Sabtu, April 18, 2009

Sukacita dalam Roh Kudus

Apabila kita perhatikan keterangan pada tanggalan, maka akan ditemukan informasi tentang hari libur; ada libur nasional; ada pula libur keagamaan: mulai dari tahun baru imlek (26 januari), maulid nabi Muhammad (9 Maret), hari raya nyepi (26 Maret) dan yang lainnya. Kita juga akan menemukan wafat Yesus Kristus (10 April), tapi jangan berharap untuk menemukan dalam tanggalan tercatat hari minggunya sebagai hari kebangkitan Kristus. Anehnya ada keterangan tentang kenaikan Yesus Kristus (21 Mei). Bukan hanya tanggalan saja, ada begitu banyak pihak yang menentang kebenaran bahwa Yesus bangkit. Malah beberapa ahli telah mengumumkan bahwa mereka telah menemukan kuburan keluarga Yesus lengkap dengan istri-Nya (Maria Magdalena) dan anak-anak-Nya.
Padahal Ia sungguh-sungguh bangkit, sebab Perjanjian Baru menegaskan ada kurang lebih 500 orang yang telah menjadi saksi kebangkitan-Nya. Kita pun sekarang menerima bahwa Ia telah bangkit. Kita menerima kebenaran tersebut, sebab di sanalah iman kita diletakkan. Secara prinsip rohani kita sungguh-sungguh percaya bahwa Ia bangkit. Bahkan dalam setiap ibadah minggu kita terus mengulang ikrar iman yang salah satunya mempercayai kebangkitan-Nya. Jelas kita berbeda dengan orang-orang yang tidak dapat menerima perihal kebangkitan-Nya.
Permasalahan yang akan dibahas sekarang adalah mengapa pengalaman hidup kita tidak setangguh pengalaman iman kita? Bukankah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Ia bangkit? Bukankah mata iman kita senantiasa tertuju pada kubur yang telah kosong itu? Namun, bukankah terkadang dalam perjalanan hidup ini kita membiarkan diri ada dalam kesedihan dan keputus asaan? Bukankah terkadang kita memilih jalan untuk kembali menjadi penjala ikan, sama dengan yang diperbuat oleh Petrus dan teman-temannya dalam Yohanes 21:1-3. Pembacaan Alkitab hari ini memberikan alasan kepada kita mengapa kita tidak boleh kembali pada kesedihan dan keputus asaan.
Mazmur 68 adalah mazmur kemenangan. Tulisan raja Daud berdasarkan pengalaman hidupnya. Raja Daud sadar penuh bahwa kemenangan yang ia peroleh pada seantero hidupnya adalah karya Allah. Raja Daud tahu bahwa hanya Allah sajalah yang telah mengerjakan semua kemenangan, tanpa Allah maka ia bukanlah siapa-siapa. Perhatikanlah deskripsi raja Daud perihal Allah yang ia kenal. Ayat 2-7: Allah yang penuh kepedulian; ayat 8-19: Allah yang berkuasa atas khaliknya; ayat 20-24: Allah yang menyelamatkan dari para musuh; ayat 25-30: Allah sebagai sasaran ibadah umat; ayat 31-36: Allah yang dipuji segala bangsa. Dengan demikian, perenungan hari ini membawa kita untuk memikirkan perihal Allah yang Maha Peduli.
Beberapa aspek kepedulian Allah yang dapat dijangkau oleh pikiran dan pengalaman raja Daud adalah (pertama): Kepedulian Allah dinyatakan oleh tindakan-Nya yang kuat perkasa memelihara kebenaran (ay. 2-3). Bukankah kesedihan dan keputus asaan kita dapat terjadi ketika melihat segala ketimpangan dalam dunia ini. Kita yang terus menjaga agar hidup lurus dan benar di hadapan Tuhan, justru tidak lebih kaya dari para fasik yang senantiasa mencuri uang rakyat; memperoleh jabatan karena kolusi dan nepotisme, memiliki begitu banyak materi karena korupsi. Kita yang rajin memelihara persekutuan dengan Tuhan justru ditimpa berbagai permasalahan, pergumulan dan penderitaan hidup, sedangkan mereka yang timbul – tenggelam iman persekutuannya justru semakin sehat, gemuk dan tidak sakit-sakitan.
Perhatikanlah keyakinan iman raja Daud, ia tahu bahwa Allah peduli akan setiap orang yang memelihara kebenaran-Nya dan Ia akan segera menghukum orang fasik, seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah akhir hidup dari si fasik; sedangkan mereka yang memelihara kebenaran Allah dalam hidupnya akan beria-ria, bergembira dan bersukacita di hadapan Allah (ay. 4). Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tinggal dalam kesedihan dan keputus asaan, bukanlah Allah sudah bangkit? KebangkitanNya merupakan bukti nyata dari kemahakuasaan dan kepedulian Allah atas keberadaan hidup kita. Tanpa kebangkitan itu, semua yang kita imani menjadi sia-sia dan tak ada yang bisa kita andalkan ketika kita berputus asa.
(kedua) kepedulian Allah nyata dalam kuasa-Nya. Allah bangkit, ujar raja Daud. Allah bangkit menunjukan tindakan-Nya yang aktif dalam mengontrol sejarah. Ia tidak pernah meninggalkan buatan tangan-Nya. Ia tidak pernah lalai memelihara umat-Nya. Ia tidak pernah kompromi dengan kefasikan. Allah senantiasa aktif, tidak ada sejarah yang tercatat tanpa sepengetahuan dan tindakan Allah, semuanya terjadi setelah diizinkan Allah. Begitu hebatnya Ia, sehingga sejarah pun tunduk dalam kontrol-Nya. Semua ada dalam tangan Tuhan, entahkah sejarah masa lampau, masa kini maupun masa depan.
Karena Ia bangkit dan berkuasa, maka tanggalkanlah kefasikan dan kenakanlah kebenaran. Keindahan, kesuksesan dan kegagahan yang di tawarkan kefasikan adalah semua belaka. Ia hanya seperti asap yang sebentar saja kelihatan kemudian hilang lenyap oleh angin; kekuatan dan kegagahannya hanya sama seperti lilin yang sebentar saja habis meleleh oleh api. Tidak ada keunggulan yang disediakan oleh kefasikan, yang ada hanyalah kesia-siaan. Sedangkan mereka yang ada dalam kebenaran Allah akan menikmati sukacita dan kegembiraan yang tak berkesudahan.
Minggu ini adalah minggu paska ke dua bagi kita, Allah sudah bangkit. Kebangkitan-Nya adalah perayaan prosesi kemenangan seorang raja. Ia tidak dapat dikalahkan, Ia sudah menang, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk hidup dalam kesedihan dan keputus asaan. Kebangkitan-Nya adalah jalan bagi kita untuk ada dalam perarakan kemenangan yang sama. Jadi mari sama-sama melangkah dalam perarakan kemenangan yang sama, sebab Ia sudah bangkit. Kebangkitan-Nya memberikan jaminan akan sukacita berkelimpahan, itulah inti sukacita dalam Roh Kudus.
Apa yang kita lakukan jika jagoan atau idola atau seseorang yang memberi teladan baik itu menang dalam pertandingan? Atau jika pahlawan kita menang dalam peperangan? Tentu kita juga ikut senang dan ikut dalam arak-arakan kemenangan atau pesta besar, syukuran, tumpengan dan sebagainya. Kita juga dapat berkat dari keikutsertaan dalam perayaan itu.
Nah, sekarang yang bangkit itu adalah Tuhan kita, pembela kita, tidakkah kita bersukacita juga? Karena kemenangan-Nya atas maut tidak hanya memberikan kebanggaan seperti pada pahlawan kita saja, tetapi lebih dari itu, kemenangan-Nya memulihkan keadaan kita.
Mari rayakan kemenangan-Nya, sebuah bukti kebenaran-Nya yang tak terkalahkan oleh apa pun, dan ketika kita turut dalam perarakan kemenangan itu dengan cara hidup di dalam kebenaran , kita akan dapat berkat!..pemazmur menegaskan,”..maka kita akan bersukacita, beria-ria di hadapan-Nya, bergembira dan bersukacita” dalam keadaan apa pun di hidup kita.
Selamat Paskah! Selamat berkemenangan! Tuhan memberkati kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar