Minggu, April 19, 2009

Yesus: Anak Allah, Kudus dan Tak Berdosa


Yesus Anak Allah yang kudus dan tak berdosa merupakan topik yang sangat menarik untuk dibahas karena, jika Kristus ternyata berdosa maka iman Kristen akan runtuh dan menjadi tidak jelas. Justru dengan adanya topik yang demikian membutuhkan suatu pembuktian yang bersifat argumentatif atau apologetika. Karena Kristus adalah manusia dan Allah yang sejati dan menjadi obyek iman Kekristenan, maka eksistensi Kristus sebagai pribadi yang kudus dan yang tak berdosa merupakan landasan iman untuk memahami korban Kristus sebagai yang tak bercacat dan yang berkenan kepada Allah. Artinya Kristus adalah Juruselamat yang sejati.

Yesus Kristus disebut sebagai “Anak Allah yang kudus” (Lukas 1:35), “Yang Kudus dan Benar” (Kisah 3:14), “hamba-Mu yang Kudus” (Kisah 4:27). Kekudusan Kristus menyatakan keilahian-Nya (Yohanes 14:30). Menegaskan hakekat kekudusan Tuhan Yesus Kristus, penulis Kitab Ibrani mencatat bahwa “Ia tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15), artinya menunjukkan bahwa perilaku-Nya kudus karena Ia terpisah dari pencemaran dosa (Ibrani 7:26) karena pada dasarnya Yesus selalu melakukan kehendak dan menyenangkan hati Bapa-Nya yang di Sorga (Yohanes 8:29). Terbukti ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalasnya dengan mencaci maki tetapi justru Ia menyerahkannya kepada Dia yang menghakini dengan adil (1 Petrus 2:22,23).
Tentang eksistensi kepribadian Kristus sebagai manusia-Allah yang sejati dan berkaitan dengan bisa atau tidaknya Yesus berdosa pernah menjadi topik yang diangkat untuk bahan perdebatan oleh para pakar teologi. Hodge seorang pakar yang menyatakan bahwa “pencobaan dapat diartikan kemungkinan berbuat dosa.” jadi pribadi Kristus tidak mungkin berbuat dosa, maka pencoban-Nya juga bukanlah hal yang nyata dan tidak berdampak. Dan Ia tidak dapat memberikan simpati kepada umat-Nya.
Nampaknya pendapat Hodge ini lebih ekstrim karena hanya cenderung untuk melihat pada satu aspek saja yakni karena Kristus dalam kemanusiaan-Nya, jadi mungkin dapat berdosa. Sedangkan pada sisi yang lain, Shedd menyanggah pendapat bahwa Yesus kemungkinan bisa berdosa. Shedd menyatakan;”Hal ini tidak cocok dengan doktrin sifat Kristus yang tidak bisa berdosa, karena tidak konsisten dengan keadaan-Nya yang dapat dicobai. Dikatakan, bahwa seorang yang tidak dapat berbuat dosa, tidak dapat dicobai untuk berbuat dosa.”
Pada intinya dari hasil perdebatan tersebut memunculkan topik perdebatan dengan kualitas konsep. Adapun konsep tersebut ialah; bahwa Ia tidak mungkin berbuat dosa disebut “tanpa dosa” (non posse peccare). Dan konsep bahwa Ia mungkin dapat, apakah ia melakukannya atau tidak, disebut dengan “tak bercela” (posse non peccare).
Dalam mengatasi perdebadatan diatas kaum konservatif menyatakan pendapat yang Alkitabiah dengan mengemukakan pemahaman bahwa Kristus tanpa dosa, dan kelompok ini tidak setuju dengan pertanyaan apakah Ia dapat atau tidak dapat berbuat dosa. Sehubungan dengan masalah pencobaan Kristus kenyataan yang faktual bahwa ujian-ujian-Nya benar-benar terjadi secara pengalaman. Sebenarnya ujian-ujian yang dialami oleh Kristus merupakan ujian yang disesuaikan dengan keberadaan-Nya sebagai manusia-Allah yang sejati.
Kekudusan Kristus sebagai Anak Allah memiliki suatu pengertian yang mengacu pada kualitas hidup dalam setiap aspek kehidupan, artinya Ia terpisah dari kebobrokan dosa. Ungkapan anak Allah tentunya mengacu pada pengertian bahwa Ia Menampakkan kemuliaan Allah dalam hidup-Nya serta ia selalu menyenangkan dan melakukan kehendak Bapa (Yohanes 8:29).

Terbukti bahwa Kristus adalah Manusia dan Allah sejati dan semasa hidupnya Ia berlaku kudus dan hidup sesuai dengan kehendak Bapa. Dengan hakekatnya yang kudus maka Kristus layak untuk menjadi Juruselamat yang sejati yang menebus umat manusia dari perbudakan dosa (Yohanes 3:16). Artinya Kristus adalah korban yang sempurna dan dan itu cukup terjadi sekali dan berdampak untuk selamanuya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar