Minggu, April 26, 2009

The Passion of the Christ


Penyaliban merupakan hukuman mati perlahan-lahan yang biasa dilakukan pemerintah Romawi bagi mereka yang dianggap penjahat besar. Penyaliban ini dirancang agar terhukum mengalami penderitaan yang luar biasa sambil menantikan kematiannya. Melalui pengetahuan secara anatomi maupun dari penelitian terhadap praktek-praktek kuno mengenai penyaliban, maka sangat mungkin untuk menemukan data akurat terhadap proses penyaliban di masa Romawi. Hasil survei menjelaskan bahwa setiap luka-luka yang terjadi sudah dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan rasa sakit yang luar biasa sehingga menyebabkan kematian. Penderaan hukuman cambuk sebelum penyaliban, dilakukan dengan tujuan untuk melemahkan fisik terhukum. Pengeluaran darah yang sangat banyak bisa menyebabkan orthostatic hypotension (penurunan tekanan darah akibat berbagai gerakan perubahan posisi tubuh), bahkan menyebabkan pula hypovolemic shock (kejang akibat kekurangan cairan tubuh). Ketika korban direbahkan di tanah dalam persiapan memaku kedua tangannya, luka-luka bekas cambukan dipunggungnya akan terkoyak kembali dan tercemar oleh debu tanah.
Hal ini bisa menyebabkan infeksi dan demam tinggi, sehingga terhukum bisa saja mengigau di atas kayu salib. Dengan tangan terentang tetapi tidak tegang, pergelangan tangan dipaku ke palang salib. Terbukti bahwa persendian dan tulang pergelangan tangan dapat menahan berat seluruh tubuh yang tergantung disalib. Karena itu, paku-paku besi sangat mungkin ditancapkan di antara kedua jajaran tulang pergelangan tangan. Walaupun paku yang menembus pergelangan tangan bisa lewat di antara unsur-unsur tulang tanpa mengakibatkan keretakan, namun paku yang tertancap akan memutuskan syaraf motorik (penggerak) bagian tengah. Sedangkan bagian-bagian syaraf lain yang terangsang akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa di kedua tangan. Pengaruh parthophysiologic (penjalaran rasa sakit) yang terutama sebagai akibat penyaliban, selain kesakitan yang mengerikan, adalah gangguan nyata pada pernapasan normal, khususnya pernapasan keluar.
Berat badan yang tertarik ke bawah dan tergantung pada kedua lengan yang terpaku, akan menyulitkan otot-otot di antara tulang iga untuk berkontraksi dalam posisi menarik nafas. Proses ini akan mengakibatkan proses pernapasan yang pasif dan sangat lemah. Pernapasan menjadi pendek dan sesak. Cara pernapasan menjadi sangat tidak memadai dan akan mengakibatkan hypercarbia (napas cepat, banyak gas CO² keluar). Untuk mencapai pernapasan yang memadai memerlukan upaya mengangkat tubuh dengan mendorong kaki dan melenturkan siku dan bahu. Gerakan ini akan membuat seluruh berat badan tertumpu pada tulang mata kaki dan akan menimbulkan kesakitan yang amat sangat pada kaki yang terpaku. Melenturkan siku juga dapat mengakibatkan pula pergeseran luka dipergelangan tangan yang terpaku dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat di sekitar syaraf tangan yang rusak. Mengangkat tubuh juga akan memarut bilur-bilur luka dipunggung. Kejang pada otot-otot dan kesemutan disekujur tangan yang terentang akan menambah penderitaan. Jadi setiap gerakan yang dibuat akan justru memperhebat sengsara jiwa dan raga.
Kitab Injil Matius memberikan deskripsi yang unik sekaligus sempurna terhadap tahapan-tahapan pergumulan Yesus dalam prosesi penderitaan-Nya. Pada bagian-bagian ini akan mengikuti sistem kronologis yang dibuat oleh penulis injil Matius. Dengan demikian pembaca akan menemukan setiap lekuk demi lekuk penderitaan yang dialami oleh Yesus. Bukan hanya sekedar penderitaan rohani sebagai konsekuensi teologis terhadap dosa yang dipikulnya, tetapi realnya hukuman yang harus Ia pikul bagi kita.
Tahap Pertama (Matius 26:37)
Semua penderitaan rohani dan jasmani yang dialami oleh Kristus bermula di taman Getsemani. “Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk. 22:44). Di bawah tekanan yang hebat, pembuluh darah halus dalam kelenjar-kelenjar keringat dapat pecah sehingga keringat bercampur dengan darah.

Tahap Kedua (Matius 26:67)
Setelah ditangkap diwaktu malam dan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, Yesus dibawa kepada Kayafas dan Majelis Yahudi. Ketika itu mereka menutup matanya dan berulang-ulang memperolokkan Dia, meludahi dan manampar Dia.
Tahap Ketiga (Matius 27:2)
Pada pagi hari Yesus sudah dipukul berulang-ulang dan penat, dibawa ke bagian lain kota Yerusalem untuk diperiksa oleh Pilatus. Barabas dilepaskan dan Yesus disesah dan kemudian diserahkan untuk disalibkan.
Tahap Keempat (Matius 27:26)
Penyesahan cara Romawi dilakukan dengan melucuti pakaian korban serta merentangkan tubuhnya pada sebuah tiang atau membungkukkan tubuhnya pada sebuah tiang yang pendek dengan tangan diikat. Alat penyesahnya adalah sebuah kayu pendek dengan beberapa tali kulit di ujungnya. Pada ujung tali kulit itu telah diikatkan potongan-potongan kecil besi atau tulang. Dua orang yang berdiri sebelah-menyebelah korban itu akan memukuli punggungnya – sebagai akibatnya – daging punggung korban akan tersayat-sayat sedemikian rupa sehingga pembuluh-pembuluh darah dan urat nadi, bahkan tidak jarang organ-organ di dalam tubuh dapat dilihat dari luar. Sering korban sudah mati sementara penyesahan dijalankan. Penyesahan merupakan penyiksaan yang sangat mengerikan, ketidakmampuan Yesus untuk berdiri sendiri sambil memikul salibnya merupakan akibat dari peyesahan yang mengerikan ini.
Tahap Kelima (Matius 27:28-29)
Tali yang mengikat Yesus dilepaskan dan Ia ditempatkan di tengah-tengah sekelompk tentara Romawi, mereka mengenakan kepada-Nya jubah berwarna ungu dengan sebatang tongkat ditangan-Nya. Mereka kemudian memasangkan mahkota dari ranting-ranting yang berduri di kepala-Nya. Para prajurit kemudian mengejek, menampar dan memukul kepalanya sehingga duri-suri makin terbenam di tengkorak kepala-Nya.
Tahap Keenam (Matius 27:31)
Balok salib yang berat itu diikatkan pada pundak Yesus. Mulailah Ia berjalan dengan perlahan-lahan menuju bukit Golgota. Beratnya balok salib tersebut ditambah lagi kepenatan jasmani yang hebat, membuat Dia terjatuh. Yesus mencoba untuk berdiri, namun tidak sanggup lagi. Simon orang Kirene kemudian dipaksa untuk memanggul salib tersebut.
Tahap Ketujuh (Matius 27:35)
Di bukit Golgota balok salib yang melintang diletakkan di tanah dan Yesus dibaringkan di atasnya. Kedua tangannya direntangkan di atas balok salib dan paku besi persegi dipakukan melalui pergelangan tangan sampai tembus ke kayu. Setelah itu Yesus diikat dengan bantuan tali balok salib yang melintang diikatkan dan dipakukan pada tiang salib. Dan sebuah penyangga untuk tubuh-Nya dipasang pada salib itu. Akhirnya kakinya direntangkan dan dipakukan pada salib itu dengan paku yang lebih besar.
Tahap Kedelapan (Matius 27:39)
Kini Yesus tergantung dalam keadaan yang menyedihkan berlumuran darah, penuh dengan luka-luka dan ditonton banyak orang. Berjam-jam lamanya seluruh tubuh-Nya terasa sakit luar biasa, lengan-Nya terasa lelah, otot-otot-Nya kejang dan kulit-Nya tercabik-cabik dari pungung yang nyeri. Kemudian muncul penderitaan baru yaitu rasa sakit yang hebat terasa dalam dada-Nya ketika cairan mulai menekan jantung-Nya. Ia merasa sangat haus dan sadar akan perkataan makian dan cemoohan orang-orang di bawah salib.
Tahap Kesembilan (Matius 27:46)
“Mengapa Engkau meninggalkan Aku.” Kata-kata ini merupakan puncak dari segala penderitaan-Nya bagi dunia yang terhilang. Seruan-Nya dalam bahasa Aram “Allahku-Allahku mengapa Kau tinggalkan Aku,” menunjukan bahwa Yesus sedang mengalami pemisahan dari Allah, sebagai pengganti orang berdosa. Pada tahap ini semua kesedihan, penderitaan dan rasa sakit mencapai puncaknya. Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita (Yes. 53:5) dan Ia telah memberikan diri-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (II Tim. 2:6). Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita (2 Kor. 5:1). Dia mati sebagai yang ditinggalkan Bapa, agar kita tidak akan pernah ditinggalkan oleh-Nya.
Tahap Kesepuluh (Matius 27:50)
Dengan nyaring ia mengucapkan kata-kata-Nya yang terakhir, “sudah selesai” (Yoh. 19:30). Seruan ini menandakan akhir dari segala penderitaan-Nya serta penyelesaian karya penebusan, hutang dosa manusia telah dilunasi dan rencana keselamatan kekal sudah dianugerahkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar