Selasa, Maret 31, 2009

Respect

KEHORMATAN TIDAK DICARI TAPI DATANG SENDIRI
Lukas 14:11

Pembacaan Alkitab ini merupakan bagian klimaks sebuah perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus. Idenya berasal dari kecenderungan orang-orang yang berusaha mencari tempat terhormat ketika ada dalam perkumpulan dengan orang lain. Konteks perumpamaan mengambil latar kebiasaan jamuan makan ala Yahudi. Dalam jamuan makan tersebut disediakan sebuah meja besar dan panjang dengan kursi-kursi di sekeliling meja. Ada satu kursi yang akan diletakkan di kepala meja sebagai satu-satunya kursi kehormatan. Artinya orang yang mendudukinya hanyalah mereka yang masuk dalam kategori terhormat, jadi ini kursi khusus. Ternyata orang-orang Yahudi memiliki kecenderungan untuk menjadikan kursi tersebut sebagai cara atau alat memperoleh kehormatan.
Tuhan Yesus pada beberapa tempat memberikan kecaman tegas kepada kaum Yahudi perihal kecenderungan tersebut, misalnya saja: Mat. 23:6; Luk. 20:46. Alasannya sederhana: “sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Apabila diperhatikan dengan lebih detail, akan ditemukan beberapa unsur pentingnya. Pertama, unsur konsekuensi. Artinya apabila seseorang memang terhormat, maka ia akan diperlakukan dengan penuh rasa hormat; sebaliknya, apabila seseorang tersebut adalah warga kelas biasa, maka demikianlah ia akan diperlakukan. Kedua, unsur pengakuan. Artinya dihormatinya seseorang atau tidak akan datang dari pengakuan orang lain terhadapnya. Misalnya: Roma Irama dijuluki sebagai Raja Dangdut. Julukan sebagai raja dangdut datang dari orang-orang di sekitar yang memang memberikan pengakuan tersebut. Ketiga, unsur relative. Artinya diakuinya seseorang dalam kapasitas terhormat akan berbeda menurut sudut pandang orang yang lain. Misalnya: Yesus diakui sebagai Mesias oleh Petrus, tetapi orang-orang Yahudi melihat Yesus hanya sebagai Nabi saja.
Jika demikian, bagaimanakah seharusnya kita sebagai orang percaya dalam bersikap agar layak mendapat posisi terhormat? Dari perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan beberapa hal penting harus kita perhatikan dan lakoni. Pertama, Tampillah apa adanya. Pada ayat 8-9, Yesus berkata: “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.” Perhatikanlah bahwa kehormatan itu ternyata bukan datang dari bagaimana kita menilai, tetapi dari penilaian orang lain. Jadi bersikaplah apa adanya, tampilkanlah diri kita apa adanya, jangan dilebih-lebihkan atau juga jangan dikecil-kecilkan. Pada akhirnya orang lain adalah penilai yang paling baik. Paling tidak, dalam konteks ini, kita tidak mendapat malu ketika harus dipindahkan di tempat yang tidak terhormat.
Kedua, Nantikanlah Penghormatan itu. Pada ayat 10, Yesus berkata: “Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.” Bangunlah diri kita semaksimal mungkin menurut kapasitas maksimal yang telah Tuhan taruhkan atas diri kita, jadilah berharga tanpa harus menunggu penghargaan itu datang, sebab penghargaan itu akan datang seiring dengan perlakuan hormat kita atas diri kita.
Dalam rumah tangga, sebagai seorang bapak yang sudah sering disebut juga sebagai kepala keluarga, tak pelak penghormatan telah diberikan oleh istri atau anak dalam bentuk perhatian, pelayanan atau minimal sebuah pengakuan bahwa seorang bapak juga sebagai pengambil keputusan dalam berbagai masalah rumah tangga. Marilah tetap berusaha membangun diri semaksimal mungkin sehingga penghormatan itu pantas kita terima dan akhirnya memberi teladan bagi keluarga serta memberi pengaruh yang positif bagi orang-orang di sekitar kita, dalam pelayanan dan pekerjaan, bahkan bagi orang-orang yang (misalnya: secara struktur pekerjaan) lebih tinggi dari kita atau lebih dalam berbagai hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar