28 bdk. Maz 22:16).<br />Ingat bahwa orang di neraka pasti mengalami kehausan yang luar biasa. Bandingkan dengan kehausan dari orang kaya di neraka dalam Luk 16:23-24. Kristus menggantikan kita memikul hukuman itu, dan karenanya Ia harus mengalami kehausan yang luar biasa. Ini menyebabkan kita tidak perlu mengalami kehausan di neraka, asal kita mau percaya kepada Yesus!<br />6) Kristus mengalami keterpisahan dengan Allah (Mat 27:46).<br />Keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa (Yes 59:1-2 2Tes 1:9). Kristus menggantikan kita memikul hukuman dosa, dan karena itu Ia harus mengalami keterpisahan dengan Allah / BapaNya.<br />7) Kristus mati.<br />Upah dosa ialah maut (Ro 6:23), dan karena itu Kristus, yang menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa, harus mengalami kematian.<br />Karena itu, orang yang percaya Yesus, sekalipun tetap mengalami kematian, tetapi tidak mengalami kematian itu sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai pintu gerbang menuju surga!<br />III) Keselamatan karena iman.<br />Karena Kristus sudah menjadi substitute (= pengganti) kita, maka sekarang untuk selamat / masuk surga kita tidak perlu melakukan apa-apa! Hanya percaya / beriman kepada Yesus!<br />Ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:<br />· Ro 3:27-28 - “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.<br />· Gal 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus”.<br />· Ef 2:8-9 - “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.<br />Banyak orang keberatan dengan ajaran ini, karena seseorang bisa masuk surga dengan begitu mudah. Tetapi keselamatan jadi mudah untuk kita krsn Kristus sudah berjerih payah dan bahkan mati bagi kita.<br />Illustrasi: Seorang penginjil memberitakan Injil kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata ‘Hanya percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana kamu bekerja?’. Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah, tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau turun’. Lalu penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya, demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus / percaya kepada Yesus, dan Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’<br />Sudahkah saudara selamat / percaya kepada Yesus? Kalau ya, saudara harus memenuhi 2 tanda ini:<br />1) Keyakinan akan keselamatan.<br />Adalah sesuatu yang tak masuk akal bahwa ada banyak orang mengaku kalau mereka percaya bahwa Yesus sudah mati memikul semua dosa-dosa mereka, tetapi pada saat yang sama mereka masih ragu-ragu / tidak yakin bahwa mereka akan masuk ke surga! Ini adalah suatu kontradiksi! Kalau memang saudara percaya bahwa Yesus sudah membayar semua dosa saudara, lalu dosa apalagi yang menyebabkan saudara mengira masih bisa masuk neraka?<br />2) Ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam diri saudara.<br />Sekalipun perbuatan baik tidak punya andil dalam menyelamatkan kita, tetapi perbuatan baik / perubahan hidup ke arah positif pasti ada dalam diri orang yang betul-betul percaya kepada Yesus! Mengapa? Karena orang yang percaya pasti menerima Roh Kudus (Yoh 7:38-39 Ef 1:13-14), yang akan mengeluarkan buah Roh (Gal 5:22-23).<br />Perubahan hidup itu harus ada:<br />a) Dalam hal rohani.<br />Misalnya: kerinduan akan Firman Tuhan, doa, berbakti dsb.<br />b) Dalam hidup sehari-hari.<br />Misalnya: menjadi lebih sabar, membuang perzinahan, dusta dan segala dosa-dosa lain.<br />Penutup / kesimpulan:<br />Apakah saudara sudah mempunyai keyakinan akan keselamatan saudara dan perubahan hidup ke arah yang positif sebagai bukti iman saudara? Kalau belum, saudara belum selamat! Percayalah kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara saat ini juga, supaya saudara betul-betul diselamatkan!<br />-AMIN- </div></div>arrhenius petwien gundehttp://www.blogger.com/profile/14652630608225306276noreply@blogger.com0