Sabtu, April 18, 2009

Beritakanlah bahwa Ia hidup

Kematian adalah kata yang menakutkan. Bahkan kalaupun kematian itu datang dengan perlahan-lahan atau dipersiapkan, ia tetaplah menakutkan. Dari sudut pandang dunia, kematian itu gelap, mencekam, sepi, terpisahkan dan sangat menakutkan. Sehingga tidak ada keceriaan dan sukacita yang menyertai kematian. Membayangkannya pun telah menjadi sebuah ketakutan bagi manusia.
Orang Yahudi memiliki konsep bahwa kematian itu adalah keterpisahan. Keterpisahan antara jiwa dengan raga; keterpisahan dengan keluarga; keterpisahan dengan semua yang hidup; keterpisahan dengan cita-cita dan harapan. Lebih dari itu, kematian adalah kondisi terpisahnya hubungan seseorang dengan Tuhan. Dengan demikian, kematian menjadi sesuatu keadaan yang sangat mengerikan bagi manusia.
Kondisi seperti itulah yang ada dalam bayangan kedua murid ini (Kleopas dan temannya) sembari mereka berjalan ke Emaus dari Yerusalem. Bayangan kelam dari kematian membuat mereka bahkan tidak dapat mengenali Yesus yang turut dalam perjalanan itu. Lukas menjelaskan bahwa ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga tidak dapat mengenali-Nya (ay. 16). Penghalang utama adalah keragu-raguan akan siapa Yesus sebenarnya. Mereka dapat saja percaya atas pengajaran dan perbuatan ajaib Yesus. Mereka malahan percaya bahwa Yesus adalah nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa (ay. 19); tetapi ketika kematian dialami oleh Yesus maka semua kepercayaan itu segera sirna.
Demikianlah pada awal kisah ini mereka gagal ada dalam sukacita bahwa Ia hidup. Bukankah permasalahan yang hampir sama terjadi dalam kehidupan ke-kristenan kita. Kita lebih sibuk memikirkan dan menceritakan permasalahan hidup kita pada orang lain daripada memikirkan dan menceritakan bahwa Ia hidup. Kita lebih cermat melihat masalah kehidupan dari pada melihat mujizat yang Allah kerjakan dalam hidup. Kita lebih mudah bersungut-sungut dan dibelenggu ketakutan daripada bersukacita dalam pengharapan bersama Kristus. Kisah perjalanan Kleopas dan temannya dari Yerusalem ke Emaus menjadi pembelajaran tersendiri bagi kita dalam perjalanan dari Yerusalem sebagai “kota damai” menuju Emaus yang dalam bahasa Yunani berarti “tempat mandi hangat”.
Lihatlah mereka berdua adalah murid yang turut serta melihat segala perkara ajaib yang Yesus kerjakan; mereka turut mendengar setiap pengajaran yang Yesus berikan; tetapi ketika bayangan kematian menghampiri Yesus, mereka menjadi “buta” dan berjalan meninggalkan kota damai menuju kehangatan yang ditawarkan dunia. Tragis…tetapi itulah yang kerap kita lakukan. Minggu ini adalah minggu pertama paska. Pada hari minggu kita telah memperingati kebangkitan-Nya. Pertanyaannya sekarang adalah kemana kita akan melangkah: apakah tetap dalam kota damai-Nya atau segera kita dibutakan oleh peliknya masalah hidup ini sehingga berniat menuju Emaus?
Masing-masing kita memiliki masalah tersendiri, baik dalam keluarga, pelayanan maupun pekerjaan. Permasalahan itu datang silih berganti dan masing-masing memiliki jalan keluarnya pada waktunya. Justru permasalahan itu akan menjadi sukacita bagi kita apabila kita memandangnya sambil mengingat kubur yang sudah kosong itu. Ia sudah bangkit. Beritakanlah bahwa Ia sudah bangkit. Artinya Ia bukan sekedar nabi, utusan, hamba tetapi Ia adalah Allah sendiri. Kebangkitan membuktikan bahwa Ia hidup, berkuasa dan tak terbatasi oleh apapun. Kebangkitan Kristus seharusnya menjadi cerita yang tak henti-hentinya kita beritakan. Bukankah lebih berguna menceritakan kebangkitan-Nya daripada terus berkeluh kesah atas permasalahan yang sedang kita pikul. Bukankah pada akhirnya Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya bagi Kleopas dan temannya (ay. 30)? Ya, berkat Allah tersaji bagi mereka yang percaya. Jadi mari jalani hidup yang unik ini sambil terus percaya bahwa Ia sudah bangkit, selanjutnya … Beritakanlah kepada dunia: bahwa Ia hidup.
Lantas, bagaimana cara kita memberitakan bahwa Ia hidup?
Coba perhatikan sejenak ketika murid-murid bertemu Yesus di jalan ke Emaus ini. Mereka ‘pangling’ waktu ketemu Yesus. Tapi kemudian baru mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti,..sebuah tindakan yang mencerminkan tindakan kasih Yesus, membagi-bagikan berkat.
Marilah mulai saat ini, kita kurangi mengeluh dan bersungut-sungut serta takut menghadapi hidup tapi sebaliknya Marilah terus berusaha memberitakan kebangkitanNya dengan meneladani tindakan kasih Yesus,.. mari berbagi berkat bagi sesama kita, jangan pernah takut, Ia tetap ada bersama kita dan berjalan bersama kita, sekali pun kadang-kadang kita ‘pangling’ dengan Yesus. Ia tetap memberkati kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar