Sabtu, April 18, 2009

Mengampuni Orang Tua

Judul di atas terkesan biasa saja dan mungkin bisa dikatakan basa basi. Siapa sih diantara kita yang tidak mengampuni orang tua jika mereka melakukan kekeliruan atau kesalahan? Atau kapan dan bagaimana caranya orang tua kita menjadi bersalah sehingga kita harus mengampuni mereka? Anehnya, pembacaan Alkitab hari ini sama sekali tidak berbicara tentang mengampuni tetapi perihal menghormati orang tua. Apakah ada yang keliru? Tidak, mari kita lihat lebih jauh teks Alkitab kita, kemudian nantinya menghubungkannya dengan tema malam ini: Mengampuni orang tua.
Menghormati adalah kata kerja aktif yang datang dari kata hormat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata homat berarti sikap hormat dalam militer, membungkukan badan, atau salut kepada seseorang yang kita anggap lebih dewasa atau lebih tinggi pangkatnya dari kita. Hampir sama dengan terjemahan bahasa Inggris yang menggunakan istilah honour, hanya saja istilah ini berarti respek yang sangat besar atau pemberian kemuliaan tertinggi. Sederhananya, honour biasanya digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan.
Istilah hormat dalam ungkapan “hormatilah ayahmu dan ibumu”, bukan hanya sekedar kata kerja yang menuntut untuk dilakukan, atau sebuah perintah yang harus dilaksanakan. Istilah hormat disini lebih bersifat sebagai kata kunci utama. Pertama, ia menjadi kunci pembuka umur panjang(perhatikanlah kata: supaya lanjut umurmu); Kedua, ia juga menjadi kunci dilayakkannya kita menerima semua janji-janji Tuhan (perhatikanlah kata: …yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu). Ketiga, ia menjadi kunci pembuktian dari ketaatan (perhatikanlah bahwa perintah 1 – 4 dan 6 – 10, di ikat oleh perintah ke lima ini). Mari kita bahas satu persatu.
Menghormati orang tua adalah kunci pembuka umur panjang. Istilah lanjut umur memang dapat memiliki pengertian umur panjang, usia lanjut, tahun-tahun yang panjang, seperti Ishak yang mendapatkan usia hidup yang lebih panjang setelah peristiwa air bah, ini karena ia begitu menghormati Abraham dan Sarai. Lebih dari pada itu, istilah ini juga merujuk pada hidup yang berkualitas, hidup yang bermutu atau hidup yang bernilai. Lihatlah Yusuf yang hidupnya begitu bermutu dan bermakna bagi keluarga, bangsa dan bahkan dunia karena ia menghormati Yakub, ayahnya. Jadi menghormati orang tua akan membawa kita pada hidup yang bermutu, bernilai atau bermakna.
Menghormati orang tua adalah kunci dilayakkannya kita menerima janji-janji Allah. Istilah “di tanah yang diberikan” merujuk pada berkat-berkat secara materi dan memang pada zaman Perjanjian Lama tingkat kelimpahan materi seseorang diukur dari apa yang ia miliki seperti ternak, tanah, istri yang banyak, negeri jajahan dan lain sebagainya. Lebih dari pada itu, ungkapan ini merujuk pada masa depan atau apa yang dicita-citakan, bisa juga diterjemahkan sebagai harapan di masa mendatang. Perhatikanlah akhir hidup yang tragis dari Absalom, ia mati terbunuh oleh pedang sambil tergantung pada sebuah pohon. Kenapa ia gagal mendapatkan masa depan yang penuh harapan? Sederhana, karena ia tidak menghormati Daud, ayahnya. Jadi menghormati orang tua akan membuat kita memiliki masa depan yang penuh harapan.
Menghormati orang tua adalah kunci pembuktian dari ketaatan. Bagaimana caranya kita menunjukkan hormat kepada Tuhan yang tidak kelihatan itu? Mungkin kita akan menjawabnya dengan cara beribadah, memberi persembahan, melayani dalam persekutuan, berbuat kebaikan dan lain sebagainya. Memang itu penting dan benar, tetapi bukankah orang tua adalah wakil Allah atas hidup kita. Jadi bakti kepada Tuhan yang paling utama ditunjukan dengan cara membaktikan diri sebaik mungkin kepada orang tua kita, karena mereka adalah wakil Allah bagi kita.
Apabila kepada kita diajukan pertanyaan lagi: bagaimana caranya kita menunjukan hormat kepada sesama? Mungkin perintah ke 6 sampai 10 akan menjadi jawaban kita dalam konteks ini. Tetapi bukankah dalam hati kita sering mengumpat orang tua kita, inilah pengertian lain dari membunuh. Membunuh bukan hanya berarti mematikan seseorang, tetapi juga ketika kita tidak menghormati secara pantas, maka kita sedang membunuh dia dalam respek kita. Ini hanya contoh, tetapi apabila kita teruskan maka jelas perintah ke 7 sampai 10, sering kita langgar dalam arti filosofisnya ketika kita tidak menghormati orang tua kita. Ketika ini semua dilanggar, walaupun hanya secara filosofis, apakah kita masih pantas berkata bahwa kita dalah orang-orang yang taat? Jadi marilah menghormati orang tua kita, karena itu merupakan sebuah bukti bahwa kita sedang taat kepada perintah Tuhan.
Jadi, kenapa kita harus mengampuni orang tua kita? Mengampuni orang tua bukan hanya karena mereka pantas untuk itu, atau hanya karena mereka telah melahirkan dan membesarkan serta membiayai kita. Tetapi mengampuni orang tua merupakan cara agar kita dapat mengampuni hidup, cita-cita, harapan agar dapat menjadi lebih baik, bermutu, bernilai dan bermakna.Bagaimana caranya kita dapat mengampuni orang tua kita? Pengampunan ada karena ada kasih sayang. Sama seperti pengampunan Kristus bagi manusia bisa terjadi karena ada kasih sayangNya yang besar pada manusia berdosa. Sama pula dengan orang tua kita yang juga memberi pengampunan yang tulus bagi kita yang berbuat kesalahan sebesar apa pun. Semua karena kasih sayang. Maka, mari kita sayangi orang tua kita, mari berusaha membahagiakan mereka dengan kualitas hidup yang berkenan kepada Tuhan dan ketika kita membaktikan diri kepada orang tua dan membahagiakan mereka, maka janganlah kita membuatnya sebagai upaya untuk membayar hutang biaya hidup dari sejak lahir sampai dewasa, melainkan karena kasih sayang yang tulus yang membuat kita bersyukur kepada Tuhan untuk anugerah besar dalam hidup kita yaitu orang tua kita. Tuhan memberkati dan menolong kita semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar